Kumpulan Artikel
Mengenai Peristiwa Ambon

ISNET Homepage | MEDIA Homepage
Program Kerja | Koleksi | Anggota | Indeks Artikel

 

                        KESIMPULAN
                 LAPORAN TIM PENCARI FAKTA
                          TENTANG
           KERUSUHAN IDUL FITRI 1419 H BERDARAH
                         DI AMBON
 
Kerusuhan yang  meletus di Ambon tepat pada hari  raya suci
ummat Islam Idul Fitri  1419 H  sungguh  mengakibatkan
kerugian  material dan  spiritual yang sangat besar  bagi
seluruh warga Ambon,  khususnya ummat Islam. Untuk itulah kami
menyampaikan  beberapa kesimpulan berkaitan  dengan kerusuhan
tersebut.
 
1. Kerusuhan di Ambon dipicu oleh ramuan masalah SARA,
   kepentingan politik, dan masalah disintegrasi/pemberontakan.
   Meski demikian, faktor pemicu utama adalah adanya peran
   provokator sebagai mediator yang menghubungkan ketiga faktor
   tersebut.
 
2. Kerusuhan di Ambon adalah kejadian yang direncanakan oleh
   pihak tertentu untuk mengusir ummat Islam, khususnya para
   pendatang muslim yang berasal dari Buton, Bugis, dan Makassar
   (BBM) dan Jawa, Kalimantan, dan Sumatera (JKS). Beberapa hal
   yang mendukung kesimpulan tersebut terdapat pada point-point
   di bawah ini:
 
3. Peristiwa-peristiwa pendahuluan yang tidak berdiri sendiri
   dan berhubungan dengan kerusuhan yang direncanakan, antara
   lain:
 
   a. Pembakaran dan penjarahan ummat Islam Desa Wailete
      dan Kamiri oleh penduduk Desa Hative Besar yang Kristen
      pada tanggal 14 Nopember 1998. Peristiwa ini tidak
      disikapi secara tegas oleh aparat keamanan sehingga
      para pelaku kerusuhan tidak mendapatkan tindakan hukum
      sama sekali.
 
   b. Kepulangan preman Ambon dari Jakarta sebanyak
      sekitar seribu orang yang dibiayai oleh pihak tertentu.
      Mereka pulang dengan membawa bekal sakit hati atas
      peristiwa Ketapang. Sesampainya di Ambon mereka
      melakukan teror dan intimidasi terhadap para pendatang.
      Pihak Pemda dan aparat keamanan tidak memberikan
      perhatian yang selayaknya atas kerawanan masalah ini.
 
   c. Kerusuhan di Dobo pada Ramadhan tanggal 14 Januari
      1999 dan pada hari Idul Fitri tanggal 19 Januari 1999.
      Kerusuhan ini menyedot tenaga keamanan yang cukup
      banyak ke Dobo sehingga mengurangi kekuatan tenaga
      keamanan di Ambon.
 
4. Rusaknya semua sendi-sendi kehidupan ummat Islam di
   Ambon khususnya pendatang yang meliputi,
 
   a. Pemukiman, seperti Desa Wailete, Kamiri, Batu Bulan,
      Batu Gantung Waringin, Benteng Atas, Talake Dalam,
      Batu Gantung Ganemo, dan Karang Tagepe.
 
   b. Tempat ibadah, sebanyak 20 masjid yang dirusak dan
      dibakar.
 
   c. Tempat usaha, seperti Pasar Mardika, Pelita, Gambus,
      dan Pasar Buah.
 
   d. Sarana Pendidikan, seperti TK, SD, dan SMP Al Hilal,
      serta SMU Muhammadiyah.
 
   e. Sarana transportasi yaitu ratusan becak dan puluhan
      kendaraan bermotor milik ummat Islam.
 
   Kerusakan-kerusakan ini mengakibatkan lumpuhnya
   kehidupan sosial ekonomi ummat Islam.
 
5. Persenjataan dan atribut yang digunakan sangat
   bervariasi dan teratur rapi yang menunjukkan adanya
   persiapan penyerangan. Persenjataan yang dipakai
   meliputi parang, tombak, panah, senapan berburu, bom
   molotov, dan handy talky (HT). Sedangkan atribut
   digunakan biasanya ikat kepala warna merah dan warna
   ungu.
 
6. Cepatnya waktu penyebaran penyerangan yang dalam
   tempo satu malam sudah merata di Ambon, meliputi Batu
   Merah, Silale, Batu Gantung, sekitar Masjid Al Fatah,
   Air Salobar, masjid di Karang Panjang, Jalan
   Diponegoro, Pasar Mardika, Pasar Buah, Pertokoan
   PELITA, Pasar Gambus, dan Pasar Cakar Bongkar. Semuanya
   merupakan tempat tinggal dan tempat usaha umat Islam.
 
7. Penghinaan kepada Islam, ummat Islam, dan Nabi
   Muhammad dalam bentuk coretan dinding yang tersebar di
   sekitar tempat kerusuhan adalah bukti kebencian mereka
   terhadap kaum muslimin.
 
8. Kerusakan yang dilakukan oleh ummat Islam terbatas
   pada upaya pembelaan diri karena banyak desa Islam yang
   diserang dan tidak didahului oleh inisiatif yang
   terencana, termasuk peristiwa penyerangan di Dusun
   Benteng Karang dan Hunuth
 
9. Secara umum kesan yang berkembang di kalangan
   masyarakat muslim bahwa aparat keamanan dalam menyikapi
   penyebab timbulnya kerusuhan di Batu Merah adalah
   tindakan diskriminatif yang menyudutkan ummat Islam.
   Seakan-akan ummat Islam-lah yang penyebab kerusuhan
   ini.
 
10.Ekspos berita yang menyudutkan ummat Islam
   belakangan ini juga provokasi lanjutan untuk
   menghancurkan ummat Islam, karena tidak memuat sama
   sekali kerugian yang ada di pihak Islam yang jumlahnya
   jauh lebih besar.
 
Pernyataan ini kami sampaikan kepada seluruh pihak yang
masih ingin menegakkan keadilan sehingga ummat Islam yang
sudah menderita kerugian sangat besar ini dapat
memperoleh pembelaan yang semestinya.
 
                                       Ambon, 17 Februari 1999
 
Perincian detail dapat dibaca dalam Laporan TPF Pos
Keadilan  Maluku.

(Kesimpulan, Bab 1, Bab 2, Bab 3, Bab 4, Bab 5)

ISNET Homepage | MEDIA Homepage
Program Kerja | Koleksi | Anggota | Indeks Artikel

Please direct any suggestion to Media Team