Ahmadiyah Telanjang Bulat
di Panggung Sejarah

oleh Abdullah Hasan Alhadar

Indeks Islam | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

 

MIRZA PELEPAS AZAB
 
Itulah yang diniatkan oleh Mirza  Ghulam  dan  Ahmadiyahnya,
bahwa hadits itu tidak dha'if dan bahwa satu bata itu memang
ada, jadi bukan dua bata,  dan  bukan  tukang  kapur  maupun
tukang kebunnya gedung indah itu. Yang jelas bagi Ahmadiyah,
bahwa semua Nabi-nabi itu ibarat  batu-batu  bata,  termasuk
Nabi Muhammad s.a.w. dan satu batu-bata yang kekurangan atas
gedung itu diisi oleh Mirza Ghulam Ahmad, sebab dialah  Nabi
yang terakhir itu.
 
Selanjutnya Ahmadiyah masih mengutarakan dalil-dalilnya yang
lain, dalam rangka menyongsong kedatangan nabi baru  sesudah
kenabian  Muhammad  s.a.w.  Mereka  lebih  suka  menggunakan
ayat-ayat Qur'an dan  sekaligus  mengartikan  sesuai  dengan
maksud-maksud  mereka. Ayat 15 dari surah Bani Israiel, oleh
Ahmadiyah diartikan:
 
  "Tidaklah kami menurunkan adzab, melainkan kami
   kirimkan Rasul lebih dahulu. Ini untuk mencegah agar
   jangan sampai orang-orang nanti pada hari qiamat
   menyoal: (surah Thoha ayat 134): Wahai Tuhan kami,
   kenapa Engkau tidak mengirimkan Rasul kepada kami lebih
   dahulu supaya kami dapat menurut ayat-ayat Engkau
   sebelum kami menderita kehinaan dan sengsara."
 
Kemudian ayat lain yang berbunyi, ayat 58 Bani Israil:
 
  "Tidaklah satu dusunpun sebelum berdirinya kiamat,
   melainkan kami akan membinasakan atau mengadzabnya
   dengan sehebat-hebatnya."
 
Dari kedua ayat ini,  demikian  Ahmadiyah  menegaskan,  kita
dapat  mengambil  kesimpulan  bahwa  kedatangan  Rasul-rasul
sebelum hari kiamat bukan mungkin  saja,  bahkan  harus  dan
pasti.1 Lagi-lagi Ahmadiyah mengatakan Rasul-rasul yang akan
datang.   Kedatangan   Rasul-rasul    itu    justru    untuk
menyelamatkan    kaum    Muslimin    dari   kehancuran   dan
kesengsaraannya.  Bila  kehancuran  itu  terjadi?  Ahmadiyah
menjawab:
 
  "Ummat Islam telah mengalami kehancuran dua kali.
   Kehancuran pertama tatkala penyerbuan raja Moghol,
   Hulagu Khan, pada tahun 1258 itu, dan kehancuran yang
   kedua tatkala berada di bawah penjajahan imperialisme
   Barat."2
 
Karena  dua  kali  kehancuran  inilah  maka  Tuhan  mengirim
Rasul-rasulNya. Siapakah rasul yang dikirim Tuhan pada tahun
1258 itu dan siapa Rasul yang dikirim pada  masa  penindasan
imperialisme   Barat   itu?   Kaum  Ahmadiyah  tidak  pernah
menyebut-nyebut nama rasul  yang  diutus  Tuhan  pada  tahun
penyerbuan  Hulagu Khan itu. Melainkan hanya satu rasul yang
diutus pada masa penindasan imperialisme Barat, yakni  Mirza
Ghulam Ahmad. Ada kemungkinan Mirza rnerangkap sebagai rasul
tahun 1258 itu juga. Sungguh  menarik,  bagaimana  ia  dapat
menyelamatkan  adzab  sengsara kaum Muslimin pada tahun 1258
itu, padahal Mirza Ghulam Ahmad baru  muncul  ke  dunia  ini
lima  ratus  tahun kemudian. Tentunya dari saat ke saat kaum
Muslimin yang hidup antara 500  tahun  itu  akan  mengajukan
soal  pada  Tuhan:  "Wahai  Tuhan  kami, kenapa Engkau tidak
kirim rasul-Mu?" Justru pada waktu itulah saat  yang  paling
tepat  bila  Tuhan  mengutus  rasul-Nya,dan  tidak  menunggu
sampai Mirza Ghulam Ahmad lahir.
 
Kemudian pada kehancuran kaum Muslimin yang  kedua  kalinya,
Tuhan telah mengirimkan: rasulNya, yaitu Mirza Ghulam Ahmad.
Yang penting  untuk  ditanyakan  di  sini,  apakah  gerangan
kiranya  yang  dibuat Mirza Ghulam Ahmad untuk menyelamatkan
kaum Musilmin dan penindasan imperialisme Barat?!
 
