Bunga Rampai Awal Kampus UGM

dikumpulkan dari pelbagai sumber
untuk mempercepat penyebaran informasi secara efisien
dan menambah percepatan kemajuan Indonesia tercinta ...

Rektor Universitas Gadjah Mada

Oleh Herman Cornelis Yohannes

Suatu hari saya mendapat WA berupa foto deretan gambar Rektor UGM yang terdapat di tembok sisi selatan Balai Senat UGM, yang sudah dilengkapi dengan gambar pak Pratikno (Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc., Rektor UGM ke-14) dan bu Dwikorita (Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., Rektor UGM ke-15). Si pengirim adalah Helmi Johannes yang bekerja di Voice of America, Washington DC. Saya sendiri belum mengetahui bahwa gambar tersebut sudah terpasang, karena sudah lama tak diundang ke acara di Balai Senat. Tetapi gambar-gambar itu memicu saya untuk menulis tentang pertemuan saya dengan beliau-beliau Rektor UGM.

Rektor Pertama

Kenangan saya tentang pak Sardjito (Prof. Dr. M. Sardjito, M.D., M.P.H.) adalah bahwa beliau selalu memakai stelan jas putih dan pantalon putih dan dengan rambutnya yang seluruhnya sudah putih beliau adalah tokoh yang anggun berwibawa. Kalau saya mengingat pak Sardjito saya selalu membayangkan beliau sedang berjalan, dan jalannya selalu dengan langkah yang cepat. Beliau adalah Rektor pertama tetapi pada waktu menjabat dari tahun 1949 sampai dengan 1961 istilah yang dipakai adalah Presiden Universitas jadi beliau adalah Presiden Universitas Gadjah Mada. Istilah Rektor baru dipakai setelah tahun 1961.

Saya ingat ketika beliau memberi wejangan kepada kami kelompok kecil mahasiswa baru (1958) yang ditugaskan untuk meminta tandatangan beliau di rumah dinas di Sekip 1, sekarang Sekip Blok L-6 dan berubah menjadi Bank Mandiri UGM.

Kita mahasiswa baru duduk di lantai di selasar sebelah selatan rumah. Sisi yang dekat dengan Fakultas Pertanian dulu. Sekarang Sekolah vokasi.

Pak Sardjito dengan suara yang sabar dan kebapak-bapakan, memberikan nasehat yang sejuk. Setelah itu buku plonco kita dikumpulkan dan beliau memberi tanda tangan satu per satu. Ini terjadi pada tahun 1958. Pada waktu itu semua mahasiswa baru wajib ikut perploncoan. Nama plonco adalah nama yang jelas. Tidak menutup-nutupi fakta seperti yang mulai terjadi tahun 1970-an dan seterusnya, saat mahasiwa baru mengalami perlakuan yang sama tetapi kata perploncoan tak boleh dipakai dan diganti dengan nama-nama eufimistis, nama yang muluk, indah tetapi perlakuan terhadap mahasiswa baru sama kerasnya.

Rektor Kedua

Rektor UGM yang kedua adalah pak Johannes (Prof. Dr. Ir. Herman Johannes), beliau adalah rektor UGM yang paling saya kenal karena saya nunut tinggal di rumah beliau di jalan Sekip 3. Alamat ini kemudian diubah menjadi Sekip Blok L-4. Saya dititipkan ke pak Johannes oleh ayah saya yang adalah kepala SMP di Mataram, Lombok. Saya lulus SMP pada tahun 1955. Pada waktu itu di seluruh pulau Lombok belum ada SMA jadi semua lulusan yang ingin meneruskan sekolah mencari SMA di Bali, atau di Jawa. Ada yang ke Denpasar ada yang ke Singaraja ada yang ke Malang dan Surabaya. Ayah saya kemudian menulis surat ke saudaranya yaitu pak Johannes yang di Yogya memohon apakah saya boleh ikut beliau dan sekolah di Yogya. Beliau menyetujui, maka berangkatlah saya ke Yogya naik kapal KPM dari Ampenan ke Surabaya diteruskan kereta api Surabaya-Yogya dan tidak lupa membawa sepeda saya yang dipakai sehari-hari di Mataram. Ketika turun dari kereta api di stasiun Tugu maka saya dijemput oleh keponakan pak Johannes yang lain, yang sudah lebih dahulu menemani pak Johannes di Sekip 3. Sepeda diturunkan, sepeda Gazelle, lalu saya langsung bersepeda lewat Jln. Tugu Kidul (dulu masih dua arah), Jln. Gondolaju, Jln. Terban (sekarang Jln. Simanjuntak) ke batas kota lalu sampai di Sekip 3.

