Syi'ah dan Al Qur'an (5/7)

oleh Dr. Ihsan Ilahi Zhahier

 

Indeks Islam | Indeks Artikel
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

 

Beberapa contoh mengenai hal itu:

Sebagai misal dapat dikemukakan sebuah riwayat yang oleh Al- Kaliniy dikatakan berasal dari Jabir, yang menyatakan bahwa Abu Ja'far a.s. telah berkata sebagai berikut:

"Mengapa 'Ali bin Abi Tholib disebut sebagai Amirul Mu'minin? Karena demikianlah Allah menyebutnya, sebagaimana yang diwahyukan Allah (kepada Muhammad SAW) dalam Kitab Suci-Nya:

"Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan dari anak-anak Adam keturunannya dari tulang sulbinya (tulang belakang) dan menyuruh mereka bersaksi terhadap diri sendiri (atas pertanyaan): Bukankah Aku Tuhan kalian, dan Muhammad itu Rasul-Ku dan 'Ali itu Amirul Mu'minin?" [Al Kafiy, Kitab Al Hujjah, Bab An Nawadir, hal. 412, Jilid I, cet. Teheran; hal. 261, cet. India]

Setiap Muslim tahu benar, bahwa kalimat "Muhammad itu Rasul-Ku dan 'Ali itu Amirul Mu'minin" sama sekali bukan firman Allah Rabbul 'Alamin. (Lihat: QS. Al-Araf : 172). Kalimat tersebut jelas merupakan pemalsuan kaum Syi'ah terhadap firman Allah agar mereka dapat memantapkan keyakinan mereka yang lancung dan sesat.

Al Kaliniy mengemukakan juga riwayat yang dikatakannya berasal dari Jabir yang menyatakan: " Jibril as. menurunkan kepada Muhammad saw. ayat sebagai berikut:

"Jika kalian masih meragukan apa yang telah Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) mengenai Ali, maka coba buatlah sebuah surah serupa itu." [Al Kafiy, Kitab Al Hujjah, Bab Tanzil, hal. 417, Jilid I, cet. Teheran; hal. 263, cet. India] Kalimat yang digarisbawahi tidak terdapat dalam Al-Qur'an (pemalsuan terhadap ayat 23 Surah Al- Baqarah).

Al Kaliniy menampilkan juga riwayat dari Abu Bushair, dan dia berasal dari Abu 'Abdullah a.s., yang menyatakan bahwa versi asli dari ayat awal Surah Al-Ma'arij adalah sebagai berikut :

"Bertanya seorang penanya tentang adzab yang bakal terjadi, yang pasti akan menimpa orang yang kafir terhadap wilayah (imamah) 'Ali, yang tak seorang pun dapat menolaknya." [Al Kafiy, Kitab Al Hujjah, Bab Tanzil, hal. 422, Jilid I, cet. Teheran; hal. 266, cet. India]

Al Kaliniy meriwayatkan dari Abu Hamzah bahwa Abu Ja'far a.s. pernah berkata sebagai berikut: "Jibril datang dengan ayat (QS. Al Furqan:50) seperti ini:

"Maka sebagian besar manusia menolak wilayah (imamah) 'Ali, dan mereka bukan lain adalah orang kafir."

Selanjutnya ia juga berkata: "Jibril turun membawa ayat (QS Al Kahfi:29) seperti ini":

"Dan katakanlah (hai Muhammad) bahwa kebenaran datang dari Tuhanmu mengenai wilayah (imamah) 'Ali. Maka barang siapa mau ia boleh beriman dan barang siapa tidak mau ia boleh menjadi kafir. Kami sediakan bagi orang-orang yang zhalim terhadap aal (keluarga) Muhammad api neraka." [Al Kafiy, Kitab Al Hujjah, hal. 425, Jilid I, cet. Teheran; hal. 268, cet. India] (Yang digaris bawahi adalah tambahan terhadap ayat Al-Furqan:50 dan ayat Al-Kahfi:29.)

Riwayat dari Jabir mengatakan, bahwasanya Abu Ja'far a.s. berkata sebagai berikut :

"Dan seandainya mereka berbuat sebagaimana yang telah diperingatkan mengenai 'Ali tentu hal itu akan lebih baik bagi mereka." [Al Kafiy, Kitab Al Hujjah, hal. 425, Jilid I, cet. Teheran; hal. 268, cet. India] (Yang dicetak miring adalah tambahan terhadap ayat 66 S. An- Nisa).

