Mengenai Peristiwa Ambon | |
|
[Rusuh Ambon]: [AKSI] PERUSUH BERPITA MERAH [ Berikut ini saya sertakan tulisan pada tabloid mingguan AKSI Vol 3. No 114 (AP) 29 Januari -1 Februari 1999 ] Kerusuhan Ambon atau kebih dikenal sebagai Lebaran Kelabu (Etnic Cleansing) tampaknya bukan sesuatu yang terjasi begitu saja. Hal itu setidak-tidaknya tampak dari penggunaan sandi atau kode-kode warna yang digunakan para perusuh. Saksi mengatakan ketika para perusuh (baca pembantai biadab) menggunakan ikat kepala putih maka situasi damai.Tapi apabla memakai pita hitam artinya mereka bersiap-siap. Sedangkan ketiak mereka menggunakan ikat kepala merah itu berarti mereka harus melakukan bumi hangus. Dan pita merahlah yang mereka kenakan ketika Ambon hangus saat umat Islam semestinya merayakan hari kemenangan setelah berpuasa sebulan. "Penggunaan tiga kode warna itu menunjukkan bahwa kerusuhan itu memang sudah dipersiapkan melalui perencanaan panjang yang matang. Apalagi sebelum kejadian saya juga sempat dapat informasi bahwa pada Idul Fitri orang Islam akan dibunuh" ujar seorang tokoh masyarakat setempat yang untuk sementara minta dirahasiakan jatidirinya. Saksi lain dari dena Kemiri, Kuda Mati Ambon mengatakan bahwa saat kerusuhan terjadi terlihat orang atau kelompok-kelompok yang bertikai memakai ikat kepala. Mereka kadang-kadang memakai ikat kepala berwarna putih, kadang hitam, dan kadang merah. "saya bingung dan tidak tahu dari kelompok mana mereka berasal, karena mereka memakai ikat kepala yang berganti-ganti" ungkapnya. PENGHANCURAN Menyinggung kondisi di Ambon, jika hanya dilihat di permukaan saja situasinya memang kesan terkendali dan berangsur normal. Namun hal itu berbeda dengan apa yang dirasakan di sekita Mesjid Al Fatah. Di sana ketegangan masih tampak. Bagi masyarakat setempat peristiiwa Lebaran Kelabu (Etnic Cleansing) itu susah untuk tidak dikatakan sebagai upaya penghancuran umat Islamdi sana. Pasalnya selain umat di buru, ekonomi Islam pun ciba dihancurkan, Pasar Mardika dan Pasar Lama di belakang benteng Victoria dibakar, sementara pusat perkeonomian yagn dihuni oleh kelompok non Islam tidak dibakar. Selain iu di daerah yang mayoritas penduduknya non Islam, tepai ada pemukiman penduduk Islam maka rumah kelompok kecil yang sedikit ini dibakar dan penghuninya dibantai. Semua itu semakin menguatkan adanya upaya yang disengaja. Tak hanya itu , dua hari sebelum rusuh, bekas ketua salah satu organisasi pemuda yang tadinya tinggal di Gang Diponegoro pundah dengan tiba-tiba. Selain itu pada malam takbiran, seorang warga keturunan non muslim tiba-tiba juga pindah. Saat ditanya, karyawati BCA itu, hanya pengatakan ingin pindah tanpa menyebutkan alasan lebih jauh. RMS DAN ANTI ETNIC Ada pula hal lain. Saat terjadi huru hara diantara massa ada yang meneriakan yel-yel "hidup RMS". Anehnya kata saksi aparat keamanan tidak segera melakukan penangkapan -padahal para pemuda menggunakan baju seragam RMS. Lebih seram lagi adalah ihwal tulisan berbau antietnis di daerah Kuda Mati. Disana tulisan berbunyi : BBM (maksudnya Bugis, buton dan Makssar) tinggalkan Ambon, karena ini tanah RMS. Sempat tertera di tembol-tembok. Namun lanjutnya mulai rabu ini tulisan-tulisan ini sudah dihapus oleh mereka sendiri. Menurut sumber AKSI, istilah BBM itu sendiri pertamakali meluncur dari mulut DW (Dicky Watimena - pen-). Konon ,tokoh ini juga tampak saat kerusuhan antarwarga disana (menurut beberapa informasi yang penulis terima, mobil Dicky Watimena ini digunakan untuk mengangkut mayat-mayat kaum muslim hasil pembantaian untuk disembunyikan sehingga korban sepertinya sedikit. Tujuannya untuk menghilangkan kesan adanya pembantaian biadab dengan tujuan etnic cleansing -pen). Seorang warga yang tinggal didaerah Kuda Mati mengakui baru tahu ihwal adanya tulisan antietnis tersebut. Seperti juga yang lainnya dia mengatakan bahwa selama ini kehidupan antar pendatang dan penduduk asli atau antar masyarakat sekitar berlangsung cukup baik. "Beberapa hari yang lalu memang ada orang pulau Seram. Buton dan Makassar yang dibacok di Citra Swalayan, tapi itu pelakunay adalah orang-orang pendatang juga, bukan orang Ambon. Tentang orang-orang liar ini, ada yang mengatakan sebelum kerusuhan terjadi mereka didatangkan dari Kodya Ambon. Menurut sumber AKSI, selain daerah KUDA MATI, konsentrasi kelompok kristen juga terdapat di wilayah-wilayah Gudnag Arang. Di wilayah ini terdapat 30 warga yang ditembak tentara. Pasalnya ada diantara mereka yang mencoba merebut senjata petugas. Bahkan ujarnya ada seorang tentara yang dipotong tangannya disana lalu direbut senjatanya. Menyinggung daerah Kuda Mati dan Gudang Arang, sumber AKSI menambahkan bahwa wilayah ini merupakan daerah asal tokoh preman asal Maluku yang berkuasa di Jakarta. Kabarnya tokoh ini memiliki kedekatan dengan keluarga Cendana. Beta Alifuru 2000 Malu jadi orang From: "Beta Alifuru" <alifuru2000@hotmail.com> Subject: [Rusuh Ambon] : [AKSI] PERUSUH BERPITA MERAH Date: Sat, 30 Jan 1999 08:06:59 PST |
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota | Indeks Artikel |