Faham Mahdi Syi'ah dan
Ahmadiyah dalam Perspektif

oleh Drs. Muslih Fathoni, M.A.

Indeks Islam | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

 
PAHAM KEWAHYUAN MAHDI SYI'AH DAN AHMADIYAH             (4/4)
oleh Drs. Muslih Fathoni, M.A.
 
2. HUBUNGANNYA DENGAN DOKTRIN KENABIANNYA
 
Doktrin kenabian dalam Ahmadiyah  rupanya  sulit  dipisahkan
dengan  paham  kewahyuannya. Jika paham kenabian Syi'ah Isna
'Asyariyyah  bermula  dari  masalah  keimaman,  maka   paham
kenabian  Ahmadiyah  terfokus  pada  masalah  kemasihan yang
dijanjikan. Sebagaimana dijelaskan  dimuka,  paham  kenabian
Ahmadiyah  memang memberi pengertian baru yang senada dengan
paham Syi'ah yaitu bahwa nabi itu  akan  terus  diutus  oleh
Tuhan  tanpa  batas  waktu.  Akan  tetapi,  agaknya  berbeda
mengenai tugas kenabiannya. Terutama  tugas  kenabian  Mirza
Ghulam Ahmad disamping sebagai Hakim Pengislah (juru damai),
dia juga bertugas untuk membunuh  Dajjal.  Sebab  Nabi  'Isa
yang  dahulu  pernah  diutus  oleh  Tuhan kepada Bani Israil,
telah wafat secara  alami,  sebagai  yang  dinyatakan  dalam
sebuah karyanya:
 
"...   Dan   di   antara   kunci  pengajaran  dan  pemberian
pemaharnanNya, bahwa al-Masih ibn Maryam  benar-benar  telah
wafat  secara  alami  sebagaimana  halnya saudara-saudaranya
kaum  Muslimin.  Dan  Allah  telah  memberi  kabar   gembira
kepadaku  dan  telah  berfirman: "Sesungguhnya al-Masih yang
dijanjikan dan al-Mahdi yang berbahagia yang ditunggu-tunggu
dan  dinanti-nantikan,  dia  adalah  engkau."  Kami  (Allah)
berbuat apa  yang  Kami  kehendaki,  maka  janganlah  engkau
membuat kedustaan. Dan (Tuhan) berfirman pula: "Sungguh Kami
telah menjadikan kamu sebagai al-Masih ibn Maryam ..."16
 
Informasi tentang wafatnya  'Isa  ibn  Maryam  secara  wajar
memang dapat diterima secara rasional. Informasi seperti ini
tentunya  sangat  berbeda  dengan  apa  yang  diyakini  oleh
pengikut  golongan  'Asyariyyah  yang beranggapan bahwa 'Isa
al-Masih itu masih hidup hingga sekarang, dan dia akan turun
lagi  menjelang hari Kiamat untuk membunuh Dajjal. Keyakinan
seperti ini, tampaknya dilandasi  oleh  paham  Masyi'atullah
(kehendak  mutlak Tuhan) diluar jangkauan akal manusia. Akan
tetapi, jika kepercayaan tersebut dikembalikan pada komitmen
ahli-ahli   teologi   Islam,   bahwa   keyakinan  itu  harus
didasarkan pada al-Quran dan  hadis  mutawatir  yakni  hadis
yang  memfaedahkan  yakin  maka  tidaklah menjadi kafir bagi
orang yang mengingkari pendapat Asyariyyah  tersebut.  Sebab
dasar  atau  dalil  untuk  meyakini  bahwa 'Isa al-Masih itu
masih hidup dan akan turun kembali ke dunia  untuk  membunuh
Dajjal,  hanyalah  hadis  sahih  yang  memfaedahkan zan atau
dugaan. Oleh sebab itu, keyakinan tentang masih  hidup  atau
sudah  wafatnya  'Isa  al-Masih  bukanlah  rukun  iman,  dan
karenanya tidak perlu diangkat ke permukaan  sehingga  dapat
menimbulkan   kesalahpahaman   dan   bahkan   bisa   membawa
perpecahan ummat Islam.
 
Adapun  pegangan  dasar  kaum  Ahmadiyah  adalah  al-Qur-an,
Mushaf 'Usmani - hadis Bukhari dan Muslim, serta kitab-kitab
hadis lainnya,  disamping  ajaran  Mirza  Ghulam  Ahmad  itu
sendiri.  Pengakuan  sebagai  mujaddid  (pembaharu) kemudian
pengakuan Mirza sebagai 'Isa, disamping  pengakuannya  dapat
berdialog  langsung  dengan  Tuhan  adalah  merupakan faktor
penyebab lahirnya paham kenabian Ahmadiyah.  Mujaddid  dalam
pengertian  Mirza, bukan diangkat oleh manusia, tetapi harus
diangkat oleh Tuhan sebagaimana dalam pernyataannya:
 