Riwayat dari Munakhkhal mengatakan bahwa Abu 'Abdullah a.s. berkata sebagai berikut: "Jibril a.s. turun kepada Muhammad saw. membawa ayat seperti ini":

"Hai orang-orang yang telah diberi Kitab, hendaklah kalian beriman kepada apa yang telah Kami turunkan mengenai 'Ali sebagai cahaya terang-benderang." [Al Kafiy, Kitab Al Hujjah, hal. 417, Jilid I, cet. Teheran; hal. 264, cet. India] (Yang dicetak miring adalah tambahan terhadap ayat An-Nisa:47).

Riwayat dari Jabir juga mengatakan, bahwa Abu Ja'far a.s. berkata sebagai berikut: "Malaikat Jibril turun kepada Muhammad saw. menyampaikan ayat seperti ini":

"Alangkah buruknya perbuatan mereka yang telah menjual dirinya sendiri dengan mengingkari apa yang telah diturunkan Allah mengenai 'Ali karena dengki ." [Al Kafiy, Kitab Al Hujjah, hal. 417, Jilid I, cet. Teheran; hal. 262, cet. India] (Yang dicetak miring, tambahan terhadap ayat Al-Baqarah:90).

'Ali bin Ibrahim Al-Qummiy dalam mukadimah kitab tafsirnya mengatakan, bahwa "Qur'an telah terkena pengubahan dan revisi." Selanjutnya ia menegaskan: "Mengenai soal yang tidak sejalan dengan apa yang telah diturunkan Allah, misalnya firman Allah : "Kalian telah menjadi ummat terbaik yang pernah ditampilkan bagi ummat manusia, karena kalian menyuruh orang berbuat baik, mencegah kemungkaran dan beriman kepada Allah". [QS. 'Ali Imron:110]

Mengenai ayat itu Abu 'Abdullah a.s. berkata kepada orang yang membacanya : "Bagaimana disebut ummat terbaik, padahal menurut kenyataan mereka itu membunuh Amirul Mu'minin 'Ali dan anaknya, Al- Husein bi 'Ali?" Orang itu bertanya lagi : "Hai putera Rasul Allah, bagaimanakah sebenarnya ayat itu turun?" Abu 'Abdullah menjawab : "Ayat itu turun sebagai berikut":

"Kalian adalah para Imam terbaik yang ditampilkan bagi ummat manusia". Selanjutnya ia menambahkan: "Adapun yang dihapuskan ialah kata mengenai 'Ali dalam firman Allah":

"Akan tetapi Allah menjadi saksi atas apa yang telah diturunkan kepadamu mengenai 'Ali ." (Yang dicetak miring adalah terhadap ayat An Nisaa':166).

Serangkaian dengan riwayat tersebut di atas, menurut Al-Qummiy, Abu 'Abdullah juga membacakan ayat: "Hai Rasul, sampaikanlah apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu mengenai 'Ali ." [Tafsir Al Qummy, Mukadimah, hal. 10, Jilid I, cet. Najf-Irak] (Yang dicetak miring pemalsuan terhadap ayat Al- Ma'idah:67).

Al-Kasyiy dalam tafsirnya mengetengahkan sebuah riwayat yang dikutipnya dari Tafsir Al-'Ayasyi, bahwasannya Abu 'Abdullah a.s. pernah berkata: "Jika Al-Qur'an dibaca menurut sebagaimana yang diturunkan, kami tentu menemukan didalamnya nama-nama orang yang disebut." [Tafsir Ash Shafiy, Mukadimah, hal. 11, cet. Iran]

Al-Kaliniy mengetengahkan sebuah riwayat berasal dari Al-Husein bin Mayyah yang mendengarnya dari orang lain, bahwa pada suatu hari ada seorang membaca ayat Al-Qur'an di depan Abu 'Abdullah sebagai berikut:

"Katakanlah (hai Muhammad), hendaklah kalian berkerja. Allah, Rasul- Nya dan kaum Mu'minin pasti akan menyaksikan pekerjaan (amal perbuatan) kalian."

Saat itu Abu 'Abdullah menegur: "Bukan begitu (yakni: bukan kaum Mu'minin), yang benar ialah kaum ma'munun (yakni: orang-orang yang terpercaya) dan kami inilah kaum ma'munun!" [Al Kafiy, Kitab Al Hujjah, hal. 424, cet. Teheran; hal. 268, cet. India] (Perubahan dari Mu'minin menjadi ma'munun adalah pemalsuan terhadap ayat At- Taubah:105).

