Mengenai Peristiwa Ambon | |
|
Subject: Re: [is-lam] PENUTURAN TRANSMIGRAN TOGOLIU - TOBELO (HALMAHERA)" Date: Thu, 20 Jan 2000 06:50:50 -0800 (PST) From: Muaz Junaidi <muazd@yahoo.com> Reply-To: is-lam@isnet.org "A. Simanjuntak" <augus18@telkom.net> wrote: > Salam Persatuan, > "BERSATU KITA TEGUH, BERCERAI KITA RUNTUH". > > Saudara-saudara sebangsaku yang saya hormati, saya > sudah membaca beberapa tanggapan terhadap posting > saya yang berjudul: "Pengakuan (indikasi > provokator). Inti tanggapan itu adalah tentang > validitas pengakuan itu. ya benar. > Dengan ini saya sampaikan, bahwa saya tidak > mengarang ceritanya, saya tidak mengada-ada, dan > saya tidak mengambilnya dari berita di luar Kep. > Maluku/Halmahera. Saudara-saudaraku boleh percaya > atau tidak, tetapi dengan ini saya nyatakan bahwa > saya mempunyai kontak di sana, bahkan saya mempuyai > seorang Lae di Halmahera (marga Situmorang). bisa saja anda percaya Lae anda, saya percaya saudara saya (lebih dari seorang) di Ambon, Tobelo, Ternate. > Merekalah yang secara kekeluargaan > berbincang-bincang dengan para pengungsi di sana. > Sekali lagi, motifasi saya memposting itu ialah agar > JANGAN MEMBUAT DALANG KERUSUHAN INI TERTAWA-TAWA bukan masalah dalang, masalah pembunuhan yang perlu dibahas. Ratusan orang, bukan belasan orang. > karena berhasil mengacaukan persaudaraan kita > sebagai bangsa Indonesia. Kalau masih ada yang > berprasangka buruk terhadap niat baik ini, saya > khawatir jangan-jangan berbagai milis pun penuh > dengan provokator yang memanfaatkan jargon agama > sebagai legitimasi pemancingan emosi umat beragama > tertentu. Sekali lagi, niat saya hanya satu, yaitu: > Indonesia tetap bersatu tanpa memandang latar > belakang apa pun. Semua kita sama di hadapan Tuhan > Yang Maha Kuasa. > hanya satu caranya saling menghormati. Kalau itu tak diujudkan ya tak akan pernah beres. Lihat Dunia memperlakukan umat Islam di seluruh penjuru dunia. Karena merasa di back up negara-negara barat... ya menjadi-jadilah Kristenisasi (yang di Barat sendiri sudah mereka jauhi kegiatan beragama). > Berikut ini saya postingkan kembali penuturan warga > Transmigrasi Togoliu mengenai klarifikasi terhadap > pemberitaan Republika beberapa hari yang lalu. > Sekali lagi, saya tidak mengada-ada. > Saudara-saudaraku boleh percaya atau tidak. Maaf > bila ada kekurangan dalam kata-kata.> ada yang tidak saya percaya. lihat di bawah. > Salam persatuan, > A. Simanjuntak > ============= > > "PENUTURAN TRANSMIGRAN TOGOLIU - TOBELO (HALMAHERA)" > (Klarifikasi terhadap Pemberitaan Harian Republika > dan klarifikasi pembenaran Kapolres Maluku Utara) > > Pemberitaan yang TIDAK BENAR mengenai kerusuhan yang > terjadi di Halmahera, > khususnya Tobelo telah menggores hati transmigran > Togoliu (Halmahera). > Mereka sedih setelah adanya pemberitaan yang > mengada-ada itu. > > Sebagaimana diberitakan Harian Republika > (17/01/2000), bahwa pejabat > kepolisian di Maluku Utara membenarkan sebanyak 216 > warga transmigrasi asal > Pulau Jawa yang ditempatkan di UPT Togoliuwa, > Kecamatan Tobelo, telah tewas > di masjid akibat diserang