Kumpulan Artikel
Mengenai Peristiwa Ambon

ISNET Homepage | MEDIA Homepage
Program Kerja | Koleksi | Anggota | Indeks Artikel

 

From: "Beta Alifuru" <alifuru2000@hotmail.com>
Subject: Rusuh Ambon : Pembantaian sadis terhadap manusia
Date: Fri, 22 Jan 1999 12:13:29 PST
 
Saya baru menerima berita dari  kawan-kawan  yang  berdiam  di
Ambon   dan   mengalami  secara  langsung  peristiwa-peristiwa
pembunuhan sadis yang  dilakukan  oleh  pemuda-pemuda  Kristen
Ambon  terhadap  kaum  pendatang  dari Sulawesi yang kebetulan
beragama Islam.
 
Di beberapa tempat seperti di daerah Batu  Gantung  dan  Tanah
Lapang KEcil, beberapa orang asal Buton dibantai secara sadis.
Bahkan ketika mereka sendiri telah disembunyikan oleh beberapa
keluarga  Kristen  yang simpatik dengan mereka. Pembunuhan ini
dilakukan dengan  mencincang  langsung  tubuh  korban  seperti
mencincang   seekor   ikan   tanpa  ampun.  Mayatnya  kemudian
disembunyikan entah  dimana.  Bahkan  ketika  polisi  berhasil
mencapai  daerah tersebut yang tersisa adalah usus korban yang
ketinggalan disembunyikan. Sampai  tadi  malam  usus  tersebut
masih  di simpan di Markas Polres Ambon dan Pulau Lease, sebab
tidak ada keluarga yang  mengambilnya.  Selain  potongan  usus
tersebut  tidak  tahu  milik  siapa, juga hampir satu keluarga
dibantai semua secara  sadis  oleh  pemuda-pemuda  Ambon  yang
beragama  Kristen  ini. Para pembantai ini tidak ada lagi yang
berani melarang mereka, bahkan pemuka-pemuka agamapun di lawan
oleh  mereka.  Hampir  seluruh  pembantai ini sebelumnya telah
meminum minuman keras sebelum melakukan pembantaian. Sementara
di  pasar  MArdika,  seorang  penduduk Ambon dari Etnis Minang
yang mencoba bertahan  agar  toko  saudaranya  tidak  dijarah,
langsung  dicincang  didepan  mata  saudarinya  yang  langsung
pingsan melihat peristiwa sadis tersebut.  Padahal  warga  ini
hanya   kebetulan   sedang   berlebaran  di  rumah  saudaranya
tersebut.  Perlu  diketahui  bahwa  pertokoan   Mardika   juga
merangkap  tempat  tinggal bagi pemiliknya. SEtelah mencincang
tubuh pemuda tersebut. semua barang-barang yang  ada  di  ruko
tersebut  di  jarah habis dan dibakar. Mayat pemuda yang tewas
secara mengerikan tersebut ikut  dibawa  dan  tidak  diketahui
lagi entah di mana.
 
Sehingga  pernyataan  Polisi  bahwa  korban  yang tewas adalah
sekitar 32 orang, itu  hanya  yang  kebetulan  mayatnya  tidak
diambil  oleh  pembantainya.  Sementara  yang  hilang  setelah
dibantai lebih besar  dari  jumlah  yang  disebutkan.  Apalagi
dijelaskan  bahwa  hampir 110 orang yang dibabat dengan parang
panjang yang memang  disiapkan  sejak  dari  Jakarta  sehingga
menderita  luka  yang  sangat parah dan besar kemungkinan akan
meninggal. Para pembantai ini bergerak dalam jumlah yang besar
dan   menyerbu   kampung-kampung  yang  penduduknya  mayoritas
Muslim. Sasarannya hampir sebagian  besar  adalah  suku  etnis
Bugis,  Makasar  dan  Buton  yang  kebetulan  Muslim.  SEtelah
dibantai  mereka  bersorak-sorak  dan  mengeluarkan  kata-kata
makian  yang  mencerminkan dendamnya yang sangat terhadap kaum
muslim, akibat peristiwa Ketapang. Tampaknya buntut  peristiwa
Ketapang   dengan   tewasnya   beberapa   teman-teman   mereka
mengakibatkan dendam yang sangat terhadap kaum Muslim.
 