Pak Johannes suka menanam pohon buah di halaman rumahnya. Ada beberapa varian mangga dikebunnya seperti misalnya mangga Golek, mangga Manalagi dan dua macam mangga lagi yang juga favorit. Ada juga Jambu Klutuk Susu, yaitu jambu tanpa biji, yang ada bijinya juga ada, ada Jambulang, ada Delima, ada Belimbing buah. Bayangkan senangnya keponakan-keponakan pak Johannes yang nunut tinggal di Sekip 3 tinggal memetik buah-buahan langsung dari pohon.

Diantara mereka yang tinggal di Sekip itu ada yang kuliah di Fakultas Hukum. Fakultas Hukum masih tergabung dalam Fakultit HESP atau Fakultit Hukum, Ekonomi, Sosial dan Politik, dan kuliahnya di Pagelaran, Kraton Yogyakarta, jauh dari Sekip. Ada juga yang menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran yang kuliahnya di Ngasem yang letaknya lebih jauh lagi. Kendaraan yang dipakai hanya sepeda. Mobil jarang dan sepeda motor apalagi lebih jarang lagi. Hanya ada motor buatan Eropah seperti Ducati, Jawa, DKW, Zundapp. Mereknya banyak tetapi dijalanan tidak kelihatan, yang ada sepeda, becak dan andong. Motor Jepang belum hadir di jalanan Yogya waktu itu.

Malioboro masih dua arah, semua jalanan masih dua arah. The good old days.

Untuk melanjutkan sekolah, tersedia SMA-1-A (Bahasa), SMA 3-B ( Ilmu Pasti dan Alam) dan SMA 6-C (ilmu sosial). Saya mendaftar di SMA 3-B. Waktu itu masih ada ujian Negara, jadi walaupun saya ujian Negara SMP di Mataram, Lombok, tetapi nilai SMP saya laku di Yogya. Karena jumlah penduduk belum banyak dan istilah sekolah favorit belum ada maka saya dengan mudah berlabuh di SMA 3, Padmanaba. Pak Johannes menjadi Rektor UGM dari tahun 1961 sampai dengan tahun 1966.

Rektor Keempat

Yang menjabat Rektor UGM ke-empat adalah pak Soepojo Padmodipoetro (Drs. Soepojo Padmodipoetro, M.A.). Beliau istimewa karena sebagai pimpinan universitas kedudukannya adalah Ketua Presidium (Rektor) Universitas Gadjah Mada. Inilah pertama kali dan satu-satu kalinya UGM dipimpin oleh Presidium. Buat saya pak Soepojo juga istimewa karena beliau adalah guru saya. Ya betul, guru saya di SMA 3/B Padmanaba Yogyakarta.

Mengajar mata pelajaran Ekonomi di kelas tiga pada tahun 1958. Orangnya simpatik dan mengajar dengan gaya yang menarik. Dari beliau kami pertama kali mengetahui adanya grafik permintaan dan penawaran. Rasanya asyik ada grafik begini, mata pelajaran Ekonomi jadi mudah dimengerti. Walaupun tentu ada cabang ilmu ekonomi yang rumit seperti Econometrics dll.

Pengalaman lain dengan pak Soepojo juga unik. Dalam rangka Dies Natalis UGM tahun 1967/1968 dilaksanakan bridge drive UGM atau turnamen bridge UGM. Pada periode itu turnamen diadakan tiap tahun dan dilaksanakan di Sekip Unit V saat itu Perpustakaan Pusat UGM. Turnamen diikuti puluhan pasangan bridge, ada yang dari Magelang dan Sala tetapi yang terbanyak dari Yogya. Saya memang suka main bridge dan sering berlatih dengan klub bridge di Yogya. Untuk turnamen kali ini saya berpartner dengan mas Semedi, yang mahasiswa Teknik Sipil UGM. Turnamen bridge memakan waktu lama. Biasanya dua hari dan berakhir malam sekitar jam 23.00.

