Konklusi Umum

Indeks Islam | Indeks Bucaille | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

 

KONKLUSI UMUM
 
Pada akhir penyelidikan, telah  nyata  bahwa  pendapat  yang
dianut  kebanyakan  orang  di Barat tentang kitab-kitab suci
yang kita miliki sekarang adalah  tidak  benar.  Kita  telah
melihat   keadaan-keadaan   dan  zaman-zaman  serta  caranya
unsur-unsur Perjanjian Lama, Injil, dan  Qur-an  dikumpulkan
dan  disusun.  Keadaan  yang  mendahului lahirnya tiga kitab
wahyu  berbeda  sekali  satu   dengan   lainnya;   hal   ini
menimbulkan akibat yang sangat penting mengenai autentisitas
teks dan aspek-aspek tertentu mengenai isinya.
 
Perjanjian  Lama  merupakan  kumpulan  karya   sastra   yang
dihasilkan  selama  ±  9  abad.  Perjanjian  Lama  merupakan
campuran mosaik yang  unsur-unsurnya  sepanjang  masa  telah
dirubah-rubah   oleh   manusia;   beberapa   paragraf   baru
ditambahkan  kepada  yang  sudah  ada  sehingga  pada  waktu
sekarang sangat sulit untuk menemukan asalnya.
 
Injil  dimaksudkan  untuk  memberi  pelajaran kepada manusia
dengan jalan meriwayatkan tindakan dan ucapan  Yesus,  yaitu
ajaran-ajaran  yang  ia  ingin mewariskan ketika tugasnya di
atas bumi sudah selesai. Kesulitan yang terdapat dalam Injil
ialah   bahwa   penulis-penulisnya  bukan  saksi  mata  yang
menyaksikan fakta-fakta yang mereka laporkan.  Ajaran-ajaran
Injil  hanya  merupakan  ekspresi  berita  tentang kehidupan
Yesus  yang  ditulis  oleh  juru  bicara  masyarakat  Yahudi
Kristen,  dalam  bentuk  tradisi  lisan  atau  tulisan  yang
sekarang sudah musnah, dan  yang  dahulu  menjadi  perantara
antara tradisi lisan dan teks yang definitif.
 
Dengan  latar  belakang  inilah  orang harus memandang kitab
suci Yahudi Kristen, dan  jika  kita  ingin  memikir  secara
obyektif,  kita  harus  meninggalkan  konsepsi tafsir-tafsir
kuno.
 
Banyaknya sumber-sumber asal, mengakibatkan kontradiksi  dan
pertentangan  yang  tak  dapat dielakkan dan yang telah kita
berikan contoh-contoh yang banyak. Pengarang-pengarang Injil
mempunyai  kecenderungan  untuk  membesar-besarkan  beberapa
fakta mengenai Yesus, sebagai  mana  pengarang  sastra  epik
Perancis  di  abad  Pertengahan berbuat tentang "Chansons de
geste." Dengan  begitu  maka  kejadian-kejadian  digambarkan
dengan  nada  khusus  yang dõmiliki oleh pengarang-pengarang
itu,  dan  autentisitas  fakta  yang   diriwayatkan,   dalam
beberapa  kasus  menjadi  sangat  diragukan.  Dalam  kondisi
semacam itu, pernyataan-pernyataan kitab suci Yahudi Kristen
yang   ada   hubungannya  dengan  pengetahuan  modern  harus
diteliti dengan sikap hati-hati  (reserve)  yang  diharuskan
oleh aspeknya yang diragukan.
 
Kontradiksi,  kekeliruan,  pertentangan  dengan  hasil-hasil
penyelidikan Sains modern dapat difahami  sepenuhnya  karena
hal-hal   yang   kita   uraikan   di   atas.   Tetapi   rasa
keheran-heranan  umat  Kristen  menjadi  besar  jika  mereka
mengetahui  bahwa usaha ahli-ahli tafsir resmi dilangsungkan
secara mendalam dan terus  menerus  untuk  menutupi  hal-hal
yang   bertentangan   dengan   pengetahuan   modern,  dengan
permainan  akrobatik  dialektik  yang  hilang  dalam   lyrik
apologi. Contoh tentang hal ini kita dapatkan dalam silsilah
keturunan  Yesus  dalam  Injil   Matius   dan   Lukas   yang
kontradiksi  dan  tak  dapat  diterima  secara  ilmiah,  dan
menunjukkan keadaan mental yang  tidak  wajar.  Injil  Yahya
menarik  perhatian  kita  karena perbedaan-perbedaannya yang
menyolok dengan  ketiga  Injil  lainnya  khususnya  mengenai
kesepian yang biasanya tidak diperhatikan orang, yaitu tidak
disebutkannya Ekaristi di dalamnya.
 
