Ahmadiyah Telanjang Bulat
di Panggung Sejarah

oleh Abdullah Hasan Alhadar

Indeks Islam | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

 

TITIK BERTOLAK - AWAL BERKAIT
 
AGAMA KRISTEN NYARIS ROBOH
 
7 April tahun 30 A.D. (Anno Domini)1 bertepatan dengan  hari
Jum'at,   YESUS   KRISTUS  putera  Tuhan  yang  diutus  pada
domba-domba Israel telah  dijatuhi  hukuman  mati,  disalib!
Demikianlah  cerita  yang  tersurat  dalam  kitab suci ummat
Kristen, Perjanjian Baru.
 
Di lembah GOLGOTTA Bethlehem Yerusalem,  kira-kira  pukul  3
sore  pada  Jum'at  yang  na'as  itu,  dalam  keadaan hampir
telanjang,  Yesus  sang  Putera  telah   menjalani   hukuman
matinya.  Itulah  klimaks  dari kegagalan missinya. Ia gagal
total menanam benih di atas ketandusan bangsanya.  James  M.
Stalker berkata dalam bukunya:
 
  "Belum pernah di dunia ini sesuatu kegagalan begitu
   mutlak nampaknya seperti kegagalan Tuhan Yesus.
   Tubuhnya terkapar dalam kubur. Musuh-musuhnya sudah
   menang. Kematian mengakhiri segala pertentangan dan
   dari kedua yang bertentangan itu, kemenangan adalah
   pada pihak pemimpin-pemimpin Yahudi. Tuhan Yesus sudah
   tampak dan menyatakan diri sebagai Messias. Tetapi Ia
   bukanlah jenis Messias yang mereka idam-idamkan.
   Pengikut-pengikutnya sedikit saja jumlahnya dan tidak
   berpengaruh. Masa kerjanya singkat sekali. Sekarang Ia
   sudah mati dan tamatlah riwayatnya."2
 
Alangkah ironisnya peristiwa itu. Betapa tidak,  sang  BAPAK
di  sorga  seolah-olah  tidak  mengenal  watak hakiki bangsa
Israel "selalu berkhianat" terutama  terhadap  Utusan-utusan
yang  datang.  Ah,  lagi-lagi  Tuhan  Bapak  itu telah lalai
mempersiapkan keamanan menjelang Sang Putera datang ketengah
domba-domba Israel. Ataukah ada unsur kesengajaan sang BAPAK
membunuh PUTERANYA sendiri?
 
Cobalah lihat peristiwa yang menimpa diri Yesus ini.  Bahkan
pengikut-pengikutnya  yang  sedikit  itupun mengingkari dia.
SIMON  PETRUS  murid  yang  dicinta   dan   menyintai   juga
meninggalkannya.  Bukan  itu  saja,  ia  banyak  menyaksikan
adegan-adegan hina  atas  Gurunya.  Ia  menyaksikan  Gurunya
dituntut   di  depan  pengadilan,  tapi  ia  diam  saja.  Ia
menyaksikan pukulan-pukulan tinju menjatuhi  tubuh  Gurunya,
ia  diam  saja.  Saat Gurunya diludahi, ia diam saja. Ketika
orang bertanya apakah ia  kenal  Yesus,  ia  menjawab:  "Aku
tidak  kenal  orang  itu."  Sampai  tiga kali orang bertanya
padanya,  Simon  Petrus  murid  yang  terdekat   itu   tetap
menyangkal. Padahal ia pernah bersumpah di hadapan Gurunya:
 
  "Biarpun hamba mati bersama-sama TUHAN tiada hamba akan
   menyangkali Tuhan."3
 
Takutkah ia? Ataukah ia sehaluan dengan  Judas  Iskariot  si
pengkhianat?!!
 
Cobalah   lihat   yang   lain,   seluruh  lapisan  masrakat,
orang-orang Yahudi, orang tua ahli-ahli  Taurat,  seluruhnya
ikut  melibatkan  diri  mereka  atas  pembunuhan  yang keji.
Bahkan yang memilih vonis salib adalah mereka.4
 
Tatkala kematian di  salib  berakhir  dengan  jeritan  putus
harap:  "Ya  Tuhan! Ya Tuhan, mengapa Engkau tinggalkan Aku"
(Eli Eli Lama Sabakhtani),  sedangkan  dari  sang  BAPAK  di
sorga  tiada  juga datang jawaban atas panggilan putera yang
menyayat pilu, maka  berakhirlah  sudah  kisah  dramatis  di
lembah   Golgotta.   Sebaliknya   dari   kisah  yang  tamat,
dimulailah   awal   persengketaan   religius   di   kalangan
theoloog-theoloog  Kristen  terhadap diri Yesus. Figur siapa
"YESUS KRISTUS" menjadi  pokok  fundamentil  dari  kekacauan
iman yang tak habis-habisnya.
 
