Kritik Silsilah Yesus

Indeks Islam | Indeks Bucaille | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

 

PENYELIDIKAN KRITIK MENGENAI TEKS
 
Di  sini  kita  berhadapan  dengan  dua  silsilah  yang
mempunyai sifat yang sama, yakni mulai dari Ibrahim dan
Dawud.  Unttzk  memudahkan  penyelidikan ini, kita akan
menjadikan    silsilah    tersebut     menjadi     tiga
bagian-bagian:
 
    a. dari Adam sampai Ibrahim
    b. dan Ibrahim sampai Dawud
    c. dari Dawud sampai Yesus.
 
1. PERIODE DARI ADAM SAMPAI IBRAHIM
 
Matius yang memulai silsilahnya dari Ibrahim tidak  ada
hubungannya   dengan   periode   ini.   Lukas   memberi
keterangan tentang nenek moyang Nabi  Ibrahim  sehingga
Adam; 20 nama, diantaranya 19 nama terdapat dalam Kitab
Kejadian (fasal 4, 5 dan 11). Dapatkah  kita  gambarkan
bahwa  sebelum  nabi  Ibrahim  hanya  ada  19  atau  20
generasi manusia? Soal ini telah kita  selidiki  ketika
kita   membahas   Perjanjian   Lama.  Jika  kita  ingin
mendasarkan penyelidikan kita  kepada  tabel  keturunan
Adam  seperti  yang disebutkan dalam Kitab Kejadian dan
menerima angka waktu yang ditunjukkan oleh teks  Bibel,
kita  akan  mendapat  kesimpulan bahwa antara munculnya
manusia pertama  di  atas  bumi  dengan  lahirnya  Nabi
Ibrahim  terdapat  19  abad.  Orang memperkirakan bahwa
Nabi Ibrahim  hidup  sekitar  tahun  1850  S.M.  Dengan
begitu   maka  petunjuk-petunjuk  yang  terdapat  dalam
Perjanjian Lama menerangkan bahwa munculnya manusia  di
atas  bumi  terjadi  pada 38 abad sebelum Yesus. Nampak
sekali  bahwa  Lukas  memakai  bahan-bahan  ini   untuk
Injilnya.  Ia  menyebutkan suatu kekeliruan besar untuk
menerangkan mengapa ia  memakai  bahan-bahan  tersebut.
Kita  telah membaca argumentasi sejarah yang meyakinkan
yang mendorong kepada pikiran ini.
 
Hal-hal yang tersebut dalam Perjanjian lama  tak  dapat
diterima  lagi  pada  waktu  ini.  Bahan-bahan tersebut
termasuk dalam golongan "Caduc" (lemah) yang dinyatakan
oleh  Konsili  Vatikan  II.  Akan tetapi anggapan bahwa
para pengarang Injil  memakai  bahan-bahan  yang  tidak
sesuai  dengan Sains modern, merupakan suatu keterangan
yang sangat berbahaya bagi mereka  yang  mempertahankan
faham bahwa teks Injil adalah sesuai dengan sejarah.
 
Para  ahli tafsir merasakan bahaya ini. Mereka berusaha
untuk mengelakkan  kesulitan  dengan  mengatakan  bahwa
persoalannya  bukan  persoalan  silsilah yang sempurna,
bahwa ada  nama-nama  yang  ditinggalkan  oleh  penulis
Injil  dengan  sengaja, dan persoalan yang pokok adalah
untuk membuktikan dalam garis-garis  besar  atau  dalam
unsur-unsurnya yang penting suatu garis yang didasarkan
atas realistis sejarah. Disebutkan oleh A. Tricot dalam
bukunya:  Kamus  Kecil  tentang Perjanjian Baru, (Petit
Dictionnaire du Noaveau Testament).  Dalam  teks  Injil
tak  ada  yang  memungkinkan  penafsiran  semacam  itu,
karena teks itu teliti; A punya anak B, B punya anak  C
adalah  anaknya  B,  dan  B  adalah anaknya A. Dan lagi
mengenai periode sebelum Abraham,  para  penulis  Injil
mengambil  bahan dari Perjanjian Lama, di mana silsilah
itu diterangkan sebagai berikut:  X  pada  umur  sekian
mempunyai  anak  Y,  Y hidup sekian tahun dan mempunyai
anak Z. Jadi tak terdapat hal-hal yang putus.
 
Bagian  sebelum  Nabi  Ibrahim  dalam  silsilah   Yesus
menurut   Lukas   tidak   dapat   diterima  atas  dasar
pengetahuan modern.
 
2. PERIODE DARI ABRAHAM SAMPAI DAVID
 
Di sini, dua silsilah  itu  cocok  atau  hampir  cocok,
kecuali  dalam satu atau dua nama. Kesalahan yang tidak
disengaja daripada tukang-tukang naskah dapat dijadikan
alasan.
 