"Hai kaumku! Sesungguhnya (ajaranku) itu dari Allah, sungguh
(ajaranku)  itu  dari  Allah,  sungguh  (ajaranku)  itu dari
Allah. Dan aku bersaksi kepada Tuhanku,  bahwa  sesungguhnya
(ajaranku)  dari  Allah.  Aku beriman kepada-Nya, dan kepada
Kitab-Nya al-Furqan, serta kepada apa yang telah  ditetapkan
pada  (Nabi  Muhammad) penghulu manusia dan jin. Sungguh aku
telah diutus (oleh Allah) pada  abad  ini  untuk  mengadakan
pembaharuan  pada agama dan menyinarkan wajah agama itu. Dan
atas yang demikian itu, Allahlah  saksinya,  dan  Allah  pun
mengetahui siapa yang celaka dan siapa yang bahagia."17
 
Penyataan  Mirza  diatas,  oleh  Ahmadiyah  Qadiani dianggap
sebagai wahyu, dan  diyakininya  sebagai  meyakini  al-Quran
atau  hadis Nabi, demikian R. Batuah, pengikut sekte Qadiani
di Indonesia. Selanjutnya ia menyatakan: Mirza Ghulam  Ahmad
harus  didengar  dan  ditaati ajaran-ajarannya.18 Sebaliknya
orang yang mengingkari ajaran Mirza berarti  ia  mengingkari
seluruh  ajaran  al-Quran,  namun  bagi  sekte  Lahore tidak
demikian keyakinannya, boleh  jadi  ajaran  Mirza  dijadikan
sebagai  pemacu  gerakan  dakwahnya  saja  di  kalangan kaum
Nasrani di dunia.  Pernyataan  Mirza  sebagai  seorang  yang
dapat berdialog langsung dengan Tuhan layaknya seorang rasul
yang menerima wahyu adalah demikian:
 
"Aku tidak pernah mengatakan kepada manusia, kecuali apa yang
telah   aku  tulis  dalam  kitabku,  bahwasanya  aku  adalah
muhaddas dan Allah berbicara dengan  aku  sebagaimana  Allah
berbicara dengan para muhaddasin. Dan Allah mengetahui bahwa
Dia telah memberiku pangkat ini, maka bagaimana aku  (dapat)
menolak  apa  yang  telah  diberikan Allah kepadaku? Dan dia
telah memberiku rizki  apakah  aku  (harus)  berpaling  dari
limpahan  (anugerah)  Tuhan,  Pencipta  dan  Pemelihara alam
semesta ini?"19
 
Mungkin  orang  akan  mempersoalkan  apakah  paham  kenabian
diatas,  sebagai  yang  dilontarkan  oleh Mirza Ghulam Ahmad
dapatkah paham itu dikategorikan sebagai  pembaharuan  dalam
Islam?  Atau justru sebaliknya yaitu sebagai bid'ah 'akidah?
Apabila  didalam  Surah   as-Saf:   6,   Nabi   'Isa   a.s.,
menginformasikan  kepada  pengikutnya,  akan  datang seorang
rasul bernama Ahmad sesudahnya nanti, ini bukan berarti nama
Ahmad   tersebut  untuk  Mirza  Ghulam  Ahmad,  tetapi  yang
dimaksudkan adalah Nabi Muhammad. Ibn  'Abbas  adalah  salah
seorang  ulama  sahabat, yang lebih mengerti mengenai maksud
ayat:
 
"...  dan  (Isa)  memberi  kabar  gembira  akan  (datangnya)
seorang Rasul yang akan datang sesudahku, bemama Ahmad ..."
 
Dalam  kaitan  ini  Ibn  'Abbas dalam kitab tafsirnya, tidak
menjelaskan  adanya  nama  lain   selain   nama   Rasulullah
Muhammad.  Rupanya  paham kenabian Ahmadiyah ini bermula dan
doktrin kewahyuannya.
 
Setelah kita mengikuti uraian diatas,  dapatlah  disimpulkan
bahwa  paham  kewahyuan  Syi'ah  Isna  'Asyariyyah dan paham
kewahyuan Ahmadiyah adalah tidak jauh berbeda, secara  garis
besarnya  perbedaan kedua paham kewahyuan tersebut, hanyalah
terletak    pada     aspek     motivasi     gerakan     yang
melatarbelakanginya.
 
Gerakan  Syi'ah  lebih  diwarnai  oleh  motif-motif politis,
sedangkan gerakan Ahmadiyah, ditandai oleh  motif-motif  ide
pembaharuannya.  Jika  paham  kewahyuan Syi'ah bermuara pada
masalah keimaman, maka dalam  Ahmadiyah  paham  kewahyuannya
bermuara  pada masalah kemahdian atau kemasihan Mirza Ghulam
Ahmad. Akan tetapi jika kita  lihat  dari  aspek-aspek  yang
lain,   kedua   paham   kewahyuan  diatas,  dapat  dikatakan
berpangkal pada prinsip-prinsip yang serupa. Yaitu  keduanya
beranggapan bahkan berkeyakinan bahwa untuk membimbing ummat
manusia masih diperlukan  wahyu  Allah  atau  petunjuk  dari
Tuhan yang baru berupa wahyu.
 