Wahyu Qur-an  mempunyai  sejarah  yang  secara  fundarnental
berbeda   dengan  dua  kitab  suci  sebelurnnya.  Diturunkan
bertahap-tahap dalam waktu kurang  lebih  dua  puluh  tahun.
Quran  yang  diwahyukan  Allah  kepada  Nabi Muhammad dengan
perantaraan   Malaekat   Jibril,   bicara   langsung   terus
dihafalkan oleh orang-orang yang percaya dan pada waktu yang
sama ditulis juga pada  waktu  Nabi  Muhammad  masih  hidup-
Penelitian  Qur-an  yang  terakhir  yang  diselenggarakan 24
tahun sesudah  meninggalnya  Nabi  Muhammad,  dan  di  bawah
pemerintahan  Usman, dikuatkan oleh kontrol orang-orang yang
memang sudah  hafal  teks  Qur-an,  karena  mereka  mengerti
Qur-an   pada  waktu  turunnya  wahyu  dan  kemudian  selalu
mengulangi hafalannya. Dari semenjak itu teks  Qur-an  telah
dipelihara  secara  sangat  ketat.  Qur-an  tidak mengandung
problem tentang autentik atau tidak autentik.
 
Qur-an yang diwahyukan sesudah kedua kitab suci  sebelumnya,
bukan  saja bebas dari kontradiksi dalam riwayat-riwayatnya,
kontradiksi yang menjadi  ciri  Injil-Injil  karena  disusun
oleh  manusia  tetapi  juga  menyajikan  kepada  orang  yang
mempelajarinya secara  obyektif  dengan  mengambil  petunjuk
dari   Sains   modern,   suatu   sifat  yang  khusus,  yakni
persesuaian yang sempurna dengan hasil Sains  modern.  Lebih
dari  itu  semua,  sebagai  yang  sudah kita buktikan Qur-an
mengandung pernyataan ilmiah yang sangat modern  yang  tidak
masuk  akal jika dikatakan bahwa orang yang hidup pada waktu
Qur-an diwahyukan itu  adalah  pencetus-pencetusnya.  Dengan
begitu  maka  pengetahuan  ilmiah  modern  memungkinkan kita
memahami  ayat-ayat  tertentu  dalam  Qur-an   yang   sampai
sekarang tidak dapat ditafsirkan.
 
Perbandingan  beberapa  riwayat  Bibel  dengan riwayat Quran
tentang  hal  yang   sama   menunjukkan   adanya   perbedaan
fundamental  antara pernyataan Bibel yang tak dapat diterima
secara  ilmiah  dengan   pernyataan   Qur-an   yang   sesuai
sepenuhnya dengan Sains modern, umpamanya tentang penciptaan
dan tentang banjir Nabi Nuh seperti yang sudah kita lihat.
 
Mengenai  Exodus  Musa  kita  dapatkan  dalam  Qur-an  suatu
tambahan  yang  berharga  kepada  riwayat  Perjanjian  Lama.
Tambahan   itu   seluruhnya   sesuai   dengan    hasil-hasil
penyelidikan     arkeologi     yang     menunjukkan     bila
kejadian-kejadian dalam sejarah Musa itu terjadi.  Perbedaan
sangat  penting antara Qur-an dan Bibel dalam soal-soal lain
adalah pertentangan dengan anggapan bahwa Muhammad menjiplak
suatu  copy  Bibel  untuk  menulis  Qur-an,  semua itu tanpa
bukti.
 
Akhirnya, penelitian  perbandingan  tentang  penyataan  yang
penting   untuk  Sains,  terdapat  dalam  Hadits,  kata-kata
Muhammad;  tetapi  banyak   di   antara   yang   disangsikan
kebenarannya,  walaupun menunjukkan kepercayaan manusia pada
waktu itu dan di lain pihak pernyataan Qur-an yang  mengenai
Sains juga, menunjukkan perbedaan besar yang meyakinkan kita
bahwa sumber Hadits berlainan dengan sumber Qur-an.
 
Orang tidak  dapat  menggambarkan  bahwa  banyak  pernyataan
Qur-an yang mempunyai aspek ilmiah itu adalah karya manusia,
karena  keadaan  pengetahuan  pada  zaman   Muhammad   tidak
memungkinkan  hal  tersebut.  Oleh  karena itu adalah wajar,
bukan saja untuk mengatakan bahwa Qur-an itu ekspresi  suatu
wahyu  akan  tetapi  juga  untuk memberikan kedududukan yang
istimewa  kepada  wahyu  Qur-an  berhubung  dengan   jaminan
autentisitasnya    dan    berhubung    dengan    terdapatnya
pernyataan-pernyataan ilmiah  yang  setelah-  diteliti  pada
zaman  kita  sekarang  ini,  ternyata sebagai satu tantangan
kepada penjelasan yang berasal dari manusia.


BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern Dr. Maurice Bucaille   Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi Penerbit Bulan Bintang, 1979 Kramat Kwitang I/8 Jakarta

 

Indeks Islam | Indeks Bucaille | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team