Watak benda-benda samawi

Indeks Islam | Indeks Bucaille | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

 

B. WATAK BENDA-BENDA SAMAWI
 
MATAHARI DAN BULAN
 
Matahari adalah cahaya (Diya) dan bulan adalah terang (Nur).
Terjemahan  semacam ini nampaknya lebih baik dari terjemahan
orang-orang  yang  mencampuradukkan   dua   kata   tersebut.
Sesungguhnya  perbedaan arti antara dua kata tersebut sangat
kecil. Diya berasal dari akar (DWJ) yang menurut kamus  Arab
Perancis  karangan  Kazimerski,  berarti menyala, mengkilat;
tetapi pengarang itu juga memberi  arti  terang  di  samping
arti cahaya.
 
Akan  tetapi perbedaan antara matahari dan bulan akan diberi
penjelasan dengan jalan perbandingan-perbandingan lain:
 
Surat 25 ayat 6 1 :
                                              [Tulisan Arab]
 
Artinya: "Maha suci Allah yang menjadikan di langit
          gugusan bintang dan Dia jadikan juga padanya
          matahari dan bulan yang bercahaya."
 
Surat 71 ayat 15-16:
                                              [Tulisan Arab]
 
Artinya: "Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah 
          telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat.
          Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya
          dan menjadikan matahari sebagai pelita."
 
Surat 78 ayat 12-13:
                                              [Tulisan Arab]
 
Artinya: "Dan Kami bina di atas kamu tujuh buah langit
          yang kokoh Dan Kami jadikan pelita yang amat
          terang (matahari)."
 
Lampu yang sangat terang  adalah  pasti  matahari.  Di  sini
bulan  dilukiskan sebagai benda yang menyinari (munir), dari
akar yang sama dengan kata nur (kata  terang  dipakai  untuk
bulan).  Matahari  dibandingkan  dengan  pelita (siraj) atau
lampu yang sangat kuat sinarnya (wakhaj).
 
Manusia pada  zaman  Muhammad  dapat  menerima  perbandingan
antara  matahari, bintang yang membakar yang sangat terkenal
oleh  orang-orang  yang  hidup  di  sahara,  dengan   bulan,
bintang,  udara  sejuk  di waktu malam. Perbandingan tentang
hal ini yang kita dapatkan dalam Qur-an adalah  wajar.  Yang
sangat  menarik  perhatian  dan  perlu dicatat di sini ialah
keagungan perbandingan, dan  tidak  terdapatnya  dalam  teks
Qur-an  unsur-unsur  perbandingan yang menunjukkan keagungan
pada waktu Qur-an diturunkan tetapi yang nampak  pada  zaman
kita sekarang sebagai khayalan.
 
Kita  mengetahui  bahwa  matahari  adalah suatu bintang yang
menghasilkan panas yang hebat serta cahaya,  karena  terjadi
pembakaran di dalamnya, dan kita mengetahui bahwa bulan yang
tidak  mempunyai   cahaya   dan   dirinya   sendiri,   hanya
memantulkan  kembali cahaya yang ia terima dari matahari dan
ia sendiri merupakan suatu bintang yang  tidak  berkegiatan,
sedikitnya  di  lapisan-lapisannya  yang di luar. Dalam teks
Qur-an tak  ada  yang  bertentangan  dengan  apa  yang  kita
ketahui pada zaman kita ini tentang kedua benda samawi itu.
 
BINTANG-BINTANG
 
Bintang-bintang  adalah seperti matahari, benda-benda samawi
yang menjadi wadah  fenomena  fisik  bermacam-macam,    yang
diantaranya  yang  paling  mudah  dilihat  adalah  pembuatan
cahaya.  Bintang-bintang  adalah  benda-benda  samawi   yang
mempunyai cahaya sendiri.
 
Bintang, bahasa ArabnyaNajm disebutkan dalam Qur-an 13 kali.
Kata jamaknya "Nujum" akar kata itu  berarti,  nampak.  Kata
itu  menunjukkan  suatu  benda  samawi yang dapat kita lihat
dengan  tidak  mengerti  lebih   jauh   apakah   benda   itu
memancarkan  cahaya  atau  hanya memberikan refleks daripada
cahaya yang ia terima dari luar. Untuk memberi gambaran yang
tepat  bahwa  suatu  benda  samawi  adalah  benda  yang kita
namakan bintang, kita sebutkan surat 86 ayat 13:
 
                                              [Tulisan Arab]
 
Artinya: "Demi langit dan yang datang pada malam hari,
          tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari,
          yaitu bintang yang cahayanya menembus."
 
Bintang pada waktu malam diberi sifat  dalam  Qur-an  dengan
kata  "tsaqib,"  artinya  yang  membakar,  dan membakar diri
sendiri dan yang menembus. Di sini menembus kegelapan  waktu
malam.   Kata   yang   sama  "tsaqib,"  juga  dipakai  untuk
menunjukkan bintang-bintang yang berekor;  ekor  itu  adalah
hasil pembakaran internal.
 
PLANET-PLANET
 
Adalah  sukar  untuk mengatakan bahwa kata planet-planet itu
disebutkan dalam Qur-an dengan arti yang tepat seperti  yang
kita   berikan   kepada   planet-planet  yang  kita  ketahui
sekarang.  Planet-planet  itu   sendiri   tidak   bercahaya.
Planet-planet  tersebut  beredar sekitar matahari. Bumi kita
adalah salah satu  dari  planet-planet  tersebut.  Jika  ada
orang  menduga akan adanya planet lain, planet itu halus ada
dalam  sistem  matahari.   Dan   semenjak   dahulu   manusia
mengetahui planet-planet selain bumi, yaitu: mercury, venus,
mars, yupiter, saturnus. Ada lagi tiga planet yang ditemukan
kemudian yaitu: uranus, neptunus dan pluton.
 