Diriwayatkan juga oleh Abu Ja'far a.s. bahwa Jibril turun membawa ayat sebagai berikut:

"Hai manusia, seorang Rasul telah datang kepada kalian membawa kebenaran mengenai wilayah (imamah) 'Ali, karena itu hendaklah kalian beriman, hal itu lebih baik bagi kalian, akan tetapi jika kalian mengingkari wilayah (imamah) 'Ali, maka ketahuilah bahwa segala yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah." [Al Kafiy, Kitab Al Hujjah, hal. 424, cet. Teheran; hal. 267, cet. India] (Yang dicetak miring adalah tambahan terhadap ayat An-Nisa:170).

Riwayat mengenai wilayah, imamah atau keimanan dan kepemimpinan 'Ali bin Abi Thalib seperti yang contoh-contohnya telah kami ketengahkan di atas semuanya tadi, bukan main banyaknya dikalangan kaum Syi'ah. Ada yang tertulis di dalam kitab-kitab tafsir mereka, dan banyak juga yang dapat kita temukan di dalam kitab-kitab mereka yang lain. Adapun mengenai riwayat tentang wishayah (wasiat mengenai kepemimpinan ummat yang "diterima" oleh 'Ali dari Rasul Allah saw.) juga tidak kalah banyaknya. Sebagai misal kami kutipkan saja sebuah riwayat yang dikemukakan oleh Al-Kaliniy berasal dari Mulla Rif'ah mengenai firman Allah dalam Surah Ar-Rahman:

". Maka nikmat tuhan kalian yang manakah yang kalian dustakan, apakah mendustakan Nabi ataukah mendustakan wasiy ('Ali sebagai penerima wasiat Nabi)?" [Al Kafiy fil Ushul, Bab Nikmat Allah, hal. 217, Jilid I, cet. Teheran.] (Pemalsuan terhadap ayat tersebut yang berulang- ulang termaktub dalam Surah Ar-rahman).

Kaum Syi'ah masih mempunyai banyak sekali riwayat yang semakna dengan itu.

Mengenai perubahan Al-Qur'an yang mereka tuduhkan kepada golongan lain, sesungguhnya hanya bertujuan hendak memastikan soal imamah atau soal wilayah, yang oleh mereka dijadikan pokok agama Islam. Hal ini dinyatakan secara terus terang oleh sebuah riwayat yang menurut kaum Syi'ah berasal dari Ar-Ridha. Dalam salah satu khutbahnya, Ar-Ridha mengatakan: "Sungguh, soal imamah adalah pokok agama Islam yang terus tumbuh dan cabangnya terus menjulang tinggi. Dengan adanya Imam (Imam yang berarti kepemimpinan ketuhanan Ahlul- bait), barulah shalat, zakat, puasa dan ibadah haji; menjadi sempurna." [Al Kafiy, Kitab Al Hujjah, Bab An Nawadir, hal. 200, Jilid I, cet. Teheran.]

Kaum Syi'ah tidak mungkin dapat menegakkan keyakinan atau akidah yang palsu itu kecuali dengan jalan melancarkan tuduhan tentang adanya perubahan dan penggantian isi Al-Qur'an. Menurut mereka, Al- Qur'an yang murni dan yang asli ialah "Al-Qur'an" yang telah mereka tambah dengan kalimat-kalimat mengenai wilayah dan wishayah 'Ali bin Abi Thalib serta anak-cucu keturunannya.

Selain itu dengan meyakini ketidak-murnian Al-Qur'an itu kaum Syi'ah juga mempunyai tujuan yang lain lagi. Yaitu tidak mau mengakui keutamaan para sahabat nabi saw. yang telah memperoleh tempat khusus dalam Al-Qur'an. Al-Qur'an menjadi saksi atas kedudukan mereka yang tinggi dan mulia, martabat mereka yang agung dan derajat mereka yang luhur. Dalam Al-Qur'an Allah 'Azza wa Jalla menyebut kaum Muhajirin dan Anshar, memuji akhlak mereka yang mulia dan perilaku mereka yang baik. Bagi mereka Allah telah memberi khabar gembira melalui Rasul- Nya, bahwa mereka itu adalah bakal menjadi para penghuni sorga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai. Allah swt. juga telah menjanjikan kepada mereka, khususnya para Khalifah Rasyidun - Abu Bakar, 'Umar, 'Utsman dan 'Ali Radhiyallahu 'anhum - bahwa mereka akan memperoleh kedudukan di muka bumi, memegang kekhalifahan memimpin ummat manusia atas dasar ketentuan-ketentuan Robbani dan Ilahi. Merekalah yang menyebarluaskan agama Islam secara benar dan meluas hampir ke seluruh penjuru dunia. Merekalah yang mengangkat tinggi-tinggi panji Islam dan Muslimin, menjunjung tinggi kebenaran Allah dan Rasul-Nya.