Kelihatannya saya dan Semedi lagi mujur. Di final yang diikuti 12 pasangan, lawan demi lawan membuat kesalahan saat berhadapan dengan kami. Ketika pada sekitar jam 23.00 diadakan rekapitulasi point yang dikumpulkan setiap pasangan, ternyata hasilnya adalah pasangan Semedi- Harry yang mengumpulkan point tertinggi dan menjadi juara. Banyak pemain tenar yang sudah mengenal kita tidak bisa percaya bahwa kita juaranya. Saya dan Semedi juga heran sendiri. Tetapi senangnya hati ini tak terkira. Apalagi pemberian hadiah dilaksanakan oleh, tidak lain daripada, pak Soepojo Rektor UGM. Bangga rasanya.

Karena Semedi pulang ke tempat kos naik motor maka piala bergilir yang cukup besar dititipkan pada diriku. Jadi pada hampir tengah malam itu, saya berjalan dari Sekip Unit V ke Sekip L4 rumah pak Johannes, sambil memeluk piala dan ditemani tidak lain adalah beliau guru saya dan Rektor UGM pak Soepojo yang juga tinggal di Sekip tak jauh dari rumah pak Johannes. Entah apa yang kami bincangkan di malam itu tetapi saya kira pak Soepojo juga senang bahwa piala tsb. dimenangkan warga UGM.

Pak Soepojo satu tahun menjadi Rektor karena pada tahun 1968 menjadi Sekretaris Jendral Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kemudian menjadi Duta besar/Wakil tetap RI di Unesco berkedudukan di Paris (1972-1976).

Rektor Keenam

Pak Sukadji Ranuwihardja, (Prof. Dr. Sukadji Ranuwihardjo, M.A.) menjadi Rektor UGM yang keenam dan menjabat dari tahun 1973 sampai dengan tahun 1981. Dalam masa jabatan beliau, sistem kredit pertama kali diterapkan di UGM. Saya ingat pak Sukadji pernah datang ke Fakultas Teknik untuk mensosialisasikan perubahan sistem akademik dari sistem lama atau sistem Eropah menjadi sistem kredit yang mirip sistem yang dipakai di Amerika. Sistem ini dipakai sampai sekarang. Putera pak Sukadji menjadi mahasiswa Jurusan Teknik Elektro. Kalau bertemu pak Sukadji di ruang tunggu bandara maka kami saling mengangguk dan kadang berbincang sedikit tetapi beliau tokoh yang banyak kenalannya jadi lebih sering beliau di kelilingi oleh dosen dan tokoh yang lain dan merekalah yang asyik berbincang sambil menunggu pesawat untuk pulang ke Yogya. Pak Sukadji menjadi Rektor dari tahun 1973 sampai dengan 1981. Kemudian pada tahun 1984 beliau diangkat menjadi Direktur Jendral Direktorat Pendidikan Tinggi dan menjabat sampai tahun 1990.

Ketika Badan Akreditasi Nasional baru dibentuk pak Sukadji menjabat sebagai Kepala BAN. Kantor BAN masih di kompleks Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti), Pintu Satu Senayan. BAN didirikan pada tahun 1994.

Rektor Ketujuh

Pak Teuku Jacob, (Prof. Dr. Teuku Jacob) Rektor UGM yang ketujuh, menjadi Rektor dari tahun 1981 sampai dengan 1986. Selain terkenal sebagai paleo-antropolog, antropolog ragawi, beliau juga luas pengetahuannya. Saya suka membaca tulisan-tulisan beliau di harian Kedaulatan Rakyat. Tulisannya memperluas pengetahuanku dan enak dibaca. Ternyata pak Jacob juga membantu Pusat Bahasa untuk menciptakan istilah bidang arkeologi. Jadi ketika wakil dari beberapa universitas, termasuk UI, UGM dan IPB diundang untuk lokakarya MABBIM di Kuala Lumpur, Malaysia beliau diangkat menjadi Ketua rombongan Indonesia. Saya juga katut menjadi anggota kelompok istilah fisika sedang pak Jacob kelompok istilah arkeologi. MABBIM adalah singkatan dari Majelis Bahasa Brunei, Indonesia dan Malaysia suatu badan yang tugasnya merancang dan memantau perkembangan bahasa Melayu /Indonesia.