Nampaknya  Qur-an  menamakan  planet itu dengan nama Kaukab.
Kata   jamaknya   Kawakib,   tetapi   tanpa   memberitahukan
jumlahnya.  Impian  Nabi Yusuf menyebutkan sebelas (surat 12
atau surat Yusuf) akan tetapi ini adalah riwayat impian Nabi
Yusuf.
 
Untuk  menjelaskan  arti  kata planet (Kaukab) dalam Qur-an,
kita baca ayat yang sangat masyhur  yang  arti  sesungguhnya
nampak  bersifat  spiritual  dan  juga dipersoalkan diantara
para ahli tafsir Qur-an. Walaupun begitu, kata  itu  penting
karena  ada  perbandingan  mengenai  kata  yang  menunjukkan
"planet."
 
Teks tersebut adalah sebagai berikut: Surat 24 ayat 35:
 
                                              [Tulisan Arab]
 
Artinya: "Allah pemberi cahaya (kepada) langit dan bumi.
          Perumpamaan cahaya Allah adalah seperti sebuah
          lubang yang tak tembus, yang didalamnya ada pelita
          besar. Pelita itu didalam kaca (dan) kaca itu
          seakan-akan bintang yang bercahaya seperti
          mutiara."
 
Yang dimaksudkan di sini adalah proyeksi cahaya kepada suatu
benda  yang  merefleksikan  (kaca) dengan memberinya kilatan
mutiara, sebagaimana  planet  yang  disinari  matahari.  Ini
adalah  satu-satunya  perinci  yang  menerangkan  arti  kata
"Kaukab" yang dapat kita jumpai dalam Qur-an.
 
Kata  Kaukab  terdapat  juga  dalam  ayat-ayat  lain.  Dalam
beberapa   ayat   kita  tak  dapat  menentukan  apakah  yang
dimaksudkan dengan kata itu. (Surat 6 ayat 72, dan surat  82
ayat 1-3).
 
Akan  tetapi  dalam  suatu  ayat terdapat kata"Kawakib" yang
menurut pengetahuan modern  hanya  dapat  diartikan  planet.
Yaitu surat 37 ayat 6
                                              [Tulisan Arab]
 
Artinya: "Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang
          terdekat dengan hiasan yaitu planet-planet.,'
 
Kalimat Qur-an: "Langit yang terdekat"  dapatkah  diartikan:
sistem  matahari?  Kita  mengetahui  bahwa  tak  terdapat di
antara benda-benda samawi yang terdekat kepada  kita  selain
planet.  Matahari  adalah  bintang satu-satunya dalam sistem
ini yang pakai nama. Orang tak dapat mengerti, benda  samawi
apa  gerangan  yang  dimaksudkan  dalam  ayat tersebut, jika
bukan planet. Rasanya  sudah  benar  jika  kita  terjemahkan
"Kawakib"  dengan  "planet;"  dan  ini  berarti bahwa Qur-an
menyebutkan adanya "planet" menurut definisi modern.
 
LANGIT YANG TERDEKAT
 
Berkali-kali Qur-an menyebutkan kata: "langit yang terdekat"
dan  benda-benda  samawi  yang menjadi susunannya, khususnya
sebagai yang baru  saja  kita  bahas,  planet.  Tetapi  jika
pemikiran-pemikiran   spiritual   campur   dengan  soal-soal
material yang dapat kita mengerti, arti  kata-kata  tersebut
menjadi   sangat   kabur   meskipun  kita  sudah  memperoleh
pengetahuan yang banyak daripada Sains modern.
 
Dengan begitu maka ayat yang kita cantumkan  terakhir  dapat
mudah  dimengerti  akan  tetapi  kalau  kita teruskan dengan
membaca ayat 7 daripada surat 37 yang berbunyi:
                                              [Tulisan Arab]
 
 
Artinya: "Dan telah memeliharanya dari tiap-tiap syaitan
          yang sangat durhaka."
 
Maka kita merasa telah beralih  kepada  bidang  lain  (bukan
bidang  Sains  modern) kata "memelihara" juga terdapat dalam
surat 21 ayat 32 dan surat 41 ayat 12.
 
Bagaimana    kita    akan    mengartikan:    Kami    jadikan
bintang-bintang  itu  alat pelempar syaitan, yang dilukiskan
oleh ayat 5 surat 67 sebagai dalam langit yang terdekat.
 
Lampu-lampu yang disebut  dalam  ayat  tersebut  apakah  ada
hubungannya dengan bintang berekor yang telah kita bicarakan
di atas? Hal-hal ini tempatnya di luar  rangka  penyelidikan
ini.  Kita  sajikan  di  sini hal-hal tersebut sekedar untuk
menyempurnakan segi-segi  tulisan  ini,  tetapi  pada  tahap
kemajuan  ilmu  sekarang  nampaknya hasil-hasil penyelidikan
ilmiah tak dapat memberi petunjuk untuk  memahami  soal-soal
yang berada di luar jangkauan manusia.


BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern Dr. Maurice Bucaille   Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi Penerbit Bulan Bintang, 1979 Kramat Kwitang I/8 Jakarta

 

Indeks Islam | Indeks Bucaille | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team