Term  wahyu  yang dimaksud oleh kedua golongan itu, bukanlah
wahyu seperti yang ada dalam  al-Quran,  tetapi  wahyu  yang
lain.  Di  kalangan  Syi'ah  dikenal  adanya  wahyu  ta'lim,
sedangkan  di  kalangan  Ahmadiyah  dikenal   dengan   wahyu
walayah, wahyu tajdid, atau wahyu muhaddas. Baik kaum Syi'ah
maupun Ahmadiyah,  keduanya  memiliki  tokoh-tokoh  utamanya
yang   dikenal   sebagai   al-Mahdi   yang  merupakan  tokoh
legendaris  yang  dapat  berhubungan  dengan  Tuhan,   untuk
menerima  firman-firmanNya.  Oleh  sebab itu, kedua golongan
ini berkeyakinan bahwa wahyu tetap akan turun  sampai  kapan
pun.   Demikian  pula  kehadiran  seorang  nabi  juga  tidak
terbatas pada kurun waktu tertentu. Dalam kaitan ini, apakah
al-Mahdi  itu  identik  dengan  nabi?  tidak  dibahas  dalam
tulisan ini.  Oleh  karena  konsep  kenabian  dan  kewahyuan
tersebut muncul lebih dahulu di kalangan Syi'ah, maka konsep
kenabian dan kewahyuan Ahmadiyah  banyak  mendapat  pengaruh
dari ajaran Syi'ah.
 
Catatan kaki:
 
 1 H.L Beck dan N.J.G. Kaptein, eds., Pandangan Barat
   Terhadap Literatur, Hukum, Filosofi, Teologi dan Mistik
   Tradisi Islam Jilid I, terj., Sukarsi (Jakarta: INIS, 1988),
   hlm. 45.
 2 Subhi Salih, Mabahisul-Quranil-KLarim (Kairo:
   Darul-Ittihad lit-Tiba'ah, 1977), hlm. 82, 83.
 3 Sya'ban Muhammad Isma'il, Ma'al-Quranil-Karim (Kairo:
   Darul-Ittihadil-'Arabi lit-Tiba'ah, 1978) hlm. 85.
 4 Subhi Salih, op. Cit., hlm. 24.
 5 Muhammad Abduh, Risalah at-Tauhid
   (Mesir: Maktabah wa Matba'ah Muhammad 'Ali Sabih
   wa Auladuh, 1978), hlm. 84.
 6 Mana' Qattan, op. Cit., hlm. 261.
 7 Sya'ban Muhammad Isma'il, op. cit., hlm. 89, 90.
 8 Syah 'Abdul-'Aziz Ghulam Hakim ad-Dihlawi,
   Mukhtasar at-Tuhfatul-Isna 'Asyariyyah
   (Turki: Isik Kitabevi, 1980), hlm. 10; 24.
   Selanjutnya disebut ad-Dihlawi.
 9 Subhi Salih, Mabahis fi 'Ulumil-Quran
   (Kairo: Darul-Ittihad al-'Arabi lit Tiba'ah,
   1977), hlm. 83.
10 Ad-Dihlawi, op. cit., hlm. 30.
11 Ibid., hlm. 52.
12 Ibid., hlm. 30, 31.
13 Ibid., hlm. 50.
14 Al-Maududi, Ma Hiyal-Qadiyaniyyah, hlm. 26,
   Hamamatul-Busyra, hlm. 35-6.
15 Nazir Ahmad as-Siyalkoti, al-Qaulus-Sarih fi
   Zuhuril-Mahdi (Lahore: Nawa-i-Waqt Printers Ltd.,
   1961), hlm. 166.
16 Mirza Ghulam Ahmad, Itmamul-Hujjah 'Alal-Lazi
   Lajja wa Zagha 'Anil Mahajjah (Lahore: Matba'
   Kalzar Muhammadi, 1311 H), hlm. 3.
17 Ibid., hlm. 13.
18 Syafi R. Batuah, Ahmadiyah Apa dan Mengapa
   (Jemaat Ahmahdiyah Indonesia, 1985), hlm. 22-3.
19 Itmamul-Hujjah, op. cit., hlm. 266.
 
-------------------------------------------------
Faham Mahdi Syi'ah dan Ahmadiyah dalam Perspektif
Drs. Muslih Fathoni, M.A.
Edisi 1 Cetakan 1 (1994)
PT. RajaGrafindo Persada
Jln. Pelepah Hijau IV TN.I No.14-15
Telp. (021) 4520951 Kelapa Gading Permai
Jakarta Utara 14240

Indeks Islam | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team