Pertemuan di Kuala Lumpur ini adalah untuk menyelaraskan istilah Indonesia-Malaysia dalam berbagai bidang ilmu. Saya ingat ada juga pakar Biologi dari IPB dan pakar Hukum Laut dari UI.

Saya sampai di Kuala Lumpur lebih dahulu dari pak Jacob karena beliau masih ada kesibukan lain. Setelah sampai hotel di pusat kota Kuala Lumpur yang tak seberapa jauh dari KLCC Park atau Taman Kuala Lumpur City Center, barulah saya mengetahui bahwa oleh panitia, peserta dari tiap universitas dipesankan kamar yang sama. Dua peserta di satu kamar. Nah lu, aku akan sekamar dengan tokoh senior seperti pak Jacob. Aku khawatir beliau akan terganggu kalau kita sekamar, apalagi pak Jacob adalah Ketua rombongan Indonesia jadi seharusnya diberi kamar sendiri. Bagaimana jalan keluar Saya menghubungi panitia dan meminta kamar sendiri. Untungnya dari sejumlah kamar yang sudah dipesan dan berada dalam penguasaan panitia, dan dengan harga istimewa, yaitu lebih murah dari harga resmi hotel, masih ada kamar yang kosong, tak terpakai. Lega rasanya mendapat kamar sendiri. Selama lokakarya berlangsung saya bangga melihat dan mendengar pak Jacob berpidato, memberi sambutan pembukaan sebagai Ketua rombongan Indonesia.

Selama lokakarya saya sibuk dengan kelompok fisika bersama pakar dari Malaysia dan Brunei. Jadi tidak mengetahui bagaimana perasaan pak Jacob ditinggal pergi oleh orang yang telah dirancang untuk sekamar dengan beliau.

Terkadang kalau kelompok fisika terlalu rajin dan bekerja terlalu lama dan terlambat makan malam maka sesampainya di ruang makan mendapatkan pak Jacob masih di ruang makan memberi wejangan kepada pensyarah-pensyarah Malaysia yang datang ke meja pak Jacob penuh hormat dan perhatian mendengarkan setiap kata yang diucapkan oleh pak Jacob. Beliau betul-betul pakar berpengetahuan luas membagi ilmunya di mancanegara.

Bangga untuk Indonesia.

Bangga UGM.

Ketika pulang ke Indonesia panitia sekali lagi check in pesawat berdasar universitas peserta. Jadi saya duduk berdampingan dengan pak Jacob. Ternyata beliau juga senang bahwa kita mendapat kamar sendiri-sendiri dan juga mengatakan bahwa biaya kamar juga sama saja dengan peserta yang lain, tidak lebih mahal. Mungkin ini cara beliau untuk mengapresiasi inisiatif saya untuk pindah kamar.

Rektor Kedelapan

Prof. Dr. Koesnadi Hardjasoemantri, S.H., M.L. menjadi Rektor UGM yang kedelapan. Saya bertemu pak Koesnadi di Kupang. Ya betul, di Kupang, NTT dimana beliau ikut Pengerahan Tenaga Mahasiswa (PTM) menjadi guru di SMA di Kupang, Timor. Saya baru saja lulus propadeuse di FIPA, Fisika, UGM dalam waktu 9 bulan jadi ada waktu banyak sebelum kuliah tahun berikutnya dimulai. Jadi saya 'terbang' dari Yogya ke Surabaya lalu terus ke Kupang. Waktu itu tahun 1959, murid pak Koes di Kupang a.l. Willy Toisuta yang kemudian menjadi Rektor Universitas Satya Wacana di Salatiga, Adrianus Mooy, yang kemudian menjadi mahasiswa Fakultas Ekonomi UGM dan kemudian menjadi Gubernur Bank Indonesia dan W.I.M. Poli yang kemudian menjadi Profesor di Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin di Makassar. Saya ingat datang di SMA di Kupang bertemu dengan pak Koesnadi dan ikut upacara bendera dengan pak Koes sebagai Komandan Upacara. Selanjutnya pak Koes kembali ke UGM dan pada tahun 1986 sampai dengan 1990 menjadi Rektor UGM. Beliau sangat peduli pada kegiatan kesenian mahasiswa dan pernah memimpin rombongan kesenian ke Jawa Barat untuk menghibur masyarakat dan tentara di daerah yang masih belum aman. Dalam rombongan tersebut ikut mas Adhi Susanto yang saat itu menjadi gitaris band Gama. Suatu saat nanti pak Adhi Susanto akan menjadi Dekan Fakuktas Teknik UGM. Karena cintanya pada Seni dan jasa-jasa beliau maka ada gedung kesenian di Kampus UGM yang dinamakan Koesnadi Hardjasoemantri Cultural Center.