oleh massa merah (Kristen) > dalam pertikaian antar > warga akhir Desember lalu di bagian utara Pulau > Halmahera. Warga Muslim > Tobelo yang tewas pada tragedi itu tercatat > sementara 464 jiwa. Dari jumlah > itu, 254 kedapatan tewas di Desa Togoliuwa -- lokasi > penempatan transmigran > asal Pulau Jawa -- dan terbanyak di masjid. > ''Memang benar 216 jiwa warga Muslim itu tewas di > (dalam dan halaman) > masjid di Desa Togoliuwa,'' kata Kapolres Maluku > Utara Letkol Pol Drs Didik > Prijandono, di Ternate, Ahad (16/1) menanggapi > kesimpangsiuran jumlah > korban kerusuhan. > > Hal itu TIDAK MUNGKIN TERJADI di lokasi itu, sebab > hubungan > sosial/kekerabatan dengan penduduk asli sudah > terbina secara alami di > daerah itu. Misalnya, kalau di tempat itu tidak ada > hujan, seluruh warga > masyarakat transmigran > dan suku pedalaman mengambil air untuk kebutuhan > sehari-hari di ebuah kali Mana ada di Tobelo suku terasing. Saya sudah masuk kehutan ini tahun 1995 dalam rangka survey HPH. Jarak antara pantai utara dan pantai selatan bisa ditempuh dg jalan kaki selama kurang lebih 8 jam. Mana mungkin ada suku pedalaman. Semua desa ada dipinggir pantai, tak ada desa di pedalaman. Orang di Tobelo sebagian mandi di Kali, jarang sekali ada yang punya sumur. Jadi saya tak percaya ada suku pedalaman, semua orang pantai. > bernama kali Dudumu, tanpa ada penilaian > perbedaan/kecurigaan di antara > mereka walaupun berbeda agama, budaya, asli dan > pendatang. Antara suku > pedalaman dengan transmigran sering mengadakan > "barter" (barang dengan > daging buruan). daging apa yang diburu? populasi rusa sangat sedikit. Orang lebih mudah makan ikan. Mancing di Tobelo sangat mudah. Desa-desa Tobelo hampir seluruhnya desa pantai. Jadi sumber gizi orang pantai lebih mudah ikan dari pada rusa yang sangat jarang. > Mereka senang dengan kehadiran kami, > demikian juga kami > terhadap mereka. Bahkan kehadiran para transmigran > cukup menolong > memotivasi warga setempat khususnya dalam mengolah > lahan yang sangat subur, > bertanam kacang, kedele, jagung, sayuran, dll. ah anda ini gimana. Kalau anda ngomong pedalaman/ untuk ganti orang asli, orang sana masih banyak yang makan sagu, pisang... jarang yang mikir sayuran, apalagi kedelai. Mau mereka apakan, mau bikin tempe.. ini omomh kosong. Kedelai hanya ditanam transmigran dan juga diolah mereka menjadi tempe atau tahu. > Betapa tenteramnya mereka > menjalankan ibadah masing-masing. Pemerintah telah > menyediakan mesjid (bagi > warga Muslim) dan Kapel (bagi warga Kristen). > Demikianlah penuturan Ibu > FATMAWATI (30) dan Ibu NINGSIH (33), dua orang warga > transmigrasi Togoliu, > kepada Suara Peduli Halmahera (SPH). SPH ini lembaga apa ya. Kalau Kepolisian jelas lembaga negara/pemerintah. > Berita kerusuhan di daerah Transmigrasi Togoliua > (daerah gabungan antara > suku Jawa, penduduk setempat, dan suku pedalaman > Wangongira) TIDAK BENAR. > Di sana TIDAK TERJADI APA-APA. TIDAK TERJADI > PEMBUNUHAN, TIDAK TERJADI > SALING CURIGA, TIDAK ADA KETERPISAHAN, mereka hidup > seperti biasa, sepakat > untuk tidak terpengaruh dengan