Mengenai Peristiwa Ambon | |
|
Subject: [is-lam] Kesan : Hitu, Warga Ambon Muslim yang ditakuti musuh Allah Date: Tue, 3 Aug 1999 07:32:33 +0900 From: "keadilan" <keadilan@ambon.wasantara.net.id> Saudaraku kaum muslimin di penjuru bumi Allah Ass.wr.wb. Ini adalah satu penuturan dari hati kecil kami, minimal mewakili orang-orang yang mendengar, merasa dan melihat apa yang telah mereka perbuat untuk saudaranya sesama muslim. Ada satu kecamatan di P. Ambon yang masuk ke dalam wilayah Maluku Tengah, yang selama kerusuhan sejak masa Januari 1999 sampai dengan kerusuhan yang saat ini berkobar lagi sangat ditakuti oleh warga kristen di Ambon. Kecamatan Leihitu, atau orang biasa menyebut daerah itu dengan Jazirah Leihitu. Terdiri dari beberapa desa (diantaranya Hitu, Hila, Wakal, Mamala, Morela, Seith, dll.). Letaknya di P. Ambon pesisir sebelah utara. Sedangkan Kota Ambon berada di pesisir sebelah selatan. Menurut sejarahnya, di wilayah ini pernah berdiri sebuah kerajaan Islam yang cukup besar dan kuat yaitu Kerajaan Hitu. Sampai sekarang memang masih sangat kuat pengaruh dari masing-masing kepala desa (biasa disebut Bapa Raja). Baik dikalangan Islam dan Kristen istilah Bapa Raja masih dikenal. Bapa Raja di masing-masing desa mempunyai pengaruh yang sangat kuat di desanya masing-masing. Yang membanggakan adalah semua warga Jazirah Leihitu ini sangat berani dan tinggi semangat perang jihad-nya. Jika takbir telah diteriakkan di masjid, semua warga pria wanita akan berkumpul di masjid, untuk diadakan upacara adat pelepasan pasukan jihad yang dipimpin oleh Bapa Raja-nya masing-masing. Uniknya lagi setiap desa di Jazirah Leihitu tersebut mempunyai bahasa yang tidak sama, tiap desa ada bahasanya sendiri. Itulah yang terjadi ketika pada kerusuhan periode Januari 1999 - Maret 1999, ketika mereka mendapat kabar bahwa masjid Al-Fatah telah rata dengan tanah (pada saat itu Masjid Raya Al-Fatah dalam keadaan terkepung oleh penyerang Kristen), serentak masing-masing warga di masing-masing desa tersebut diatas menghubungi Bapa Raja mereka, dan tidak lama setelah itu diadakan upacara pelepasan pasukan Jihad dari masing-masing desa. Yang sempat mengirim pasukan adalah 4 desa. Dan adapun desa-desa lainnya belum sempat berangkat, jalan menuju Kota Ambon sudah diblokade aparat keamanan. Menurut pendapat Bapa Raja desa Mamala yang pernah berdialog dengan kami, beliau memberikan alasan penyerangan warganya bahwa : 1. beliau telah memberi pengertian kepada warganya untuk dapat menahan diri. Namun karena warganya merasa yakin dan meminta dengan sangat untuk segera dikirim pasukan jihad, selain itu pada saat itu semua warga desa tersebut, laki dan perempuan menangis mendengar kabar ratanya Masjid Al-Fatah serta meminta diadakan upacara adat pelepasan pasukan jihad. 2. Kalau betul Masjid Al-Fatah diserang dan belum rata dengan tanah, maka kewajiban sesama muslim untuk membantu saudaranya yang sedang mendapat serangan dari pihak non muslim, dan ini berarti perang jihad membela agama Allah dan ummat Islam. Apalagi masjid yang menjadi sasaran, serta penghancuran desa-desa muslim. Apakah harus menunggu masjid AlFatah rata dengan tanah baru mengirim bantuan pasukan?? Masjid Al-Fatah adalah simbol Islam di Kodya Ambon yang terbesar. 3. Yang diserang itu warga muslim dari berbagai suku (Jawa,Padang, Bugis, Buton,dll.). Apakah mereka pendatang lalu akan diusir begitu saja. Mereka juga kan manusia yang mempunyai hak untuk hidup dan mencari makan di bumi ini. Mereka pun telah menjadi warga Ambon, karena mereka telah turun temurun di Ambon dan hidup sudah puluhan tahun... Itu adalah salah satu alasan beliau tetap mengirim warganya untuk membela warga muslim yang lain. Mereka melakukan upacara adat yang--wallhu a'lam--- mungkin kurang dikenal di dalam kebiasaan kehidupan Rasulullah saw. Diantaranya ialah mereka dimandikan dan dido'akan oleh Bapa Rajanya satu persatu. Setelah itu biasanya mereka akan kebal dengan berbagai senjata. Kecuali jika mereka mengumpat dengan kata-kata kotor atau emosi yang berlebihan dan menyimpang dari tuntunan agama Allah. Komandan lapangan yang dikirim pun seorang remaja berusia kurang lebih 17 tahun (SLTP) yang berhasil memporak porandakan setiap daerah yang diserang oleh warga desa kristen. Aparat keamanan yang pernah melihatnya pun dibuat bergidik dengan aksi dan sepak terjang mereka. Karena terjangan peluru tidak membuat mereka mati. Apalagi pukulan parang, atau panah. Diantara kesaksian yang pernah terlontar dari aparat keamanan adalah diantaranya (maaf kami tidak sebutkan namanya) : == Di daerah Desa Hunuth Durian Patah (salah satu desa diperbatasan Kodya Ambon dengan Kecamatan Leihitu) : Saat mereka turun dari desa mereka pada malamnya kami lihat jumlah mereka ribuan dengan menggunakan pakaian putih semua. Dipimpin oleh seseorang berjubah putih dan mengendarai kuda. Padahal di kala siang mereka tampak tidak sebanyak pada malam harinya. Dan diantara mereka tidak ada satu pun yang mengendarai kuda. == Ketika kejadian bentrok massa kristen dengan Islam di Jl. A.Y. Patty, Kodya Ambon, saat tentara menembaki mereka, tidak lama kemudian aparat-aparat tersebut menghentikan tembakannya karena yang ditembaki (orang-orang Hitu) tidak apa-apa. Bahkan tidak menembak lagi karena aparat juga harus berhitung dengan jumlah peluru yang mereka punya. Adapun sekarang, dengan komitmen mereka untuk menjaga desa-desa muslim yang memerlukan bantuan, mereka ada di Kodya Ambon dalam jumlah yang cukup banyak. Satu saja warga Leihitu yang mati dalam peperangan akan sangat dihitung. Hal inilah yang menjadi hal yang sangat ditakuti oleh warga nasrani. Sebagian orang akan mengatakan ada unsur magic-nya. Wallahu a'lam tapi itulah kenyataannya. Sampai saat ini, mereka belum bisa bergerak leluasa, karena apabila saat sekarang diserang habis habisan maka dikhawatirkan desa yang dibantu tersebut akan mendapat serangan balik yang cukup dahsyat dan keji dari pihak kristen saat pasukan Hitu kembali pulang ke Desanya. Termasuk di Desa Wayame, tempat DPW PK Maluku berada. wallhu a'lam wass. wr.wb. Abu Wafa di DPW PK Maluku Wayame |
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota | Indeks Artikel |