Kumpulan Artikel
Mengenai Peristiwa Ambon

ISNET Homepage | MEDIA Homepage
Program Kerja | Koleksi | Anggota | Indeks Artikel

 

Date: Wed, 09 Aug 2000 14:57:18 +0700
From: Hengki Candra Buana <henky@inti.co.id>

Pernyataan Panglima Laskar Jihad Ahlus Sunnah wal Jama'ah

Panglima Laskar Jihad: "Kami siap membantai Pasukan Amerika!!!"

Penerapan darurat sipil ternyata tak mengubah kondisi Ambon. Beberapa pertempuran besar justru terjadi setelah penerapan UU No. 23/Prp/1959 itu. Karena itu, Komandan Laskar Jihad Ahlussunah Wal Jamaah, Ustad Jaffar Umar Thalib, menilai hal itu tidak akan menyelesaikan masalah. Ia pun mengecam mereka yang berniat mengundang Amerika Serikat dan PBB turun tangan. "Kami siap membantai pasukan Amerika," ujar lelaki berjenggot tebal yang langsung memimpin laskarnya di tanah Ambon itu. Rabu pekan lalu, wartawan FORUM Qaris Tadjuddin mewawancarai Jaffar, yang baru beberapa hari tiba dari Ambon, di sebuah tempat di kawasan Jalan Wahid Hasyim, Jakarta. Berikut petikannya.

Apa tanggapan Anda soal penerapan darurat sipil di Maluku?

Mengatasi problem dengan pemberlakuan darurat sipil tidak akan menyelesaikan masalah. Itu hanya untuk mengesahkan turunnya TNI. Padahal, mestinya ditangani polisi. Masalah baru selesai kalau penggagas kerusuhan ditangkap dan diadili dengan hukum yang berlaku secara tegas dan tak memihak. Sekarang perusuhnya lari ke luar Maluku karena takut ditangkap Mujahidin, seperti John Mailoa, Dicky Wattimena, dan Semmy Titaley. Kalau keadaan tenang, mereka akan kembali lagi.

Kabarnya tak ada perubahan apa-apa meskipun darurat sipil diterapkan...

Tidak terjadi perubahan apa-apa. Bayangkan: 1 Juli, hari pertama darurat sipil, terjadi dua peristiwa. Pertama, serangan Nashara terhadap rumah Memet Latuconsina, adik Gubernur. Peristiwa itu menimbulkan emosi umat, sehingga terjadi serangan balik besar-besaran ke Poka dan Rumah Tiga. Poka dan Rumah Tiga akhirnya rata dengan tanah, termasuk Universitas Pattimura. Peristiwa itu berlanjut pada hari-hari berikutnya, 2 dan 3 Juli.

Setelah 3 Juli, terjadi pembunuhan seorang muslim oleh orang-orang Nashara di Desa Wai. Muslim itu penduduk Desa Tulehu [desa muslim] yang bersebelahan dengan Desa Wai yang berpenduduk Nashara. Ia dibunuh ketika sedang berkebun dan mayatnya dilemparkan begitu saja. Akhirnya muslim Tulehu dan muslim Desa Liang menyerbu Desa Wai. Akhirnya Desa Wai rata dengan tanah. Itu tanggal 4 dan 5 Juli.

Tanggal 7 Juli, terjadi penembakan terhadap anggota Laskar Jihad ketika melalui perairan di depan Gudang Arang. Karena di speedboat yang ditumpangi anggota kami ada aparat keamanan, ada tembakan balasan dari aparat. Esoknya, pada 8 Juli, dari atas Desa Air Salobar, ada tembakan dari Nashara kepada kami yang sedang mengadakan khitanan massal dengan masyarakat Desa Air Salobar. Saat itu aparat juga membalas tembakan.

Mengapa aparat itu ada di perahu Anda?

Ia mengawal kami. Kami waktu itu ingin berkeliling mengadakan bakti sosial. Tiap lewat, kami biasa minta bantuan aparat untuk mengawal. Tapi, mereka terus memancing-mancing suasana, sehingga terjadi gejolak. Karena itulah, tak ada manfaatnya menyelesaikan masalah hanya di permukaan. Seharusnya diselesaikan secara mendasar, menangkap para pemberontak GPM (Gereja Protestan Maluku) dan RMS (Republik Maluku Selatan).

Sebenarnya, bagaimana awal pertempuran di Tantui itu?

Ada dua peristiwa yang melatarbelakangi. Pertama, penculikan Yamin. Setelah beberapa hari, sesosok mayat dilemparkan di Galunggung tanpa kepala, tapi bapaknya mengenali sebagai mayat Yamin. Maka, marahlah kaum muslimin atas penghinaan seperti itu. Kenapa kaum muslimin marah terhadap penghuni Asrama Brimob Tantui? Karena mereka melakukan penculikan itu di asrama tersebut. Namun, hal itu masih bisa diredam.