Siapakah  sebenarnya ia itu? Seorang manusia, Superman, Juru
Selamat yang celaka, SEMI (setengah) GOD, ataukah ia  PUTERA
Tuhan   atau   TUHAN  itu  sendiri?  Itulah  soal-soal  yang
memusingkan  akal,  mengacaukan  keyakinan   kaum   kristen.
Missinya yang singkat dan gagal total, kematiannya yang hina
di palang kayu, membuktikan secara nyata betapa mati gersang
rohani  bangsa Yahudi dan betapa sia-sia serta konyol setiap
Utusan Tuhan yang datang pada mereka.
 
Adalah satu hal yang wajar bila sejarah Yesus berakhir  pada
kematiannya:   Sebagaimana  yang  dikatakan  James  Stalker:
"Sekarang ia sudah mati dan tamatlah riwayatnya."
 
Akan  tetapi  pada  kenyataannya  tidak  demikian;   Sejarah
Kristen   mulai  menampilkan  lembaran-lembaran  babak  baru
tentang Yesus. Justru dengan kisah "SESUDAH MATINYA" itulah,
jalan  baru  telah  terbuka  lempang  bagi kelangsungan iman
kristiani. Kematian Yesus bukan penutup  dari  kegagalannya,
demikian  theolog-theolog  Kristen  berbicara. Dari kematian
timbul masa cerah. Samuel Zwemer berkata:
 
  "Syukur kepada Allah bahwa berita Injil tidak berakhir
   dengan kematian Kristus. Cerita itu tidak tammat dengan
   jeritan kemenangannya "sudah selesai." Demikian juga
   amanat kerasulan. Kematian Kristus disusul oleh
   kebangkitannya."5
 
Orang-orang yang menjadi saksi mata kisah  kebangkitan  dari
maut  tersebut,  termasuk  murid-muridnya yang ingkar, konon
memperoleh kembali keyakinan  mereka  akan  Tuhannya  Yesus.
Kebangkitan dari maut memancarkan cahaya baru, kata Samuel.6
Karenanya kegagalan missi beralih success, yang ingkar balik
percaya,  yang  berdosa  putih  kembali, dan tammatnya kisah
Kristus karena kematiannya menjadi berlanjut.
 
James Stalker berkata:
 
  "Karena kebangkitannya dari maut maka kebangkitan itu
   sendiri adalah MUJIZAT terbesar, sehingga karenanya
   SELURUH KEHIDUPANNYA YANG AJAIB menjadi dapat
   dipercaya."7
 
Rasul Paulus juga berkata:
 
  "Jika Kristus tidak dibangkitkan maka sia-sialah
   kepercayaanmu dan kamu masih hidup dalam dosamu."8
 
Itulah makna kebangkitan. Sayangnya  kebangkitan  itu  hanya
berjalan 40 hari.
 
Pada  hari  ke-40  dari  kematian  Yesus  maka tubuhnya yang
dipermuliakan itupun kembalilah ke tempatnya yang sejati, di
sebelah KANAN ALLAH BAPAK.9
 
Tidak  semua  kaum  Yahudi  yang  mati rohani sempat menjadi
saksi-saksi mata.
 
Konon kepercayaan hanya  menjalar  pada  segelintir  manusia
yang melihat kisah kebangkitan itu.
 
Apakah yang melihat sanggup bertahan, padahal semenjak Yesus
lenyap telah timbul  kontroversi-kontroversi  religius  yang
tak  kunjung  selesai.  Bertahun-tahun  awan  gelap meliputi
ummat Masehi. Opini-opini yang bertentangan  mengenai  siapa
YESUS KRISTUS melanda kaum pendeta, kaum paderi, uskup-uskup
dan Paus-paus. Mereka  saling  berbantah,  saling  mengucil,
saling melaknat dan mengutuk. Masa gelap dan silang sengketa
ini  harus  disudahi  serta  dicarikan  obat  penawar   demi
kelangsungan hidup agama itu sendiri.
 
Hal  inilah  yang  menyebabkan  kisah  versi Perjanjian Baru
masih berlanjut.
 
Catatan kaki:
1 Tahun A.D. (Anno Domini) = Tahun-tahun Tuhan masehi.
2 James M. Stalker, SENGSARA TUHAN YESUS, terjemahan
  T.F. Foedioka, Jakarta, B.P. Keristen, tiada tahun,
  hal. 120.
3 Matius 26: 35. (3
4 Yahya 18: 35;-Mattius 27: 23.
5 Samuel Zwemer, Kemuliaan Salib, terjemah Gajus Siagian,
  BPK. Jakarta, 1970, hal. 70.
6 idem, hal 72.
7 James Stalker, Sengsara Tuhan Yesus, hal. 121.
8 Korintus 15: 11.
9 James Stalker, Sengsara Tuhan Yesus, hal. 128.
 
---------------------------------------------
Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah
Abdullah Hasan Alhadar
PT. Alma'arif, Cetakan Pertama 1980
Jln. Tamblong No.48-50, Bandung
Telp. 50708, 57177, 58332

Indeks Islam | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team