Berikut  ini  Ahmadiyah   mengemukakan   satu   dalil   dari
Al-Qur'an.   Diambil   dari  surah  An-Nisa'  ayat  69  yang
berbunyi:
 
  "Barangsiapa yang menurut perintah Allah dan RasulNya,
   nabi Muhammad s.a.w., mereka akan termasuk golongan
   orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah yaitu,
   nabi-nabi orang-orang siddiq, syahid, dan saleh."
   Jelasnya mereka sebagai ummat selaras dengan keimanan
   kesetiaan dan keikhlasan mereka masing-masing dan
   taufik Ilahi menyertainya pula dapat menerima keempat
   kedudukan tersebut. Dalam ayat ini dijelaskan bahwa
   ummat Islam sebagai ummat yang terbaik dan patuh serta
   setia kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi Muhammad s.a.w.
   mereka akan diberi empat macam nikmat yaitu: menjadi
   nabi, menjadi siddiq, menjadi syahid dan menjadi orang
   saleh."3
 
Ahmadiyah meneruskan lagi uraiannya  tentang  ayat  An-Nisa'
itu dengan mengatakan, dan jika perkataan minannabiyin (dari
Nabi-nabi) dihubungkan dengan perkataan wa man  yuthi'illaha
warrusula  (dan  barangsiapa  mengikut Allah dan rasul) maka
adalah perkataan minan nabiyin itu tafsir (penjelasan)  dari
kalimat   wa  man  yuthi'ilaha  (barangsiapa  yang  mengikut
Allah). Akhirnya Ahmadiyah  berkata:  "Maka  dengan  susunan
seperti  ini  sudah  pasti  adanya nabi-nabi pada masa rasul
atau kemudian beliau yang akan mengikut beliau."4
 
Yang menarik buat kita bukan saja adanya  nabi-nabi  sesudah
Nabi  Muhammad  melainkan kata-kata: ada nabi-nabi pada masa
rasul. Untuk  apa  ditulis  itu,  apa  Ahmadiyah  buta  pada
sejarah  atau  membodoh-bodohi  pengikut-pengikutnya.  Lebih
baik sebut saja: nabi-nabi di kemudian beliau. Inipun  tidak
terlepas  juga  dari  blundernya,  sebab nabi-nabi itu masih
ditulisnya jua.
 
Lebih menarik lagi pada watak Ahmadiyah ialah mengubah  arti
dan  tujuan  dari  ayat-ayat  Al-Qur'an. Seperti dalam surah
An-Nisa' tersebut di atas, pengertiannya, bukanlah  dimaksud
bahwa  yang  taat pada Allah dan RasulNya akan diberi nikmat
menjadi  nabi-nabi,   siddiqin,   syuhada,   dan   shalihin,
melainkan   bagi   mereka   yang  taat  akan  diberi  nikmat
sebagaimana nikmat yang diterima oleh para  nabi,  siddiqin,
syuhada'   dan  shalihin.  Jika  ada  dari  orang-orang  itu
muttaqin, shabirin,  syakirin,  mu'minin,  maka  Allah  akan
memberi  nikmat  sebagaimana  yang  diterima  oleh Nabi-nabi
siddiqin syuhada' dan shalihin. Bukankah yang diharap mereka
itu  ialah  keridhaan  Allah  di  dunia dan di akhirat? Jadi
jelas bukan nikmat menjadi  nabi-nabi.  Memang  benar  sudah
banyak  ummat  Muhammad  s.a.w.  yang  siddiqin, syuhada dan
shalihin, tapi tidak pernah ada yang nabiyin,  bahkan  tidak
pernah  ada  yang nabi, sekalipun. Itu hanya satu kecerdikan
Ahmadiyah dengan tujuan membuka jalan  bagi  masuknya  Mirza
Ghulam Ahmad menjadi nabi.
 
Dan  inipun  juga  satu kecerdikan kaum Ahmadiyah yang lain.
Diambilnya dari surah Al-Maidah ayat 21:  "dan  ketika  nabi
Musa  a.s.  berkata pada kaumnya (Bani Israel) wahai kaumku,
ingatlah kamu pada, nikmat  Allah  yang  telah  diberikannya
kepadamu  yaitu  waktu  ia  mengangkat diantara kamu menjadi
Nabi-nabi dan raja-raja." Ayat ini tegas  menjelaskan  bahwa
ummat Islam pasti akan menerima kedua macam nikmat tersebut.
Nikmat yang kedua sudah sempurna yaitu sudah  banyak  sekali
ummat  Islam  yang  telah  menjadi raja-raja dan nikmat yang
kedua pasti sempurna pula."5 Demikian Ahmadiyah.
 
Yang  dimaksud  nikmat  pertama  yang  ditunggu-tunggu  kaum
Muslimin  ialah  nikmat menjadi nabi-nabi. Nikmat yang kedua
menjadi raja-raja sudah banyak dan kalau  nikmat  itu  sudah
dirasakan  ummat  Muhammad, maka itu sudah berlawanan dengan
kenyataannya. Justru raja-raja dalam  Islam  tidak  ada  dan
syari'at Muhammad s.a.w. tidak mengenal kerajaan serta tidak
mengajarnya. Raya-raja yang bangun di kalangan kaum muslimin
adalah raja-raja yang banyak mendzalimi rakyatnya, dan hanya
menikmati  kemewahan  harta  dan  perempuan.   Apakah   yang
demikian   satu  kenikmatan  dari  Allah?!  Ahmadiyah  hanya
omong-kosong.  Apatah  lagi  datangnya   nikmat   inabi-nabi
sesudah Nabi Muhammad.
 
Catatan kaki:
1 lih: M. Ahmad Nuruddin, Masalah Kenabian, hal 22.
2 lih: Ali Muchajat, Hakikat al-Masih, Jakarta Al-Busyra,
  tanpa tahun, hal. 53.
3 lih: M. Ahmad Nuruddin, Masalah Kenabian hal. 20.
4 lih: idem hal. 21/22.
5 lih: M. Ahmad Nuruddin, Masalah Kenabian, hal. 17/18.
 
---------------------------------------------
Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah
Abdullah Hasan Alhadar
PT. Alma'arif, Cetakan Pertama 1980
Jln. Tamblong No.48-50, Bandung
Telp. 50708, 57177, 58332

Indeks Islam | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team