Pagi harinya, mayat Yamin ditemukan. Siangnya, Mayor Edi, Wadansat Brimob, seorang muslim yang dekat dengan kaum muslimin, dibunuh pengawalnya sendiri yang beragama Nasrani. Ia ditembak dari belakang. Kejadian itu terjadi di asrama tersebut. Dengan dua peristiwa itu, kaum muslimin tidak bisa menahan diri dan terjadilah serangan besar-besaran. Banyak juga kaum muslimin yang menjadi korban.

Benarkah muslimin yang membobol gudang senjata Brimob?

Sebelumnya, Nashara sudah membobol gudang itu. Setelah itu mereka lari ke Galala, terus ke Paso. Gudang yang dibobol dibiarkan begitu saja, sehingga kaum muslimin yang menggempur Gereja Efratha di tengah-tengah asrama itu berhasil mengambil sisa senjata yang ditinggalkan. Kami mengambil senjata itu, tapi kemudian kami serahkan ke Batalyon 141 yang bertugas melakukan sweeping senjata.

Setelah Tantui diduduki, kami ke Galala. Dalam pertempuran itu, kami kehilangan seorang anggota bernama Farma dan dua mujahidin lokal. Ketiganya ditembak lalu digantung di Jembatan Galala. Tiap mendekat untuk menurunkan mereka, kami ditembak. Jenazahnya terus tergantung sampai empat hari. Akhirnya, kami berkoordinasi dengan aparat, menggunakan panser untuk mengambil jenazah itu.

Banyak yang mempertanyakan mengapa darurat sipil diterapkan ketika kelompok Merah (Kristen) terpojok, mengapa tidak dari dulu ketika umat Islam yang terpojok... Gus Dur memprakarsai penerapan darurat sipil dalam posisi jongos gereja dunia, ketika mereka resah, baik di Amerika maupun Belanda--dengan kemenangan kaum muslimin di sana. Jadi, Gus Dur adalah representasi keresahan mereka.

Benarkah banyak bantuan dari luar negeri untuk pihak Merah?

Kami punya data tentang itu. Mereka menyalurkan lewat LSM-LSM Belanda yang terjun ke lapangan menyalurkan bantuan, obat, termasuk uang untuk membeli senjata dari Filipina. Senjata-senjata yang kami rampas dari mereka adalah senjata standar yang tak dimiliki TNI/Polri. Ketika kami menyerbu Universitas Pattimura dan menggeledah kampus Politeknik, kami dapati senjata-senjata itu. Universitas Pattimura adalah markas mereka untuk menyalurkan senjata-senjata itu.

Apakah Laskar Jihad akan menarik diri setelah pemberlakuan darurat sipil?

Oh, tidak. Enggak akan menarik diri. Soalnya, tidak ada perubahan yang nyata di sana.

Menurut sejumlah pers asing, yang membuat panas Maluku justru kehadiran Laskar Jihad... Sebelum Laskar Jihad datang, kaum muslimin benar-benar terpojok dan mereka berusaha menutup-nutupi korban pihak muslim. Karena merasa menang, mereka katakan keadaan sudah aman. Padahal, waktu itu pembantaian kaum muslimin terus terjadi. Ketika Laskar Jihad datang, dakwah kami dahulukan, moral kaum muslimin pun bangkit. Sementara, moral Nashara jatuh.

Bagaimana soal permintaan agar Amerika atau PBB turun tangan?

Silakan saja kalau ingin mencoba untuk kesekian kalinya kekalahan Amerika. Amerika tak pernah menang, kecuali di film Rambo. Amerika telah dipermalukan di Vietnam, Somalia. Amerika tidak berani turun ke Irak. Amerika tak pernah berani perang secara frontal karena penakut. Kalau mereka mau menambah korban tentara mereka dengan turun di Maluku, silakan. Kami mujahidin siap membantai pasukan Amerika.

Dari mana senjata Laskar Jihad?

Kami sesungguhnya tidak bersenjata, kami bela diri saja. Penduduk sana dengan sukarela mempersenjatai kami ketika kami menjaga perbatasan. Sebab, aparat saja tidak cukup. Jadi, penduduk bersama kami menjaga daerah. Kami juga mendapatkannya dari rampasan senjata musuh.

Tapi, konon, aparat sempat menangkap kapal penuh senjata milik Laskar Jihad...

Ha... ha... ha..., tidak ada itu. Mungkin itu dari wilayah lain untuk pihak lain. Bisa jadi malah untuk pihak Nashara. Mereka biasa menyelundupkan senjata dengan lihai.

ISNET Homepage | MEDIA Homepage
Program Kerja | Koleksi | Anggota | Indeks Artikel

Please direct any suggestion to Media Team