Konferensi Pers Ajinomoto di BPPT

 

Indeks Islam | Indeks Artikel
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

 

Prof.Dr.Umar Anggara Jenie:
Secara ilmiah MSG Tidak Mengandung Babi

 

Berita IPTEK

Kamis, 11 Januari 2001, 13:33:31 Wib

Dalam kesempatan temu pers di BPPT ini, secara ilmiah Prof.Dr.Umar Anggara Jenie, menjelaskan proses produksi MSG yang sedang diributkan, tidak mengandung unsur barang haram atau babi.

Dalam awal penjelasannya, Prof.Dr.Umar Anggara Jenie mengatakan, "Seperti dijelaskan Dr. Wahono, bactosoytone adalah media yang digunakan dalam proses penyegaran bakteri. Sekali lagi pada proses penyegaran bakteri. Dan bukan pada proses produksi MSG".

"Kemudian, bactosoytone pembuatannya dimana? Dilakukan di Amerika Serikat oleh perusahaan yang dikenal dengan nama Difco Co USA", sambungnya. "Proses pembuatan bactosoytone itu adalah dengan hidrolisis enzimatik dari protein kedelai", ujarnya.

Dalam penjelasannya lebih lanjut, Prof.Dr.Umar Anggara Jenie mengatakan, "Dalam bahasa sederhana dikatakan bahwa protein kedelai itu dipecah-pecah menjadi kecil-kecil secara enzimatik lalu hal itu kita kenal menjadi bactosoytone itu".

Menurut pejelasan Prof.Dr.Umar Anggara Jenie lebih lanjut, dalam proses pemecahan protein kedelai menjadi bactosoytone itu digunakan katalis yang disebut dengan enzim porcine. "Nah, enzim porcine itu adalah campuran enzim yang berasal dari ekstrak pankreas babi, ekstrak tanaman, maupun enzim lain", sambungnya. "Jadi, pelu diketahui enzim porcine bukan murni hanya ekstrak pankreas babi. Tapi, campuran dari ekstrak pankreas babi plus ekstrak tanaman", tekannya. "Nah, tadi dikatakan fungsinya adalah sebagai katalis. Katalis dalam proses pemecahan atau hidrolisis protein kedelai menjadi pepton-pepton yang kita kenal dengan bactosoytone itu", ujarnya lebih lanjut.

Dalam penjelasannya, Prof.Dr.Umar Anggara Jenie mengatakan bahwa katalis dalam pengertian bio kimia adalah susbtansi yang berfungsi mempercepat proses reaksi tanpa dia sendiri masuk dalam struktur produk itu. Di dalam akhir proses hidrolisis ini enzim porcine itu diendapkan dan disaring kemudian filtratnya diuapkan. Sehingga, ada proses setelah hidrolisis ada proses penghilangan enzim yang tadi digunakan. Oleh karena itu, bactosoytone yang terjadi itu kalau dianalisis apakah masih mengandung enzim porcine tidak terdeteksi seperti yang dibuktikan teman-teman dari Ditjen POM.

Dengan jelas Prof.Dr.Umar Anggara Jenie menambahkan pula, "Kembali, pengertiannya adalah protein kedelai yang panjang itu dipecah-pecah menjadi mata rantai pendek yang bernama bactosoytone. Dan bactosoytone ini dalam proses produksinya memakai enzim porcine. Nah, bactosoytone digunakan sebagai apa? Digunakan sebagai media pertumbuhan dari bakteri yang nanti akan membuat MSG".

Dalam transparan yang diperlihatkan, Prof.Dr.Umar Anggara Jenie menjelaskan bahwa tahap pertama bakteri ditumbuhkan pada media padat. Media padat dimana bakteri ditebarkan disini. Bakteri ini makan protein kecil kedelai (pepton) tadi, bukan memakan enzimnya. Setelah bakteri itu tumbuh, maka kemudian bakteri itu diambil dan dimasukkan dalam fase pertumbuhan bakteri vegetatif pada media cair. Bisa dilihat disini, bactosoytone hanya digunakan pada tahap I saja. Dan bactosoytone itu sudah terbebas dari enzim porcine dan yang dimakan bakteri itu hanya peptonnya. Bukan enzimnya. Bakteri ini dipindahkan ke media cair baru dimasukkan ke media produksi. Media produksi ini tak mengandung bactosoytone. Dalam media produksi ini, bakteri bersama molases membentuk asam glutamat, Asam glutamat ini setelah alami pengendapan ditambah dengan sodium carbonate menjadi MSG dan kemudian dimurnikan. Dari proses ini kalau dilihat kita bisa melihat bahwa penggunaan enzim porcine yang dipermasalahkan ini hanya pada tahap pembuatan bactosoytone. Itupun, bakteri ini dipisahkan. Artinya, bactosoytone itu dibersihkan dari enzim itu. Kemudian, bactosoytone itu hanya digunakan pada tahap I yaitu penyegaran bakteri.

Dalam akhir penjelasannya, Prof.Dr.Umar Anggara Jenie menekankan, "Dan ingat, yang dimakan bakteri adalah pepton-pepton dan bukan enzim. Setelah itu bakteri baru digunakan pada media pembiakan vegetatif dan media produksi. Sehingga, secara ilmiah dapat dikatakan MSG yang terjadi ini memang benar-benar tidak terkontaminasi sedikitpun dengan unsur babi". (mye)

Sumber: http://www.beritaiptek.com/messages/aktualnews/1441112001mye.shtml


Subject: [is-lam] ajinomoto dari segi ilmiah Date: Fri, 12 Jan 2001 07:27:41 +0900 From: "wiwied" <d982220@ems.toyama-u.ac.jp>

Indeks Islam | Indeks Artikel
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team