Beberapa orang dari mereka disebut oleh Allah swt. bersamaan dengan sebutan Rasul Allah saw., menerima ketenteraman dan ketenangan bersama beliau ... dan lain sebagainya yang semuanya itu difirmankan Allah dan dipatrikan dalam Kitab Suci-Nya, Al-Qur'anul-Karim.

Sebagaimana telah kita ketahui, bahwa Allah swt. telah menyatakan pujian-Nya di dalam Al-Qur'an yang akan tetap kekal sepanjang zaman, kepada kaum Muhajirin dan Anshar yang dipelopori oleh Abu Bakar, 'Umar, 'Utsman, 'Ali, Thalhah, Zubair dan lain-lain.

"Para perintis yang pertama dari kaum Muhajirin dan Anshar, serta semua orang yang mengikuti mereka dalam amal perbuatan yang baik, Allah ridho (puas) dengan mereka dan mereka pun ridho (puas) dengan Allah. Bagi mereka Allah menyediakan sorga-sorga yang di dalamnya mengalir sungai- sungai. Di dalamnya mereka tinggal selama-lamanya. Itulah keberuntungan yang amat besar." [QS. At Taubah:100]

"..Dan mereka yang beriman serta berhijrah dan berjuang di jalan Allah. Demikian pula mereka yang memberi perlindungan dan pertolongan, mereka itu orang-orag yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rizki berlimpah- ruah." [QS. Al Anfal:74]

"Tidak sama di antara kalian, orang yang menginfakkan harta kekayaannya dan turut berperang sebelum al-fath (sebelum jatuhnya kota Makkah ke tangan kaum Muslimin) dengan orang yang berbuat hal itu sesudah al-fath. Derajat mereka (yang tersebut pertama) lebih utama daripada orang-orang yang menginfakkan harta dan berperang setelah al-fath. Akan tetapi Allah telah menjanjikan pahala yang baik bagi orang dari mereka. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kalian perbuat." [QS. Al Hadid:10]

". Maka orang-orang yang beriman kepadanya (Nabi Muhammad saw.), dan memuliakannya, membelanya serta mengikuti cahaya (Al-Qur'an) yang diturunkan bersamanya; mereka itulah orang- orang yang beroleh keberuntungan."[QS. Al A'raf:157]

Mengenai para sahabat Nabi saw. yang bersama-sama beliau di Hudaibiyyah dan menyatakan sumpah setia bertekad mati membela beliau, Allah telah menegaskan dalam firman-Nya:

"Sesungguhnya mereka yang telah menyatakan janji setia kepadamu, sebenarnya mereka itu adalah menyatakan janji setia kepada Allah. Tangan Allah berada di atas tangan mereka." [QS. Al Fath:10]

Mereka diberi kabar gembira memasuki sorga. Mengenai hal ini

Allah berfirman :

"Sungguh, Allah telah meridhoi orang-orang yang beriman, ketika mereka menyatakan janji setia kepadamu di bawah pohon. Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka dan mengkaruniai kemenangan di waktu dekat." [QS. Al Fath:18]

Mengenai pada sahabat Nabi yang tulus dan ikhlas itu, Allah swt. telah menegaskan dalam firman-Nya :

"Muhammad adalah Rasul Allah, dan orang-orang yang bersama dia besikap kera sterhadap kaum kafir dan kasih sayang di antara sesama mereka. Kaulihat mereka benrruku' dan bersujud mendambakan karuia Allah dan keridhoan-Nya. Pada wajah mereka terdapat tanda-tanda bekas sujud. Demikianlah perumpanaan mereka di dalam Taurat dan perumpamaan mereka di dalam Injil: Laksana benih yang mengeluarkan batang lalu menjadi kuat karenanya, lebat dan tegak diatas batangnya, menyenangkan hati para penabur benih semula, tetapi membangkitkan marah orang yang mengingkari (membenci) mereka. Allah telah menjanjikan kepada semua orang diantara mereka yang beriman dan berbuat amal kebaikan, ampunan dan pahala yang amat besar." [QS. Al Fath:29]

