|
|
Saya kumpulkan kasus Anthrax dari (1) Surat Kabar, dan klarifikasi dari (A) R.S. Sardjito, (B) Dinas Kesehatan DIY, (C) Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, dan (D) Direktur Kesehatan Hewan Nasional. Beberapa hari ini tersiar berita tentang kasus Anthrax di Kulonprogo, DIY, antara lain dari koran lokal: http://jogja.tribunnews.com/2017/01/17/antraks-muncul-di-kulonprogo-16-orang-terjangkit. Beberapa saat setelah itu beredar pelbagai versi yang menyebar lewat WhatsApp Group dan media sosial lainnya. Artikel di bawah ini saya peroleh langsung dari pihak yang berwenang untuk klarifikasi berita-berita yang beredar. Tautan artikel ini ada di:
A. FAKTA vs HOAX ANTHRAX Ini saya peroleh langsung dari dokter dari RS. Sarjito, Jumat, 20 Januari 2017, pukul 19:45: HOAX: Jangan makan daging sapi dan kambing di DIY FAKTA: Boleh makan daging dengan catatan sebagai berikut:
HOAX: Ada 15 pasien Anthrax yang dirawat di RSUP Dr. Sardjito. FAKTA: Laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman menyebutkan jumlah pasien Anthrax yang dirawat di RSUP Dr. Sardjito hingga 20 Januari 2017 hanya satu orang. Pasien tersebut berdomisili di Godean. Namun, sampai saat ini, belum ada laporan keberadaan penyakit Anthrax pada hewan di Godean. Investigasi sedang dilakukan oleh Dinas Kesehatan bersama dengan dinas terkait lainnya terkait tentang sumber penularan. HOAX: Jangan pergi ke daerah Godean dan RSUP Dr. Sardjito karena bisa terhirup spora bakteri Anthrax yaitu bacillus anthraxis. FAKTA: Bapak/Ibu tidak perlu khawatir pergi ke Godean dan RSUP Dr. Sardjito karena tidak dapat menular dari manusia ke manusia. Anthrax merupakan penyakit menular bersumber binatang, utamanya hewan pemakan rumput. Penularannya melalui kontak dengan hewan yang dicurigai sakit atau produk yang dihasilkan baik secara langsung dan tidak langsung. Contoh penularan yang tidak langsung adalah melalui tanah yang telah tercemar oleh darah atau kotoran hewan yang terinfeksi Anthrax. Namun, spora bakteri Anthrax yang terdapat di tanah tersebut hanya dapat terhirup jika diterbangkan oleh angin yang ekstrim. HOAX: Semua pasien Anthrax yang dirawat pasti meninggal karena belum ditemukan obatnya. Upaya yang bisa dilakukan dokter hanya untuk menambah imunitas penderita dengan suntikan 200 IU antibiotic dosis tinggi FAKTA: Anthrax dapat diobati dengan antibiotic dan dapat disembuhkan. dr. Riris Andono Ahmad Ph.D. Gambar 1. Penjelasan Tim Respon Cepat Waspada Anthrax FK UGM
B. COPAS dari WA KADINKES KOTA YOGYAKARTA Yth. Bapak-ibu warga kota Yogyakarta Terkait dgn kasus penyakit Anthrax di Kab. Kulonprogo, kami telah melakukan serangkaian kegiatan pencegahan agar wabah tersebut tidak melebar memasuki wilayah kota Yogyakarta. Diantaranya dengan melakukan diskusi dengan jagal dan pemasok sapi kambing dengan kesepakatan bahwa
Kami, Dinas Pertanian dan Pangan, Kabid Peternakan, drh. Endang, Kasie Pengawasan Mutu Peternakan, drh. Supriyanto, beserta kawan-kawan staff berusaha dengan sangat keras agar kejadian wabah anthrax tidak masuk ke wilayah kota Yogyakarta. Untuk selanjutnya agar masyarakat tidak perlu resah namun tetap waspada, agar tidak perlu takut mengkonsumsi daging sapi dan kambing. Agar membeli daging dari depot atau jagal yang memotong di RPH atau telah kami periksa dan mampu menunjukkan surat keterangan kesehatan daging.