Apakah para penulis Injil benar mengenai periode ini?
 
Dawud  dikatakan hidup sekitar tahun 1000 S.M., Ibrahim
di sekitar tahun 1800-1850 S.M..
 
Apakah 14-16 generasi dapat hidup selama 8  abad?  Tapi
baiklah  kita  katakan  saja bahwa teks Injil, mengenai
periode ini,  masih  dalam  batas  hal-hal  yang  dapat
diterima
 
3. PERIODE SESUDAH DAVID
 
Sayang,  teks  tidak  mungkin  lagi  membuktikan  bahwa
Yoseph itu keturunan David.
 
Kita  tinggalkan  saja  pemalsuan  yang terang daripada
Codex Bezae Cantabrigiensis yang  mengenai  Lukas,  dan
marilah  mengadakan  perbandingan  tentang hal-hal yang
diriwayatkan oleh dua manuskrip yang sangat  terhormat,
yakni Codex Vaticanus dan Codex Sinaiticus.
 
Dalam  silsilah  Lukas,  kita  dapatkan 42 nama sesudah
David (no. 35) sampai Yesus (no.  77).  Dalam  silsilah
Matius  kita  dapatkan  27  nama sesudah David (no. 14)
sehingga Yesus (no.  41).  Dengan  begitu  maka  jumlah
nenek  moyang  Yesus  (fiktif)  sesudah David dalam dua
manuskrip terhormat tersebut berlainan. Nama-nama dalam
silsilah tersebut juga berlainan.
 
Tetapi  ada  lagi  yang  ajaib. Matius mengatakan bahwa
silsilah  Yesus  semenjak  Ibrahim  terdiri  dari  tiga
kelompok  dan  masing-masing  kelompok  terdiri dari 14
nama. Kelompok  pertama,  dari  Ibrahim  sampai  Dawud.
Kelompok  kedua,  dari Dawud sampai pengasingan. Sedang
kelompok ketiga, dari  pengasingan  di  Babylon  sampai
Yesus. Teks Matius memang memuat 14 nama dalam kelompok
pertama dan kedua, akan tetapi  dalam  kelompok  ketiga
(dari  pengasingan  di Babylon sampai Yesus) kita hanya
mendapatkan 13 nama dan  bukan  14  seperti  yang  kita
harapkan,    oleh   karena   tabel   yang   dikemukakan
menunjukkan bahwa Salathiel adalah nomer 29  dan  Yesus
nomor  41. Tidak ada riwayat yang berbeda dengan Matius
yang menyebutkan 14 nama untuk kelompok ketiga.
 
Akhirnya  agar  berhasil  mendapatkan  14  nama   dalam
kelompok kedua, Matius mempergunakan kebebasan terhadap
teks Perjanjian Lama. Nama-nama  daripada  6  keturunan
David yang pertama (no. 15 sampai 20) sesuai dengan apa
yang tersebut dalam Perjanjian Lama. Akan  tetapi  tiga
keturunan  Ioram  (no. 20) yang dikatakan dalam bab dua
daripada kitab Tawarikh dalam  Bibel  sebagai  Achazia,
Yoas  dan Amalsia, telah dihapuskan oleh Matius. Begitu
juga, Yechonias (no. 28) disebutkan oleh  Injil  Matius
sebagai  anak  Yosias  (no.  27),  padahal  dalam kitab
Raja-raja  yang  pertama   daripada   Perjanjian   Lama
terdapat nama Eliakim diantara Yosias dan Yechonias.
 
Dengan  ini  telah  terbukti bahwa Matius telah merubah
urutan silsilah yang  terdapat  dalam  Perjanjian  Lama
untuk   menonjolkan  suatu  kelompok  buat-buatan  yang
terdiri  daripada  14  nama,  antara  Nabi  Dawud   dan
pengasingan ke Babylon.
 
Sesungguhnya  kita tidak begitu heran mendapatkan bahwa
dalam  kelompok  ketiga  yang  disajikan  oleh   Matius
terdapat  satu  nama yang kurang, sehingga tak ada teks
Injil Matius yang  menyebutkan  42  nama  seperti  yang
Matius  umumkan,  hal  ini dapat saja dijelaskan dengan
mengatakan  bahwa   seorang   tukang   naskah   membuat
kesalahan.  Akan  tetapi  kita sangat heran karena para
ahli tafsir Injil bersikap  tutup  mulut  mengenai  hal
ini.  W. Trilling, berbeda dari para ahli tafsir Injil,
menulis satu baris mengenai hal tersebut dalam bukunya:
Injil  Matius.  "Sesung-.  guhnya  persoalan  ini tidak
boleh diabaikan  begitu  saja  oleh  karena  para  ahli
tafsir  Injil,  termasuk pengarang-pengarang Terjemahan
Ekumenik  dan  Kardinal  Danielou   telah   menunjukkan
pentingnya  simbol  3  kali  14 yang telah disebut oleh
Matius. Untuk menonjolkan hal tersebut, bukanlah Matius
sendiri telah menghilangkan beberapa nama yang tersebut
dalam Bibel agar berhasil pembuktiannya  tentang  angka
yang keramat itu."
 
