Kumpulan Artikel
Mengenai Peristiwa Ambon

ISNET Homepage | MEDIA Homepage
Program Kerja | Koleksi | Anggota | Indeks Artikel

 

ikhwan@ambon.wasantara.net.id
 
Mengenang kan nasib perjuangan
Sahabat dan Saudara seiman
Aku ingin turut berjuang
Membela panji Islam di Ambon
Jangan kembali pulangÉMujahid
Sebelum kita menang
Walau darah tumpah dan Nyawa Melayang
Itulah Mujahid Berjuang
Oh Ayah dan Ibunda Tercinta
Relakan Nanda Pergi Berjuang
Bebaskan Tanah Ambon
Sampai titik darah penghabisan
 
AMBON : "JIHAD SEMAKIN MEMBARA"
 
Saudaraku, menelusuri perjalanan bentrokan yang terjadi saat
ini di Ambon, kita akan mendapat satu kata, bahwa tak ada lagi
"damai". Hari ini, jam 16.00 WIT, 60 orang mujahid dilepas
dengan upacara oleh salah satu orang tua - kepala adat. Saya
yang menyaksikan langsung pelepasan Pasukan Jihad ini gemetar
dan terharu. Sebagian besar orang-orang yang ada di sekeliling
saya wajahnya tegang dan beberapa diantaranya meneteskan
airmata. Rasa haru dan bangga menyaksikan satu persatu mujahid
itu dilepaskan. Di depan pintu Posko jihad tempat mereka
menginap, kepala adat yang juga menjadi pimpinan jihad
berdiri. Sebuah parang panjang bermata dua diletakkan ditengah
tepat depan pintu. Satu persatu mujahid-mujahid muda ini
berdiri dengan kakinya direntangkan di tengah parang tersebut.
Posko yang hanya berjarak tiga ratus meter dari Masjid Al
Fatah, ramai di lihat oleh puluhan pasang mata.
 
Saudaraku, Wajah mereka cerah setelah dibasuh air wudhu. Saat
pelepasan, ketua adat berumur 50 tahun ini berdiri menghadap
ke pejuang Islam. Mujahid-mujahid muda ini, berbaris ke
belakang secara teratur. Satu per satu maju. Kepala adat
meletakkan tangannya di wajah mereka satu persatu. Dengan
mulut yang nampaknya sedang membaca, ia mengusap tangannya ke
wajah tiap mujahid. Kelompak mata orang tua itu berkaca-kaca.
Dengan sekali menepuk belakang para mujahid dengan tangan
kirinya, satu persatu masuk ke dalam mobil yang disiapkan. Tak
banyak yang mereka bawa. Tiap mujahid muda ini hanya membawa
sebilah parang panjang. Ada diantaranya yang memegang katapel
dan panah. Tak ada yang istimewa dari peralatan perang yang
mereka gunakan.
 
Usia mereka rata-rata duapuluhan hingga tigapuluhan tahun.
Bahkan satu diantaranya masih berumur 16 tahun. Wajah anak
remaja ini kelihatan tenang. Bekas air wudhu masih menetes
dari wajahnya. Ditangannya terhunus sebuah parang panjang
bermata dua. Di Kepalanya ada ikat kepala berwarna putih, yang
dikombinasi dengan warna hijau. Saat di dalam mobil yang akan
mengangkut mereka, duduk disampingnya seorang anak muda
bernama Husen mahasiswa Univ. Pattimura. Saya menghampiri anak
muda bernama Husen. Dia tersenyum karena mengenal saya cukup
dekat. Husen yang aktif mengikuti pengajian mingguan di
Mushollah Kampus ini kemudian berkata kepada saya : Kak, saya
mohon do'a. Saya hanya tersenyum sambil mengepalkan tangan
kanan dan berucap Allahu Akbar secara perlahan. Dia membalas
dengan mengepalkan tangannya dan berucap yang sama. 6 buah
mobil yang mengangkat mujahid ini bergerak ke Mardika. Seluruh
kendaraan yang bergerak sepanjang jalan Sultan Babullah
langsung minggir, saat mereka keluar.
 
Para mujahid yang dikenal sebagai PASUKAN JIHAD HATUHAHA
berasal dari Desa Kailolo Kecamatan Pulau Haruku Kabupaten
Maluku Tengah. Mereka dikenal sebagai pasukan jihad yang cukup
berani. Sama seperti pasukan jihad dari Kecamatan Leihitu dan
Pasukan jihad Huamual dari Desa Luhu Kecamatan Seram Barat
Kabupaten Maluku Tengah.
 
Hingga saat ini, cukup banyak Posko - Posko Jihad yang
terorganisir berdasarkan asal daerahnya. Selain tiga pasukan
Jihad di atas, ada juga pasukan jihad LIMBORO, Geser, Kambelu
dan Sanana. Hanya saja para pasukan jihad ini tidak dilengkapi
dengan pengetahuan perang yang memadai. Rata-rata mereka hanya
dikeluarkan dari desanya dengan Upacara Adat tiap desa.
 
Namun demikian, yang ada didadanya gemuruh semangat untuk
membela Islam. Walau pemahaman Islam mereka pas-pasan, mereka
menyadari sepenuhnya bahwa jihad telah memanggil mereka. Islam
harus dibela. Ummat ini harus ditinggikan izzahnya. Kepalan
tangan sambil berucap Allahu Akbar senantiasa perlahan keluar
dari mulut mereka. Rindu akan kesyahidan begitu tergambar dari
wajah mereka. Saudaraku, kutengadahkan tanganku selepas sholat
Ashor hari ini. Perlahan-lahan kuberdoa kepada Allah, agar
Islam mendapat kemenangan. Kuingat janji yang telah Allah
firmankan : "Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta
berjihad di Jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka,
adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah, dan itulah
orang-orang yang mendapat kemenangan. Tuhan mereka
menggembirakan mereka dengan memberi rahmat dari padanya-Nya,
keridhoan dan surga, mereka memperoleh di dalamnya kesenangan
yang kekal. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.
Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar." (Q.S. At
Taubah). Secara perlahan kelafalkan do'a :" Ya Allah, berikan
taqwa kepada jiwa-jiwa kami dan sucikanlah dia. Kuatkan azzam
kami untuk berjihad di jalan-Mu. Berikan kemenangan kepada
mujahid-mujahid yang membela syariat-Mu. Matikan jiwa-jiwa
kami dan jiwa-jiwa mereka dengan Syahid di jalan-Mu." "Maka
janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir dan berjihadlah
terhadap mereka dengan Al Qur'an dengan jihad yang benar."
(Q.S. Al Furqan : 52). Dan hari ini, jam 17.00 sore, Mardika
kembali berasap, Ambon kembali diliputi kabut.
 
Ikhwan di Ambon


ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota | Indeks Artikel

Please direct any suggestion to Media Team