C. Dinas Kesehatan Kab. Bantul Bapak-Ibu yth, Menyikapi berita yg beredar akhir-akhir ini mengenai kasus Anthrax maka kami menghimbau hal-hal sbb:
Terima kasih,
D. Laporan Direktur Kesehatan Hewan kepada Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan
Terkait kasus Anthrax di Kab. Kulonprogo yang diberitakan dimedia masa bahwa ada kematian ternak akibat Anthrax dan kejadian pada manusia meninggal dan tertular anthrax. Kasus kematian ternak sapi 1 ekor dan sekitar 18 ekor ternak kambing yang tidak pernah dilaporkan baik oleh masyarakat peternak maupun Dinas setempat. Setelah ada kasus pada manusia maka Dinas Kesehatan melaporkan kepada Pemda Kab. Kulonprogo dan menginfokan kepada Dinas Peternakan dan BBVet Wates. BBVet Wates bersama Dinas Peternakan menurunkan Tim ke lokasi kejadian dan melalukan investigasi serta pengambilan sampel uji laboratorium. Dari hasil uji laboratorium diketahui bahwa penyebab kematian ternak akibat terinfeksi kuman Anthrax. Selanjutnya dilakukan berbagai upaya untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran penyakit Anthrax tersebut bersama Dinas Peternakan Kab. Kulon Progo dan BBVet Wates serta Dinas Pertanian DIY. Saat ini sudah tidak ada hewan ternak yang mati dan ternak yang ada di sekitar kejadian dilakukan pemberian antibiotik yang nantinya diikuti vaksinasi untuk hewan terancam di sekitar kejadian. Lokasi kejadian dilakukan penyemprotan desinfectan untuk mematikan kuman yang ada di tanah dan di lokasi. Pengambilan dan pengujian sampel oleh laboratorium BBVet Wates terus dilakukan secara intensif untuk memonitor cemaran kuman di lokasi dan kondisi ternak yang ada disekitar kejadian. Peningkatan pengawasan lalulintas ternak dari dan ke lokasi kejadian serta sekitarnya mulai dari penutupan lalulintas sampai pembatasan dan pemeriksaan ternak yang akan keluar dan masuk wilayah. Rapat koordinasi telah diselengarakan oleh Pemda Kab. Kulonprogo melibatkan lintas institusi antara lain Dunas Peternakan, Dinas Kesehatan, BPBD. Telah disusun rencana dan langkah-langkah pengendalian kasus Anthrax baik untuk pengamanan terhadap masyarakat juga pengamanan pada hewan. Ditjen PKH Kemtan segera mengirimkan bantuan vaksin 15.000 dosis dan obat-obatan serta desinfectan ke Dinas setempat. Penyuluhan dan sosialisasi kepada peternak dan masyarakat tentang penyakit Anthrax dan cara pencegahan, pengendalian serta pengamanannya akan segera dilakukan. Tim dari DJPKH Kemtan hari ini akan ke lokasi kasus untuk menyampaikan bantuan vaksin dan obat serta membantu upaya pengendalian penyakit dilapangan. Terkait kasus kejadian kematian anak usia 9 tahun di Kab. Sleman, sampai dengan saat ini dari hasil penyidikan lapangan, tidak ditemukan keterkaitan dengan kasus Anthrax pada hewan dan di lokasi tidak ada kasus Anthrax pada hewan. Demikian pula dari pelacakan konsumsi pangan anak tersebut tidak ditemukan konsumsi pangan asal hewan. Sehingga kalaupun ada infeksi kuman Anthrax kemungkinan dari spora di tanah atau lingkungan bukan dari hewan ternak atau produk ternak. Kondisi kematian anak tersebut karena meningitis akan tetapi dari sampel cairan cerebrospinal yang diuji di laboratorium Dinas Kesehatan (dan sampel yg sama dikonfirmasi di BBVet Wates) ditemukan adanya kuman Anthrax. Secara teori memang pernah ditemukan adanya infeksi Anthrax yang menyebabkan radang meningitis akan tetapi sangat langka kasusnya. Tim investigasi telah melacak bahwa anak tersebut sebelum sakit dan demam pernah berenang di salah satu kolam renang dekat tempat tinggal akan tetapi dari hasil uji terhadap sampel dari lokasi kolam renang tidak ditemukan adanya kuman Anthrax. Demikian disampaikan mohon arahan lebih lanjut.
|
|
oleh Ir. Djoko Luknanto, M.Sc., Ph.D. (Djoko Luknanto, Jack la Motta, Luke Skywalker) (Alamat situs ini: http://luk.staff.ugm.ac.id/artikel/, http://luk.tsipil.ugm.ac.id/artikel/) Peneliti Sumberdaya Air |