Rektor Kesebelas

Pak Amal (Prof. Dr. Ichlasul Amal, MA) menjadi Rektor UGM ke 11, menjabat dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2002. Dengan beliau saya tidak ingat bepergian bersama tetapi pak Amal memberikan saya dua SK. Yaitu surat keputusan yang menunjuk saya sebagai Wakil Ketua KSPO (2000) dan SK sebagai anggota Kantor Jaminan Mutu (2001-2006).

KSPO adalah Kantor Sekretariat Pelaksana Otonomi-UGM. Pada awal tahun 2000, UGM belum otonom dan masih berstatus Universitas Negeri. KSPO bekerja dibawah pengarahan dan bimbingan pak Anwar yaitu Prof Dr.H. Moch Anwar, M Med.Sc.,Sp.OG (K). Walaupun KSPO adalah Kantor Pelaksanaan Otonomi tetapi KSPO tidak melaksanakan otonomi tetapi hanya membantu menyelenggarakan lokakarya untuk mensosialisasikan dan menyebarluaskan arti otonomi pada sivitas akademika. KSPO juga menyelenggarakan ceramah-ceramah dari ahli tentang otonomi. Mengumpulkan tulisan-tulisan ahli-ahli UGM (dari Fakultas Hukum dan Fakultas lain) tentang Anggaran Rumah Tangga. Salah seorang penceramah adalah professor dari universitas di Australia, dari beliau pertama kali kita mendengar bahwa Senat Akademik Universitas di Universitasnya beranggautakan selain Guru Besar, Pengurus Universitas dan dosen Senior juga wakil dari dosen muda, wakil pegawai, wakil mahasiswa bahkan janitor yaitu perawat/ pembersih gedung pun dapat menjadi anggota senat. Mereka pun mempunyai sesuatu yang bijaksana yang perlu diketahui oleh lembaga Senat yang mungkin penting bagi pengembangan universitas.

Kantor KSPO berada di lantai dua Sayap Selatan Gedung Pusat UGM, ruangan yang sekarang dipakai oleh Kantor Jaminan Mutu. Rapat Pengurus Universitas biasanya dilaksanakan di Ruangan di sayap utara gedung pusat. Satu-satunya rapat Pengurus Universitas yang dilaksanakan di sayap selatan adalah yang dilaksanakan di KSPO. Pada kesempatan itu pak Amal dan wakil-wakil rektor serta sekretaris senat lama hadir. Dalam rapat ini, yang khusus membicarakan Senat UGM, pak Amal dengan jiwa besar melepaskan jabatannya sebagai ketua Senat. Dalam era otonomi Ketua Senat tidak boleh dirangkap oleh rektor. Jadi pak Amal menunjuk pak Boma (Prof. Ir. Boma Wikan Tyoso, MSc., Ph.D.) sebagai Ketua Senat Sementara. Anggota Senat Sementara sama saja dengan anggota senat yang lama hanya Ketua Senat tidak dirangkap oleh Rektor. Senat Akademik UGM yang baru keanggotaannya akan berubah . Tidak semua profesor dari fakultas menjadi anggota tetapi dikurangi menjadi wakil fakultas dari unsur dosen guru besar dan wakil fakultas dari unsur dosen bukan guru besar. Hasilnya adalah Senat Universitas yang jumlah anggotanya berkurang tetapi yang unsur keanggotaanya diperluas. Dalam masa peralihan inilah terjadi perubahan Senat Akademik yang lama menjadi Senat Akademik Sementara dan kemudian menjadi Senat Akademik UGM yang keanggautaannya diperluas mencakup perwakilan fakultas dari unsur dosen Guru Besar, perwakilan fakultas dari unsur dosen bukan Guru Besar dan juga unsur lain seperti misalnya Kepala Perpustakaan dan Direktur Direktorat Sistem dan Sumber Daya Informasi. Pada bulan Desember tahun 2000, UGM menjadi Perguruan Tinggi-Badan Hukum Milik Negara dengan otonomi dalam mengelola Anggaran Rumah Tangga dan Keuangan. (Perkembangan mencapai otonomi penuh masih perlu waktu dan baru pada tgl. 14 Oktober 2013, UGM menjadi PTN-BH dengan otonomi penuh)

