1870-1880: Bangsawan Bandoeng dengan pembantunya. (sumber
foto)
1920-1932: Air terjun Dago di dekat Bandung.
Juru foto: G.F.J. (Georg Friedrich Johannes) Bley.
(sumber
foto)
1920-1928: Foto udara Gedung Sate Bandung. Juru foto: tidak
diketahui. (sumber
foto)
Sekolah Santa Ursula Bandung. Juru foto: N.B. Nix.
(sumber
foto)
1930: Rumah untuk penampungan remaja Leger des Heils
(Salvation Army) di Bandung.
Juru foto: tidak diketahui. (sumber
foto)
1930: Foto panorama bengkel dan kantor PU Kereta Api
(Staatsspoorwegen, S.S.) di Bandung.
Juru foto: tidak diketahui. (sumber
foto)
1935-1938: Jalan Braga, Bandung
Sebagaimana di beberapa kota di Eropa, di Jawa
juga bisa terlihat mobil model terbaru dari Eropa
dan Amerika Serikat, mereka tetap segera
diidentifikasi sebagai kota Hindia oleh arsitektur
kolonial yang khas. Bagian depan bangunan tersebut
hampir selalu benar-benar putih, dan sebagian besar
bangunan dibangun antara tahun 1900 dan 1930, masa
pertumbuhan ekonomi yang kuat. Arsitektur sangat
kuat mengikuti gaya Eropa. Namun tampaknya
implementasi biasanya sedikit lebih menyenangkan
dari pada di tanah air, seolah-olah arsitek merasa
lebih bebas di Hindia daripada di Belanda. Ada
arsitektur kolonial yang sangat khas, yang sampai
saat ini masih terlihat. (P. Boomgaard, 2001). Juru
foto: tidak diketahui. (sumber)
|
1955: Suasana Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika Bandung.
(foto koleksi pribadi, Wikipedia)
1955: Suasana Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika Bandung.
(foto koleksi pribadi, Wikipedia)
1955: Suasana Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika Bandung.
(foto koleksi pribadi, Wikipedia)
1955: Suasana Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika Bandung.
(foto koleksi pribadi, Wikipedia)