Mengenai Peristiwa Ambon | |
|
Subject: [is-lam] Re: Ambon berdarah Date: Fri, 13 Aug 1999 09:23:29 +0700 From: Fami Fachrudin <masfami@rad.net.id> Berdasarkan cerita kawan saya, yang kelihangan 10 karyawannnya di Ambon, kelihatannya kelompok Kristen memang yang menjadi penyerang duluan. Ceritanya, seorang kawan saya (pemegang saham mayoritas di kantor saya ini) buka usaha ekspor ikan dengan homebase di Ambon. Usaha itu kini terhenti ketika suatu hari (dalam kerusuhan yang terakhir ini) lokasi usahanya diserbu pasukan Kristen. Karyawan perusahaan kawan saya yang terdiri dari orang-orang Buton itu kemudian lari ke bukit. Di Bukit rupanya sudah dihadang juga oleh pasukan Kristen. Akhirnya 10 nyawa melayang, salah satunya, seorang satpam, harus merelakan kepalanya lepas dari badannya. Salah seorang yang selamat, bahkan sempat dihadang, ditangkap, dan diinterogasi, ditanya agamanya. Ketika dia menjawab "Saya Kristen", masih dicecar dengan pertanyaan berikutnya "Bagaimana kalau kamu berdo'a?". Karena tidak tahu, dia lantas teriak Allahu Akbar dan lari sekuat-kuatnya. Akhirnya selamat, tetapi kakinya terluka karena sempat tertebas pedang pasukan pemburu itu. Kini ia di Jakarta sedang beristirahat. Menurut saya, ini memang masalah yang sangat kompleks. Salah satu penyumbang kerusuhan ini menurut saya adalah konsep SARA dan Dwi Fungsi ABRI. Selama ini kita menjadi bangsa yang selalu memanipulasi masalah SARA untuk kepentingan kelompok tertentu, tanpa mau membicarakannya secara terbuka dan jujur di masyarakat. Akibatnya terjadi ketegangan di masyarakat yang justru dapat meletup kapanpun. Salah satu letupannya kini kita saksikan di Ambon. Terlebih dengan adanya konsep DWI Fungsi ABRI, yang turut melanggengkan isu SARA itu untuk mendapatkan justifikasi kehadirannya di tengah masyarakat, bahkan di gelanggang politik. Kalau saja TNI tidak diperbolehan bermain politik, dia akan bisa tegas kepada siapa saja, dan tidak ada ruang bagi pembelaan dalam bentuk apapun terhadap salah satu kelompok di dalam masyarakat. Menurut saya, solusi jangka pendeknya, ummat Islam harus mengangkat senjata dan melakukan perlawanan. 'Ain bil 'ain, 'udzun bil 'udzun, tegakkan qishash!!! Solusi jangka panjangnya, kita harus terus mendesak agar tentara kembali ke barak. Haramkan tentara aktif terjun ke gelanggang politik. Cabut dwi fungsi TNI. Wassalamu'alaikum wr. wb. -Fami Fachrudin |
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota | Indeks Artikel |