Setelah UGM menjadi Perguruan Tinggi BHMN yang berarti sudah otonom walaupun terbatas maka pak Yon (Ir Haryana Soeroer, M.Arch.) dan saya dipanggil oleh pak Anwar. Beliau mengatakan bahwa tugas di KSPO sudah selesai, tetapi masih ada pekerjaan yang penting yaitu penyusunan dan pengembangan Jaminan Mutu Pendidikan Tinggi yang akan berawal di UGM dan UGM sudah masuk dalam organisasi regional jaminan mutu yaitu ASEAN University Network Quality-Assurance. Tidak lama kemudian pada tanggal 27 November 2001, keluarlah S.K pembentukan Kantor Jaminan Mutu. Ketua KJM adalah pak Toni (Dr.Ir. Toni Atyanto Dharoko, M.Phil.), pak Yon menjadi Wakil Ketua dan saya dan beberapa rekan menjadi anggota. Maka mulailah perjalanan panjang yang menyenangkan dalam kegiatan penjaminan mutu Perguruan Tinggi. Tugas ini akan membawa kita tim KJM berkeliling di Fakultas dan Jurusan di UGM, bahkan membawa kami semua ke berbagai Perguruan Tinggi di seluruh Indonesia dan ke beberapa kota di ASEAN. Nasib manusia siapa tahu! Saya masih ingat ketika lokakarya Penjaminan Mutu pertama diadakan dengan keynote speaker bapak Suprodjo Pusposutardjo (Prof. Dr. Ir. Suprodjo Pusposutardjo, M.Eng.) Direktur Direktorat Pembinaan Akademis dan Kemahasiswaan, Ditjen Dikti dan juga Guru Besar di Fakultas Teknologi Pertanian UGM, yang memulai ceramahnya sebagai berikut: "Quality in education is what makes learning a pleasure and a joy." Sungguh suatu ajakan yang sejuk untuk memulai dan mengajak semua peserta untuk melaksanakan Jaminan Mutu Pendidikan Tinggi.

Setelah terbentuknya KJM maka diadakan awareness seminar Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi untuk semua Pimpinan Universitas, Fakultas dan Jurusan dan untuk dosen mahasiswa dan pegawai. Pada tanggal 19 Januari 2002 Rektor UGM, Prof. Dr. Ichlasul Amal, MA, mencanangkan tahun 2002 sebagai tahun diterapkannya sistem Penjaminan Mutu di Universitas Gadjah Mada.