SEtelah berhasil  menduduki  sebuah  kampung  mereka  membakar
rumah-rumah  yang  ada  dan  mencincang setiap pemuda yang ada
tanpa ampun. Kemudian mayatnya disembunyikan  entah  di  mana.
Ini  tampaknya  merupakan  modus operandi yang mereka pelajari
dari  cara-cara  militer  Indonesia  melenyapkan   lawan-lawan
politik atau orang-orang yang tidak disukai.
 
Bahkan  tadi  malam  (Kamis  Malam),  gerombolan pembantai ini
mencoba menyerang kampung Waihaong yang  dijaga  oleh  pasukan
Kostrad   dengan   menggunakan   kalewang   (parang  panjang),
panah-panah  beracun  dan  bom-bom  molotov.  Pasukan  Kostrad
hampir  kewalahan  menghadapi gerombolan pembantai ini. Dengan
bantuan  penduduk   setempat   (desa   Waihaong),   gerombolan
pembantai  manusia  ini  berhasil  dipukul mundur dan akhirnya
oleh Pemerintah Daerah di adakan jam malam.
 
Yang disesali adalah aparat tampak sangat ragu dengan  kondisi
pembantaian  ini.  Mereka  lebih terkonsentrasi di jalan-jalan
raya,   sementara   pembantaian   manusia    berlangsung    di
lorong-lorong   kampung  tanpa  ada  yang  dapat  menghalangi.
Beberapa kali kami mencoba menghubungi aparat keamanan, tampak
sekali  kurang  profesionalnya  mereka,  entah  disengaja atau
tidak, umumnya seperti kehilangan pegangan dalam bertindak.
 
Akibatnya diperkirakan lebih dari 200 manusia jiwanya melayang
akibat  dibantai  oleh  gerombolan  pembantai  yang  tampaknya
terlatih   dalam   menggunakan   panah-panah    beracun    dan
parang-parang panjang. Hampir sebagian besar mayat-mayat hasil
pembantaian tersebut tidak  akan  diketemukan  sebab  sebagian
telah  dibakar  sebagian  lagi  setelah  dicincang kecil-kecil
dibuang ke laut.
 
Saya hampir tidak  percaya  mendengar  penjelasan  kawan-kawan
yang  bermukim  di  Ambon  ini.  Kawan-kawan  ini  hampir saja
menjadi korban pembantaian, jika tidak cepat  meloloskan  diri
dan  bergabung dengan kampung-kampung yang mayoritas Islam dan
masih dapat bertahan.
 
Tampaknya persoalan ini akan menjadi dendam panjang yang tidak
mudah  diselesaikan.  Bahkan  jika upacara adat pun dilakukan,
mungkin  hanya  menyangkut  suku-suku  yang  ada  di   maluku.
Sementara  etnis Sulawesi seperti Bugis, Buton maupun Makassar
belum tentu menerima penyelesaian  damai  secara  adat  maluku
ini. Apalagi model pembantaian yang dilakukan sangat sadis dan
biadab. Sebab  mereka  dibantai  dan  dicincang  habis  ketika
mereka    telah    menyerah    atau    dipaksa   keluar   dari
persembunyiannya yang justru di  lingkungan  keluarga  Kristen
juga.
 
Sampai  tadi  malam saya masih memantau melalui beberapa kawan
yang kebetulan sedang  bertugas  di  Ambon  untuk  mendapatkan
informasi  terbaru. Jumat malam ini, tampaknya upaya menyerang
kampung-kampung  yang  mayoritas   penduduknya   Muslim   oleh
pembantai-pembantai manusia ini agak berkurang. Mungkin akibat
perintah tembak di tempat dan beberapa provokator  yang  telah
ditembak sehingga menciutkan nyali pembantai-pembantai ini.
 
Alifuru


ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota | Indeks Artikel

Please direct any suggestion to Media Team