AS Diserang Habis, Bagaimana Perasaan Warganya?
Ustad Indonesia Dampingi Bush Tinjau WTC

M. Syamsi Ali


Presiden George Walker Bush dua hari lalu melakukan safari doa bersama para pemimpin agama Amerika Serikat seperti Kristen, Katolik, Islam, Yahudi, Budha, dan Hindu. Yang menarik, Bush mengajak ustad asal Indonesia M. Syamsi Ali MA melakukan safari doa di New York dan bahkan bersama-sama meninjau reruntuhan WTC. Siapa Syamsi? Mengapa dia bisa masuk rombongan Bush?

Ramadhan Pohan, Washington D.C.

Bermula dari ajakan imam masjid Malcom Shahbaz New York, Imam Ezekil Pasha. Selain tokoh muslim yang disegani di AS, Ezekil Pasha adalah ketua Chaplain (kerohanian) New York Police Department (NYPD). Ezekil menghubungi ustad kelahiran Sulawesi Selatan ini malam-malam.

"Saya ditelepon Imam Ezekil Pasha untuk hadir bersama beliau sendiri mewakili umat muslim New York dalam acara doa nasional bersama Presiden Bush," tutur Syamsi kepada Jawa Pos.

Setelah Washington D.C., safari doa Bush bergeser ke kota dunia, New York City. Doa itu dilangsungkan di Saint Patrick Church, yang terletak di Jalan 49 dan 5 Avenue Manhattan, NY. Sebelum acara doa, pemimpin agama yang hadir meliputi Board of Rabbis of Great NYC, para pendeta dan pastor, serta dua imam dari kalangan komunitas muslim --Imam E. Pasha dan Syamsi Ali-- melakukan rapat tertutup. Rapat itu dipimpin langsung Walikota New York Robert Giuliani dan Police Commissioner NYPD.

"Dalam rapat tersebut dibahas situasi terakhir New York. Rekomendasi kita kepada Pak Wali adalah meminta Presiden Bush mengeluarkan statemen bahwa peristiwa tragis tersebut sama sekali jangan dikaitkan dengan ajaran Islam, serta hendaknya tidak dikaitkan dengan umat Islam.

Alhamdulillah, Giuliani bersedia menyampaikannya kepada presiden," papar Syamsi, kalem.

Setelah acara di Saint Patrick, rombongan religious leader dan beberapa mantan petinggi New York --antara lain mantan Walikota Dinkins dan mantan Walikota Koch-- mengendarai police van ke tempat tragedi, WTC. Di lokasi reruntuhan, Syamsi bersama para tokoh agama lainnya dan Presiden Bush berfoto bersama. Publik melihat betapa harmonisasi hubungan antaragama nyata adanya. Artinya, tidak ada agama yang harus dipojokkan, karena semua agama mengutuk kekerasan yang dilakukan oleh siapa pun.

Saat itu doa dipanjatkan untuk para korban WTC oleh para pemuka, sesuai agama masing-masing. Rombongan terbatas belasan orang (pasukan pengaman presiden jumlahnya malah berkali-kali lipat dari rombongan, Red) itu kemudian berfoto bersama Bush. Dalam suasana ramah-tamah itulah Presiden Bush bersalaman dengan Syamsi Ali. Di dekat Bush dan Syamsi tampak Pendeta Saint Patrick, Chief Rabbi NY, Dinkins, dan Koch. "Ketika menjabat tangan Bush, saya menyampaikan ungkapan simpati. Pak Bush lalu memegang tangan saya dan menanyakan, "Where are you from".

Tanpa pikir panjang, saya jawab, "I am Indonesian origin from queens area," ujar Syamsi.

Dia mengangguk-angguk. Ketika memegang tangan Syamsi, Bush sempat tercenung sebentar, lalu tersenyum. Syamsi tak tahu mengapa orang nomor satu di negeri Adidaya itu diam sejenak. Syamsi memanfaatkannya untuk bicara. "Saya katakan, Mr President, God will be with the truth (Tuhan bersama kebenaran)," kata Syamsi kepada Bush.

Baru kalimat itu terucapkan Syamsi, Bush mendadak memotong cepat. "Terima kasih atas doa dan harapannya," ujar Bush sambil menatap Syamsi dalam-dalam. Syamsi sendiri tahu diri dan tidak ingin membahas ihwal undangan Bush kepada Megawati. Dai muda kelahiran 1967 ini lebih memilih berbicara dengan Bush dalam konteks kemanusiaan dan soal-soal yang ada di seputar tragedi WTC saja. Meninjau lokasi WTC bersama Bush -disaksikan puluhan anggota keluarga korban dan para sukarelawan di sekitar lokasi- Syamsi menangkap kesan haru mendalam.

Wajah Bush memang tampak mendung. Bahkan, matanya berkaca-kaca. Orang-orang di lokasi juga memberi simpati mendalam dan bahagia presiden ke-43 AS itu ada di tengah kesedihan mereka. Bush sendiri hanya bereaksi dengan kalimat-kalimat pendek namun bermakna dalam: Pray for America.

Thank you, God bless America.

Ketika Bush, Syamsi, dan para tokoh agama lain melewati jalan-jalan sekitar WTC, banyak warga meneriakkan yel-yel, "USA!, USA!" sambil mengibar-ngibarkan bendera Amerika. Sejak tragedi WTC dan Pentagon Selasa lalu, sudah 200 ribu bendera AS terjual. Di samping itu, para keluarga korban menyalami Syamsi dan kawan-kawan. Para keluarga korban meminta dipanjatkan doa.

"Banyak keluarga korban yang memeluk sambil meneteskan air mata," ujar Syamsi yang mengaku sangat terharu.

Syamsi bersyukur mendapat momen bisa bersama Bush dan pemuka pemerintahan setempat justru pada saat orang Amerika sangat peka terhadap agama ini. "Saat ini kan Islam sedang diperguncingkan sebagai agama yang berhubungan dengan terorisme. Tapi, saya berupaya meyakinkan dengan cara saya, bahwa Islam jauh dari apa yang disangkakan itu," jelasnya.

Ketika Imam Pasha mengundangnya mewakili umat Islam dan bukan mengajak pemuka Islam di New York yang jauh lebih senior, Syamsi sempat menanyakan langsung. Syamsi bertanya: Why me? "Imam Pasha menjawab ada dua alasan. Pertama, Indonesia adalah negara penganut Islam terbesar di dunia. Kedua, muslim Indonesia dianggap dapat menyejukkan hubungan antar pemeluk agama. Itulah sebabnya, saya merekomendasikan nama Anda ke Mayor Giuliani," ungkap Syamsi, menirukan kalimat Imam Pasha kepadanya.

"Saya hanya berdoa kepada Allah, agar saya bisa melaksanakan amanat ini," katanya mengakhiri perbincangan.

(http://www.jawapos.co.id/print/index.php?view=detail&id=38500)


M. Syamsi Ali adalah seorang muslim anggota ISNET yang tinggal di New York
 
Indeks artikel kelompok ini | Tentang Pengarang | Disclaimer
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Dirancang oleh MEDIA, 1997-2002.
Hak cipta © dicadangkan.