Rektor Keduabelas

Prof. Dr. Sofian Effendi, MPIA, menjadi Rektor UGM ke 12. Pada saat pelantikannya tanggal 23 Maret 2002 beliau menetapkan diberlakukannya Total Quality Culture and System pada semua unit kerja di UGM. Kegiatan persiapan Jaminan Mutu ditingkatkan dan pada bulan Maret 2002 itu juga terbitlah Buku Panduan Jaminan Mutu Pendidikan Tinggi - UGM dan dibagikan ke seluruh fakultas. Dalam bulan Juni-Agustus 2002, KJM mengadakan Sosialisasi Penjaminan Mutu dengan cara mengirim tim dari KJM ke fakultas di lingkungan UGM. Anggota KJM dibagi menjadi beberapa tim yang ditugaskan ke Fakultas. Diantara fakultas yang saya kunjungi adalah Fakultas ISIPOL. Disinilah pertama kali saya bertemu dengan pak Pratikno (Prof.Dr. Pratikno, M.Soc.Sc.) yang waktu itu menjadi Wakil Dekan bidang Akademik. Kami diterima dengan baik sekali dan dalam pertemuan dan diskusi ternyata mahasiswa juga diikutsertakan. Ini berbeda dengan fakultas lain dimana yang hadir dalam sosialisasi hanya dosen. Memang ini cara FISIPOL untuk melatih mahasiswa ikut dalam diskusi. Bahkan dalam pertemuan ini muncul ungkapan Skeleton in the Closet yang dikemukakan oleh peserta diskusi yang khawatir bahwa QA dan audit mutu akan mengungkap hal yang disembunyikan, yaitu mengungkap Skeleton in the closet. Memang setelah adanya QA dan Audit Mutu Akademik seyogya tak ada lagi Skeleton in the Closet atau Skeleton in the cupboard. Tak ada lagi rahasia yang mengagetkan apabila terungkap. Pak Pratikno kemudian menjadi Rektor UGM dan sebelum masa jabatan selesai beliau diangkat menjadi Menteri Sekretaris Negara.

Ketika semua organisasi jaminan mutu sudah terbentuk di tingkat Universitas, Fakultas, Jurusan dan Program Studi dan dokumen mutu di setiap tahap sudah ditentukan maka pada tanggal 11 Oktober 2004, pak Sofian sebagai Rektor UGM mendeklarasikan pelaksanaan menyeluruh Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi di UGM. Deklarasi diadakan secara besar-besaran di Graha Sabha Pramana, di depan tamu undangan yaitu Pimpinan Universitas di Yogyakarta dan tamu dari pelbagai instansi. Acara deklarasi diramaikan oleh orkes dari Institut Seni Indonesia Yogyakarta dan pada kesempatan itu diadakan jamuan makan siang dan dibagikan kantong atau tas kain berisi brosur, leaflet tentang penyelenggaraan Penjaminan Mutu di UGM dan juga contoh dokumen mutu. Acara itu layaknya seperti launching suatu produk industri tetapi dalam hal ini merupakan peluncuran suatu produk akademik yang penting, yang memberi ajakan kepada universitas lain untuk juga melaksanakan Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi. Demikianlah pertemuan saya dengan dua Rektor yang keduanya berasal dari fakultas ISIPOL dan menjadi rektor UGM secara berturutan yaitu rektor ke-11 dan ke-12.

Ada tiga Rektor UGM yang berasal dari Fakultas Teknik yaitu Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng.,Ph.D. Rektor ke-13, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc. Ph.D., Rektor ke- 15 dan Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., Rektor UGM ke-16. Karena saya juga pensyarah di Fakultas Teknik maka saya kenal baik dengan beliau bertiga. Prof. Panut Mulyono saat tulisan ini diterbitkan masih menjabat sebagai Rektor UGM dan bu Dwikorita masih menjadi Kepala BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika).


Catatan: Tulisan ini saya peroleh melalui email dari Bapak Herman Cornelis Yohannes <hcyyo@yahoo.com>.

Yogyakarta, 20 September, 2020
Halo pak Djoko Luknanto,
Ini saya kirim tulisan tentang Rektor UGM yang saya kenal.
Dari sisi personal. Sedikit sejarah yang mungkin menarik bagi Muda UGM.
Mudah-mudahan pak Luk dapat terhibur membaca ini.
Salam,
HCY


oleh Ir. Djoko Luknanto, M.Sc., Ph.D.
Facebook - PerkuliahanTweeter - Djoko LuknantoLinkedin - Djoko LuknantoFacebook - Djoko Luknanto
(Djoko Luknanto, Jack la Motta, Luke Skywalker)
(Alamat situs ini: http://luk.staff.ugm.ac.id/UGM/, http://luk.tsipil.ugm.ac.id/UGM/)

Peneliti Sumberdaya Air
di Laboratorium Hidraulika
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada
alamat:
Jln. Grafika 2, Yogyakarta 55281, INDONESIA
Tel: +62 (274)-545675, 519788, Fax: +62 (274)-545676, 519788