Kumpulan Artikel
Mengenai Peristiwa Ambon

ISNET Homepage | MEDIA Homepage
Program Kerja | Koleksi | Anggota | Indeks Artikel

 

Jawa Pos, Senin, 10/01/2000 - 14:30 WIB
Ditemukan, Pusat Komunikasi Kerusuhan
 
Ternate. Pusat Komunikasi yang digunakan selama kerusuhan
bernuansa SARA di Tobelo dan dan Galela, Pulau Halmahera
Utara, ditemukan di Tanjung Pelawang dusun Ruala, Desa Gurua,
Kecamatan Tobelo, Kabupaten Maluku Utara.
 
Beberapa warga di desa tersebut, Senin, mengatakan peralatan
komunikasi itu dioperasikan sebuah lembaga swadaya masyarakat
(LSM) Belanda di Tobelo untuk berkomunikasi dengan pihak luar.
 
Lokasi peralatan canggih yang didirikan di rumah Mr Boeng,
warga negara asal Belanda, tidak jauh dari pusat kota Tobelo.
Hingga pecahnya kerusuhan di Pulau Halmahera Utara akhir
Desember lalu belum satu pun aparat keamanan baik TNI maupun
Polri yang mengetahuinya, kata Daeng Hasanuddin (49), warga
Desa Gurua.
 
Oknum warga negara asing itu selain mengendalikan pusat
komunikasi dengan pihak luar, juga dilaporkan ikut terlibat
langsung dalam kerusuhan yang menewaskan ratusan umat muslim
di Tobelo dan Galela tersebut.
 
Menurut warga setempat, lokasi pusat komunikasi ditemukan di
Tanjung Pelawang, Tobelo, itu dirancang sedemikian macam,
sehingga sulit untuk diacak oleh aparat.
 
Warga desa mengaku melihat peralatan komunikasi yang
dioperasikan sebuah LSM Belanda di Tobelo itu sebelum
kerusuhan terjadi, dan mendengar mereka melakukan komunikasi
dengan pihak luar.
 
"Saya melihat pusat komunikasi yang digunakan di Halmahera,
teringat kembali ketika Xanana Gusmao ditangkap pasukan TNI
waktu itu di Timor Timur, karena lokasi perangkat komunikasi
yang ditemukan di Tanjung Pelawang Pulau Halmahera Utara itu
hampir sama," katanya.
 
Oknum warga negara asal Belanda di Tobelo juga mengejar-ngejar
pengungsi saat dievakuasi dengan kapal perang milik TNI-AL. Mr
Boeng yang mengaku bapaknya asal Tobelo itu menggunakan
speedboat untuk mengejar pengungsi, namun dihalau oleh aparat
keamanan di kecamatan yang terletak di kawasan Pulau Halmahera
Utara itu.
 
Warga di Desa Gurua, Kecamatan Tobelo, minta aparat keamanan
untuk segera memusnahkan perangkat peralatan komunikasi
canggih yang diduga digunakan selama kerusuhan di Pulau
Halmahera itu.
 
Mereka merasa khawatir, bila tidak segera diambil tindakan,
karena LSM asal Belanda menggunakan perangkat komunikasi
tersebut untuk berhubungan dengan pihak luar, kata Hasanuddin.
 
Sementara itu mahasiswa Sekolah Tinggi Teologia (STT) Tobelo
Henny Pasimanyeku membenarkan bahwa memang ada Yayasan
Babullah di Belanda sejak dua tahun lalu telah mendirikan
sebuah lembaga di Kecamatan Tobelo, yaitu LSM-PPLP (Proyek
Pengembangan Lingkungan Pedesaan).
 
Menurut dia, anggota LSM yang diketuai J Defries itu selain
melakukan pembinaan lingkungan pedesaan di Halmahera, juga
diperbantukan di STT Tobelo.
 
Tentang perangkat komunikasi yang diduga disembunyikan di
Tanjung Pelawang, Tobelo-Halmahera, mahasiswi semester III itu
mengatakan hingga saat ini belum mengetahuinya.
 
Koramil Tobelo Kapten Inf Made Parsin ketika dikonfirmasikan
via telepon mengatakan sekitar bulan Agustus tahun lalu ada
beberapa warga negara Belanda melaporkan akan membangun obyek
wisata bahari di kawasan Pulau Halmahera Utara.
 
Yayasan itu, katanya, sangat tertarik dengan potensi taman
laut di Pulau Tagalaya, Kecamatan Tobelo, karena kawasan
tersebut masih memiliki obyek yang belum disentuh oleh
tangan-tangan jahil.
 
Bahkan sudah beberapa kali mereka melakukan survei ke dasar
laut, namun sejauh ini hasil survei belum ditindaklanjuti,
kata mantan Pasi Ops Kodim 1501 Maluku Utara itu. (antara)


ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota | Indeks Artikel

Please direct any suggestion to Media Team