Mengenai Peristiwa Ambon | |
|
Ditemukan, Pusat Komunikasi Kerusuhan Kamis, 20 Januari 2000 Antara, Ternate. Pusat Komunikasi yang digunakan selama kerusuhan bernuansa SARA di Tobelo dan dan Galela, Pulau Halmahera Utara, ditemukan di Tanjung Pelawang dusun Ruala, Desa Gurua, Kecamatan Tobelo, Kabupaten Maluku utara. Beberapa warga di desa tersebut, Senin, mengatakan peralatan komunikasi itu dioperasikan sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) Belanda di Tobelo untuk berkomunikasi dengan pihak luar. Lokasi peralatan canggih yang didirikan di rumah Mr Boeng, warga negara asal Belanda, tidak jauh dari pusat kota Tobelo. Hingga pecahnya kerusuhan di Pulau Halmahera Utara akhir Desember lalu belum satu pun aparat keamanan baik TNI maupun Polri yang mengetahuinya, kata Daeng Hasanuddin (49), warga Desa Gurua. Oknum warga negara asing itu selain mengendalikan pusat komunikasi dengan pihak luar, juga dilaporkan ikut terlibat langsung dalam kerusuhan yang menewaskan ratusan umat muslim di Tobelo dan Galela tersebut. Menurut warga setempat, lokasi pusat komunikasi ditemukan di Tanjung Pelawang, Tobelo, itu dirancang sedemikian macam, sehingga sulit untuk diacak oleh aparat. Warga desa mengaku melihat peralatan komunikasi yang dioperasikan sebuah LSM Belanda di Tobelo itu sebelum kerusuhan terjadi, dan mendengar mereka melakukan komunikasi dengan pihak luar. "Saya melihat pusat komunikasi yang digunakan di Halmahera, teringat kembali ketika Xanana Gusmao ditangkap pasukan TNI waktu itu di Timor Timur, karena lokasi perangkat komunikasi yang ditemukan di Tanjung Pelawang Pulau Halmahera Utara itu hampir sama," katanya. Oknum warga negara asal Belanda di Tobelo juga mengejar-ngejar pengungsi saat dievakuasi dengan kapal perang milik TNI-AL. Mr Boeng yang mengaku bapaknya asal Tobelo itu menggunakan speedboat untuk mengejar pengungsi, namun dihalau oleh aparat keamanan di kecamatan yang terletak di kawasan Pulau Halmahera Utara itu. Warga di Desa Gurua, Kecamatan Tobelo, minta aparat keamanan untuk segera memusnahkan perangkat peralatan komunikasi canggih yang diduga digunakan selama kerusuhan di Pulau Halmahera itu. Mereka merasa khawatir, bila tidak segera diambil tindakan, karena LSM asal Belanda menggunakan perangkat komunikasi tersebut untuk berhubungan dengan pihak luar, kata Hasanuddin. Sementara itu mahasiswa Sekolah Tinggi Teologia (STT) Tobelo Henny Pasimanyeku membenarkan bahwa memang ada Yayasan Babullah di Belanda sejak dua tahun lalu telah mendirikan sebuah lembaga di Kecamatan Tobelo, yaitu LSM-PPLP (Proyek Pengembangan Lingkungan Pedesaan). Menurut dia, anggota LSM yang diketuai J Defries itu selain melakukan pembinaan lingkungan pedesaan di Halmahera, juga diperbantukan di STT Tobelo. Tentang perangkat komunikasi yang diduga disembunyikan di Tanjung Pelawang, Tobelo-Halmahera, mahasiswi semester III itu mengatakan hingga saat ini belum mengetahuinya. Koramil Tobelo Kapten Inf Made Parsin ketika dikonfirmasikan via telepon mengatakan sekitar bulan Agustus tahun lalu ada beberapa warga negara Belanda melaporkan akan membangun obyek wisata bahari di kawasan Pulau Halmahera Utara. Yayasan itu, katanya, sangat tertarik dengan potensi taman laut di Pulau Tagalaya, Kecamatan Tobelo, karena kawasan tersebut masih memiliki obyek yang belum disentuh oleh tangan-tangan jahil. Bahkan sudah beberapa kali mereka melakukan survei ke dasar laut, namun sejauh ini hasil survei belum ditindaklanjuti, kata mantan Pasi Ops Kodim 1501 Maluku Utara itu.*** |
|
Program Kerja | Koleksi | Anggota | Indeks Artikel |