|
19. Ucapan Burung Ketiga
Burung ketiga berkat pada Hudhud, "Aku penuh dengan
kesalahan, maka bagaimana aku akan berangkat menempuh jalan
itu? Mungkinkah seekor lalat kotor layak bagi Simurgh di
Pegunungan Kaukasus? Bagaimana mungkin pendosa yang
berpaling dari jalan yang benar akan mendekati Raja?"
Hudhud berkata, "O burung yang kehilangan harapan,
janganlah begitu berputus asa, mohonlah ampun dan kemurahan.
Jika kau begitu mudah mencampakkan perisai itu, tugasmu
sungguh-sungguh akan menjadi sulit ...
Cerita Kecil tentang Seorang yang
Jahat
Seorang yang bersalah karena banyak dosa bertaubat dengan
pedihnya dan kembali ke jalan lurus. Tetapi pada waktunya,
hasratnya akan keduniawian kembali lebih kuat dari yang
sudah-sudah, dan sekali lagi ia tunduk pada pikiran-pikiran
dan perbuatan-perbuatan jahat. Kemudian sedih menghimpit
hatinya dan membawanya ke dalam keadaan yang amat sengsara.
Sekali lagi ia ingin mengubah sikapnya, tetapi tak berdaya
berbuat demikian. Bagai sebutir gandum dalam panci panas,
siang dan malam hatinya tak dapat tenang, dan airmatanya
menyirami debu. Suatu pagi sebuah suara gaib bicara padanya,
"Dengarkan Tuhan Penguasa Dunia. Ketika kau bertaubat
pertama kali, kuterima taubatmu. Meskipun aku dapat
menghukummu, namun aku tak berbuat demikian. Kedua kali,
ketika kau terjatuh dalam dosa, kuberikan pertangguhan
bagimu, dan kini, dalam kemarahanku pun, tak kumatikan kau.
Hari ini, o gila, kau tak mengakui pengkhianatanmu dan ingin
kembali padaku buat yang ketiga kali. Kembalilah kalau
begitu, ke Jalan itu. Aku membukakan pintuku bagimu dan
menunggu. Bila kau benar-benar telah mengubah sikapmu,
dosa-dosamu akan diampuni."
Malaikat Jibril dan Niat Baik
Suatu malam ketika Malaikat Jibril sedang berada di
Sidrah, ia mendengar Tuhan mengucapkan kata perkenan, dan
Jibril pun berkata dalam hati, "Seorang hamba Allah pada
saat ini menyeru Yang Abadi, tetapi siapa dia gerangan? Aku
hanya tahu bahwa dia tentulah besar kebajikannya, bahwa
jasad nafsunya mati dan bahwa jiwanya hidup." Dan segera
Jibril pun berangkat mencari makhluk fana yang berbahagia
itu. Tetapi meskipun ia memeriksa benua dan pulau-pulau,
gunung-gunung dan tanah-tanah datar, tak diketemukannya
orang itu. Maka kembalilah ia kepada Tuhan, dan mendengar
lagi jawaban yang penuh berkah atas doa itu.
Sekali lagi Jibril terbang melintasi darat dan laut,
tetapi akhirnya ia terpaksa bertanya, "O Tuhan, jalan mana
yang akan membawa hamba ke tempat abdi Tuan itu?" Tuhan
berfirman, "Pergilah ke negeri Rum dan di sebuah biara
Nasrani akan kaudapati dia." Jibril terbang ke biara itu dan
di sana penerima karunia langit itu sedang bersujud di depan
sebuah arca pujaan. "O Penguasa Dunia," sembah Jibril,
"Singkapkan kiranya tabir rahasia ini. Bagaimana mungkin
Tuan mengabulkan doa pemuja arca di biara ini?" Tuhan
bersabda, "Hati orang itu ada dalam kegelapan. Ia tak sadar
bahwa dirinya tersesat. Karena ia tersesat lantaran tak
tahu, maka kemurahanku yang penuh kasih mengampuninya dan
aku telah membukakan jalan baginya ke tingkat yang luhur."
Kemudian Yang Maha Tinggi menggerakkan lidah orang itu
sehingga ia dapat mengucapkan nama Tuhan.
Janganlah orang melalaikan hal yang paling kecil.
Penyerahan diri tak dapat dibeli di toko; tidak pula mungkin
kaucapai istana Yang Maha Tinggi dengan membayar sejumlah
kecil.
Sang Sufi
Ketika seorang Sufi bergegas ke Baghdad, ia mendengar
seseorang berkata, "Aku punya banyak madu yang hendak kujual
murah sekali jika ada yang mau membelinya." Kata Sufi itu,
"Kawanku yang baik, sudikah kau memberikan padaku sedikit
dengan cuma-cuma? " Dengan marah orang itu menjawab,
"Enyahlah. Apa kau gila dan kikir pula? Tidakkah kau tahu
bahwa tak mungkin mendapatkan sesuatu dengan cuma-cuma?"
Kemudian sebuah suara batin berkata pada sufi itu,
"Tinggalkan tempat ini dan aku akan memberikan padamu apa
yang tak terbeli dengan uang; segala kemujuran dan segala
yang kaudambakan. Kerahiman Tuhan ialah matahari kemilau
yang menjangkau hingga ke zarrah yang terkecil. Tuhan pun
menegur Musa pula disebabkan seorang yang tak beriman."
Tuhan Menegur Musa
Suatu hari Tuhan bersabda pada Musa,
"Karun,1 sambil
tersedu, menyeru kau tujuh kali dan kau tak menjawab. Kalau
ia menyeru aku demikian, sekali saja, maka akan kurebut
hatinya dari lubang penjara kemusyrikan dan kusalut dadanya
dengan pakaian keimanan. O Musa, kau telah menyebabkannya
binasa dengan seratus kepedihan, kau telah melontarkannya ke
dalam tanah dengan keaiban. Seandainya kau khaliknya, kau
tentu tak akan sekeras itu terhadapnya."
Dia yang pengampun terhadap mereka yang tak mengenal
kasihan, amat dipujikan oleh orang-orang yang pengasih. Jika
kau melakukan kesalahan-kesalahan seperti kebanyakan
orang-orang yang berdosa, kau sendiri akan menjadi salah
seorang yang berdosa itu.
Catatan kaki:
1 Karun ialah salah
seorang dari umat Nabi Musa; ia dianugerahi kekayaan yang
berlimpah-limpah, tetapi amat sombong terhadap sesama
kaumnya. (Lihat Al-Quran XXVIII: 76). Atas kehendak Tuhan ia
beserta tempat tinggal (dan kekayaannya) kemudian ditelan
bumi. (Lihat Al-Quran XXVIII: 81). - H.A.
(sebelum, sesudah)
|