apa yang terjadi di > luar daerah > transmigrasi. Mereka sepakat untuk bersama-sama > menjaga lingkungan > transmigrasi dan segenap warganya, tanpa kecuali. Tidak mungkin Kepala Kepolisian mengeluarkan pernyataan resmi yang sangat gegabah. yang perlu diragukan justru SPH. Saudara teman saya (yang sedang sekolah di Kaiserlautern) sudah memberikan informasi tentang kesaksian kerusuhan dari Ternate. Dan ini sulit untuk dikatakan informasi isapan jempol. > Ibu Ningsih menuturkan: "wah..wah.. tidak mungkin > itu pak, itu berita > mengada-ada. BOHONG ITU, " katanya. Yang bertikai > itu adalah sesama warga > di Tobelo, yang sama sekali tidak melibatkan warga > transmigrasi. Bisa saja sebut Ibu Ningsih, Ibu Wati, Ibu Wagio, dll... yang jelas sulit untuk di rechek. > Apa betul ada korban meninggal?. Ibu Ningsih: > "......Yang mana ya..... oh > ada...yang satu meninggal karena sakit sesak nafas, > yang satu meninggal > karena obat berlebihan dan yang satu lagi orang > Togoliu (asli Tobelo, > karyawan perusahaan Widuri), meninggal karena > berkelahi dengan orang > Kusuri. Hanya itu Pak. Tidak ada yang lain sampai > sekarang." Ya percayalah pada bu Ningsih, dan saya tak percaya dg model wartawan SPH (punya tanda lulus jadi wartawan terpercaya enggak? ) Kalau benar, ngapain polisi/TNI dikirim berbatalyon-batalyon... ngapain Gus Dur menyatakan sedih...ngapain Megawati mau ke Ambon wong kata Bu Ningsih enggak ada apa-apa. > Betulkah pada Hari Minggu (16/01/2000) warga > transmigrasi telah dievakuasi >? > Memang ada LIMA ORANG pergi ke Kompi Senapan C-732 > Tobelo, karena ingin > pergi ke Jawa (rencana pulang ke Jawa sudah lama). > Entah cerita apa kelima > orang itu di Kompi, tiba-tiba aparat keamanan ramai, > langsung menjemput > warga transmigran, bahkan MEMAKSA MEREKA agar ikut > naik di truk. Oknum > aparat itu mengatakan: "Kalau tidak mau iktu > sekarang, besok kamu akan mati > (DENGAN NADA MENGANCAM). Para transmigran > menanggapinya: "Kami TIDAK MAU > MENINGGALKAN TRANS, BIARLAH KAMI MATI DI SINI. Nah ini perlu diseldiki, ada Tentara ngancam. Berani enggak SPH melaporkan Tentara tsb ke POM kalau tentara ngancam rakyat... hayooo > Inilah tekad kami bersama. > Lebih lanjut aparat mengancam: "Lihat saja setelah > ini akan terjadi sesuatu > ....", sehingga banyak warga transmigrasi yang > menjadi takut mendengar > ancaman itu. ayooo KPP Maluku ini ada info dari Simanjuntak katanya ngutip dari SPH. > Siapa yang mengatakan demikian? > "Anu...aparat keamanan bernama MUHAMMAD ANTONI, > waktu itu ia sangat marah, > dan mengeluarkan kata-kata caci maki. Kami semua > sangat sedih, semua tidak > mampu berbuat apa-apa, karena aparat banyak sekali. > Aparat masuk dari > rumah ke rumah, MEMERINTAHKAN AGAR SEMUA IKUT. Kami > heran, padahal Bapak > DANRAMIL dan Pak Kapolsek cukup baik mengarahkan > kami. aneh... tentara khan dibawah kendali Danramil. Danramil baik, tentaranya maksa... dimana kelirunya karangan ini. Yang benar akan kelihatan benar. Yang salah akan malu-malu dan tak akan mengakui kesalahan... ini sudah biasa. |
|
Program Kerja | Koleksi | Anggota | Indeks Artikel |