Mengapa Kita Perlu Nabi-nabi (1/3)

Indeks Islam | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

 

PERTANYAAN (11) MENGAPA KITA PERLU NABI-NABI?          (1/3)
 
WILSON:
 
Mengapa manusia memerlukan atau perlu mempunyai seorang atau
pesuruh Tuhan? Manusia diberi kemampuan mental, sehingga dia
dapat membedakan antara yang benar dan yang salah. Seseorang
dapat mengatakan bahwa ia tidak  memerlukan  pimpinan  untuk
mengatakan padanya apa yang dilakukan atau yang tidak.
 
Rata-rata   individu   dapat   berkelakuan  arif  (berbudi),
sehingga dia dapat  bergaul  dengan  yang  lain  dan  dengan
keluarganya  sendiri dengan jalan yang rasionil (masuk akal)
tanpa memerlukan hukum Ketuhanan.
 
CHIRRI:
 
Kenabian diperlukan dengan banyak alasan:
 
1). Diperlukan   memperingatkan   manusia   tentang   Tuhan.
Berdasarkan teori, manusia sanggup menarik kesimpulan adanya
pencipta melalui penyelidikannya atas ciptaan-ciptaan  Tuhan
di bumi.
 
Pendapat  manusia  sanggup  merenungkan hal yang abstrak dan
pengertian yang umum (Universal Ideas).  Akan  tetapi,  kita
pada umumnya dihalangi (dibebani) pemikiran. Sebab keinginan
biologis kita atau keperluan-keperluan manusia terbatas pada
bahan  yang ada di dunia. Bahan yang menarik dari dunia akan
memalingkan perhatian  kita.  Rata-rata  orang  tidak  mampu
menguraikan  maksud  dari  Pembuatnya. Juga tidak dapat kita
mengharap rata-rata  orang  untuk  memisahkan  dirinya  dari
zat-zat yang ada di dunia untuk memikirkan tentang Tuhan.
 
Selain  daripada  itu, susunan yang indah dalam alam semesta
berarti adanya  Pengatur,  Tuhan  Yang  Maha  Kuasa.  Tetapi
manusia  hanya  berminat kepada keindahan susunan alam, tapi
tidak memikirkan asal-usulnya.
 
Manusia telah terbiasa  dengan  melihat  terbitnya  matahari
dari timur dan tidak berfikir mengapa manusia gagal mengenal
Penciptanya. Pengakuan adanya Dia bukan hasil dari pemikiran
umum    tetapi    karena    ajaran-ajaran    dari   beberapa
individu-individu yang berhasil memimpin manusia.
 
2). Diperlukan pemimpin yang tak dapat dipersengketakan.
 
Manusia berbeda pendidikannya, kemampuannya, perasaannya dan
latar     belakangnya,    jadi    mereka    berbeda    dalam
pandangan-pandangan  mereka.  Banyak  hal-hal  penting  yang
berhubungan  dengan  tindakan manusia sangat bertentangan di
antara perorangan-perorangan  dan  kelompok-kelompok.  Etika
dan moral sering diperdebatkan.
 
Pembenaran  yang berdasarkan filsafat dapat diperoleh hampir
pada setiap pendapat.
 
Akal dan filsafat telah gagal mencari penyelesaian  terhadap
pertanyaan mengenai moral dan etika.
 
Jawaban-jawaban  yang  kita  cari  harus datang dan pimpinan
yang  tak  dapat  disangkal   lagi,   yang   mampu   membuat
individu-individu dan kelompok-kelompok tunduk.
 
3). Diperlukan pemujian Tuhan.
 
Meskipun   seorang   pemikir   dapat   mengakui   Tuhan  dan
KebesaranNya, dia biasanya melupakan pemujian-pemujian  yang
penting.  Bahkan  bila seseorang mengakui perlunya pemujian,
dia tidak mengetahui bagaimana cara melakukannya.
 
Beberapa  orang  berpendapat  pentingnya  mengorbankan   dan
membakar  binatang,  yang  lain  kegairahan memburu binatang
dengan nama Tuhan.
 
Ada yang mempercayai bahwa pertapa  (hidup  bertapa)  adalah
dicintai Tuhan.
 
Yang   lain   memuja  Tuhan  lewat  nyanyian  dan  permainan
alat-alat musik, yang lain  lagi  dengan  jalan  tunduk  dan
sujud ketika mereka sembahyang.
 
Bentuk  sembahyang  yang  dapat diterima harus sesuai dengan
kehendak  Tuhan,  bukan  keinginan  kita.   Dia   menentukan
kehendakNya untuk kita lakukan melalui pesuruh atau Nabi.
 
4).  Diperlukan untuk menahan hawa nafsu. Manusia yang tidak
terpimpin dan tidak terdidik, menyerupai binatang  di  dalam
naluri   atau  pembawaannya.  Akal  dirusak  untuk  melayani
pemusatan  kegairahannya  (nafsu)  kecuali   jika   diadakan
penahanan.  Filsafat  tidak berguna untuk menahan kegairahan
kita, sebab filsafat tersedia hanya sedikit, juga tidak  ada
keteguhan  di  dalam  filsafat  yang  mendorong  kita  untuk
mengontrol  nafsu  (kegairahan).  Beberapa  orang   mencapai
kesimpulan  bahwa  kita hanya mengejar kepuasan naluri. Kita
sekarang berjuang melawan ideologi yang  berpandangan  hidup
materialistis,  azas-azas  yang  tidak  dapat  menahan nafsu
untuk alasan-alasan moral. Moral etika  seluruhnya  terletak
pada  Tuhan.  Bila pesuruhNya menyampaikan kata~katanya, hal
itu  akan   menjadi   dasar   kebenaran   untuk   mengakhiri
perselisihan di dalam masalah- masalah ini.
 
5).   Diperlukan   untuk  memberitahukan  tentang  kehidupan
setelah  mati.  Untuk  seseorang  yang  mempercayai   Tuhan,
percaya  bahwa  hidupnya  akan  dilanjutkan  setelah mati di
dalam beberapa bentuk. Juga  mungkin  bahwa  akan  ada  hari
pertimbangan dimana manusia akan diberi hadiah atau dihukum.
 
Bila  ada kehidupan setelah mati yang demikian, manusia akan
mempersiapkan dirinya. Hanya  Tuhan  yang  dapat  mengetahui
tentang adanya hidup setelah mati.
 
Filsafat  tidak dapat menolong dalam hal ini, juga pemikiran
manusia tidak dapat menarik kesimpulan adanya hidup  setelah
mati  lewat  penyelidikan  atau  pengalaman  di dunia. Hanya
Tuhan yang memiliki ilmu tertentu  ini.  Dia  dapat  memberi
keterangan ini melalui pesuruhNya.
 
                                         (bersambung ke-2/3)


DIALOG TENTANG ISLAM DAN KRISTEN   Prof. Wilson & Muhammad Jawad Chirri Alih Bahasa: H.M. Ridho Umar Baridwan, S.H. Penerbit P.T. Alma'arif, Bandung, Cetakan Kelima, 1981  

Indeks Islam | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team