1887: Suku Dayak Punan sedang beristirahat di hutan
(sumber
foto)
Pada tahun 1879 dan 1880 Carl Bock, ditugaskan
oleh pemerintah Hindia Belanda, membuat perjalanan
ke pedalaman pulau Borneo. Walaupun daerah ini
termasuk batas pengaruh Belanda, tapi belum pernah
dipetakan dengan baik dan benar-benar ditempatkan
di bawah kekuasaan Belanda. Daerah pedalaman Borneo
dihuni oleh beberapa kelompok etnis yang dikenal
dengan nama kumpulan orang Dayak. Namun, kelompok
ini berbeda-beda dalam hal bahasa dan
adat-istiadat. Keterangan pada litografi ini
menunjukkan pandangan yang sangat romantis terhadap
cara hidup di hutan. Punan sebagai orang liar
yang berhati luhur, murni dan belum tersentuh
oleh peradaban Barat. (sumber)
|
1887: Kepala Suku Dayak Punan. (sumber
foto)
1887: Seorang wanita, ibu dan anak dari Suku Dayak Punan
(sumber
foto)
1887: Seorang wanita Suku Dayak Punan (sumber
foto)
1887: Seorang Suku Dayak Punan dari Long Wahau.
Tengkorak sebagai hiasan dinding. Topeng yang digunakan
untuk perayaan. (sumber
foto)
1887: Bermacam barang kerajinan/perlengkapan suku Dayak.
(sumber
foto)
1887: Bermacam senjata suku Dayak. (sumber
foto)
1887: Perlengkapan rumah tangga suku Dayak. (sumber
foto)
1887:. Kotak penyimpan dan tato suku Dayak (sumber
foto)
1887: Bermacam gaya sanggul wanita suku Dayak. (sumber
foto)