Nanti akan kita lihat bahwa para ahli tafsir Injil akan
membentuk suatu apologetik (cara mempertahankan  agama)
dengan  membenarkan dihapuskannya beberapa nama, tetapi
mereka tergelincir mengenai kekurangan-kekurangan  nama
sehingga   mereka  tidak  berhasil  mencapai  hal  yang
diinginkan oleh Matius, si pengarang Injil.
 
4. TAFSIRAN PARA AHLI TAFSIR MODERN
 
Kardinal Danielou, dalam karangannya Les  Evangiles  de
l'enfance  (Injil Masa Kanak-kanak, terbit tahun 1967),
setuju dengan daftar angka yang dibuat oleh Matius  dan
mengatakan  bahwa  daftar tersebut mempunyai nilai yang
sangat tinggi, karena daftar itu  menunjukkan  silsilah
asal usul Yesus, yang juga-diterangkan oleh Lukas. Bagi
Kardinal  Danielou,  "Lukas  dan  Matius  adalah   ahli
sejarah yang telah mengadakan penyelidikan sejarah, dan
silsilah keturunan telah dikutip  dari  arsip  keluarga
Yesus."  Perlu diterangkan di sini bahwa arsip tersebut
tak pernah ditemukan orang.
 
Kardinal   Danielou,   menyerang    orang-orang    yang
mengkritik  pendiriannya  dengan kata-kata: "itu adalah
mental orang  Barat,  kebodohan  tentang  agama  Yahudi
Kristen,  ketidakadanya  perasaan  Semitik,  yang telah
menyesatkan  beberapa   ahli   tafsir   dalam   memberi
interpretasi    kepada    Injil.   Mereka   itu   telah
mempergunakan  kategori  Plato,  Descartes,  Hegel  dan
Heidegger.  Memang  ada  suatu yang keruh dalam pikiran
mereka." Sudah terang bahwa Plato, Descartes, Hegel dan
Heidegger  tidak  ada  hubungannya  dengan sikap kritik
terhadap silsilah keturunan yang bersifat khayalan.
 
Pengarang (Kardinal Danielou) menyelidiki arti 3  x  14
yang  disebutkan  Matius, dan membuat hipotesa-hipotesa
seperti berikut: "Mungkin  ada  hubungannya  dengan  10
minggu  yang  terkenal dalam hal-hal rahasia dari agama
Yahudi, tiga minggu pertama yang mirip  dengan  periode
dari  Adam sampai Abraham, harus dihilangkan. Tinggal 7
minggu; enam minggu pertama merupakan  tiga  grup  yang
masing-masing  terdiri  dari  14  nama, dan minggu yang
terakhir dimulai oleh Kristus yang memulai periode ke 7
daripada  Dunia."  Penjelasan  semacam  itu  tak  perlu
diberi komentar.
 
Ahli-ahli   tafsir    "Terjemahan    Ekumenik    Bibel"
-Perjanjian  Baru-  memberikan  pembelaan  dengan angka
yang tidak kita sangka.
 
Untuk angka 3 x 14 yang dikemukakan oleh Matius:
 
14, mungkin merupakan jumlah nilai huruf yang membentuk
nama  Dawud  dalam  bahasa  Ibrani  D  = 4, V = 6. Jadi
jumlahnya 4+6+4 = 14.
 
Bagi Lukas, Terjemahan Ekumenik memberikan 77 nama. Hal
ini  memberi peluang untuk mengatakan bahwa angka 7 itu
dasar. 7 x 11 = 77. Padahal kita sudah tahu bahwa  bagi
Lukas yang main hapus dan tambah, daftar yang memuat 77
nama itu sama sekali buat-buatan.
 
Silsilah Yesus dalam Injil-lnjil merupakan masalah yang
menimbulkan permainan kata-kata yang sangat menyolok di
antara  para  ahli  tafsir  Kristen,  dan  memang   hal
tersebut   adalah  sesuai  dengan  khayalan  Lukas  dan
Matius.


BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern Dr. Maurice Bucaille   Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi Penerbit Bulan Bintang, 1979 Kramat Kwitang I/8 Jakarta

 

Indeks Islam | Indeks Bucaille | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team