"(Harta jarahan perang itu sebagian) untuk kaum fakir miskin Muhajirin, mereka yang diusir dari rumahnya dan dipaksa meninggalkan harta bendanya karena mendambakan karunia Allah dan keridhoan-Nya, serta membela Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang sungguh-sungguh beriman. Dan mereka (kaum Anshar) yang bertempat tinggal di rumah (Madinah) dan telah beriman sebelum (kedatangan kaum Muhajirin) . mereka itu mencintai orang-orang yang hijrah ke (tempat) mereka, dan tidak berpamrih di dalam hatinya atas apa yang telah diberikan kepada kaum Muhajirin. Mereka lebih mengutamakan kaum Muhajirin daripada diri mereka sendiri, sekalipun mereka itu sesungguhnya dalam keadaan miskin. Dan barangsiapa terpelihara dari kekikiran, mereka itulah orang-orang yang beroleh keberuntungan." [QS. Al Hasyr:8-9]

". Akan tetapi Allah membuat kalian sangat mencintai keimanan danmenjadikannya indah dalam hati kalian. Hal itu menimbulkan dalam diri kalian perasaan benci kepada kekufuran,kefasikan dan kedurhakaan. Itulah orang-orang yang berada di jalan yang benar, sebagai karunia dan nikmat dari Allah. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." [QS. Al Hujurat:7-8]

Mengenai para sahabat Nabi yang kemudian menjadi Khalifah Rasyidun secara berturut-turut, Allah telah berfirman sebelumnya :

"Allah telah menjanjikan kepada mereka yang benar-benar beriman dan berbuat kebaikan di antara kalian, Allah akan menjadikan mereka Khalifah di muka bumi, sebagaimana Ia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka sebagai Khalifah, Allah akan memperkokoh bagi mereka agama yang telah diridhoi-Nya dan Allah akan mengubah keadaan mereka dari keadaan serba ketakutan menjadi aman dan tenteram." [QS. An Nuur:55]

Mengenai seorang sahabat terdekat Rasul Allah saw., Allah telah berfirman :

"Jika kalian tidak menolong dia (Muhammad saw.), Allah telah menolongnya, yaitu ketika orang-orang kafir mengusirnya dan menjadi salah satu dari dua orang berada di dalam gua. Ketika itu ia berkata kepada sahabatnya: "Janganlah bersedih hati, sungguh, Allah beserta kita. "Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan memberinya kekuatan dengan pasukan yang tidak tampak olehmu." dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." [QS. At Taubah:40] Dan masih banyak lagi ayat-ayat seperti di atas itu.

Ayat-ayat suci tersebut merupakan pukulan hebat bagi kaum Syi'ah dan para pendukungnya. Dengan nash-nash yang terang dan sangat gamblang itu tidak mungkin mereka dapat mengkafirkan Abu Bakar, 'Umar, 'Utsman dan para sahabat Nabi yang lain - radhiyallahu 'anhum ajma'in. Untuk dapat keluar dari jalan buntu itu mereka mengobral tuduhan tentang Al-Qur'an yang dikatakannya tidak murni dan tidak asli lagi, atau sudah terkena revisi. Jalan lainnya lagi yang mereka tempuh ialah menafsirkan atau menta'wilkan ayat-ayat Al-Qur'an secara batil yang sama sekali tidak dapat menyentuh hati dan sangat memuakkan fikiran sehat. Menurut kenyataan, keyakinan dan kepercayaan mereka itu tidak dapat dipertahankan atau ditegakkan kecuali dengan mengkafir-kafirkan para sahabat nabi secara umum. Khususnya tiga orang Khalifah Rasyidun dan orang-orang yang membantu mereka dalam mengemudikan roda pimpinan atas kehidupan kaum Muslimin. Itulah sebabnya mengapa kaum Syi'ah berteriak : "Setelah Nabi wafat, semua orang telah murtad kembali, kecuali tiga." Menurut mereka perkataan itu diucapkan oleh Abu Ja'far-salah satu dari dua belas orang Imam Syi'ah - Demikianlah yang diberitakan oleh ahli sejarah Syi'ah ternama, Al-Kasyiy. [Rijalul Kasyiy, hal. 12 di bawah judul Salman Al Farisiy, cet. Karbala, Irak]

(sebelum, sesudah)


Date: Wed, 17 May 2000 16:21:44 +0700 From: "Funny People" <syahadah@solonet.co.id> To: "Milis Is-lam" <is-lam@isnet.org>

 

Indeks Islam | Indeks Artikel
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team