Kumpulan Artikel
Mengenai Peristiwa Ambon

ISNET Homepage | MEDIA Homepage
Program Kerja | Koleksi | Anggota | Indeks Artikel

 

Pertikaian masih Terjadi di Maluku Bupati, Dandim, dan
Kapolres Diduga Terlibat Penyerangan
 
AMBON -- Tiga pejabat teras di Maluku Tengah diduga terlibat
dalam pertikaian SARA. Ketiganya adalah Bupati Maluku Tengah
Kol Inf Rudolf Rukka, Dandim 1502 Letkol CH Sidabutar, dan
Kapolres Letkol Benny von Bulow.
 
Dugaan itu disampaikan oleh MUI Maluku Tengah melalui surat
pernyataan yang ditujukan kepada Gubernur Maluku Dr Saleh
Latuconsina dan Pangdam XVI/Pattimura Brigjen TNI Max Markus
Tamaela. "Tiga serangkai itu harus bertanggung jawab penuh
atas kerusuhan yang terjadi di kota Masohi dan sekitarnya,"
demikian antara lain isi surat pernyataan tersebut.
 
Surat No 09/MUI/MT/I/2000 tanggal 7 Januari yang
ditandatangani Ketua MUI Maluku Tengah Sawet Silawane dan
sekretaris Hafid Sabban itu sampai ke MUI Maluku Rabu pagi
(12/1). Tembusannya ditujukan kepada Presiden RI, Mendagri,
Panglima TNI, Kapolri, DPP MUI, Kapolda Maluku, dan DPRD Tk I
Maluku.
 
Dalam surat pernyataannya itu MUI Maluku Tengah juga
menegaskan untuk menghentikan pertikaian di Maluku Tengah,
terlebih dahulu ketiga pejabat itu harus dicopot, dan diganti
dengan personel yang berpikir netral dan nasionalis, dalam
waktu sesegera mungkin.
 
Bukti yang diajukan MUI Maluku Tengah, antara lain pembicaraan
antara Bupati Rudolf Rukka dan Dandim CH Sidabutar pada 31
Desember, pukul 22.00 WIT, yang sempat tersadap. Isinya,
Bupati memerintahkan kepada Dandim untuk memanggil masyarakat
Kristen dari Saparua, Kamarian, dan Waraka untuk berkumpul di
Desa Makariki dengan tujuan melakukan penyerangan terhadap
umat Islam yang berada di Masohi. Sedangkan pada saat
kerusuhan, bupati sengaja menghilang dari kota Masohi.
 
Dalam laporan MUI itu juga tertulis, Kapolres Benny von Balow
dan Dandim CH Sidabutar melakukan perintah terselubung agar
melucuti aparat Polres dan Kodim yang beragama Islam. Dan,
kata laporan itu, kedua pejabat itu memerintahkan untuk
menembak massa Islam. Fakta lapangan keterlibatan aparat
Polres dan Kodim Kristen itu dibeberkan oleh MUI.
 
Aparat Polres yang diduga terlibat antara lain Lettu Pol Alex
Louw (Kasat IPP), sertu Alex Litaay, Serka Alex de Fretes,
Sertu John Lesnussa, Serta Alex Latuneten, Sertu Richard
Souissa, Serma Yacob Lopuhaa, Serta Buce Sapacua, dan Serka
Yopi Tomasoa. Keterlibatan sembilan aparat Polres ini terlihat
pada 31 Desember dan 1 Januari lalu, saat melakukan penembakan
brutal di Kampung Bahtera, Kampung Kodok, dan Kampung
Sugiarto.
 
Sedangkan aparat Kodim yang diduga terlibat adalah Mayor Inf
Herman Asaribab (Wadanyon 731), Sertu Y Hattu, Serka Daniel
Apanat. Bahkan, Kasdim 1502, Mayor Nicholas Wairata, terlihat
terang-terangan melakukan penembakan kepada warga Muslim di
Kampung Kodok, pada 5 Januari lalu. Kejadian tersebut, menurut
ketua MUI Maluku Tengah, sempat diabadikan dengan kamera foto.
 
Pada saat kehabisan peluru, Mayor Wairata tampak pucat dan
mengangkat tangan kepada massa Islam yang sudah siap
mengeroyoknya. "Kita sama-sama ukhuwah Islamiah," kata Wairata
kepada massa Islam. Beruntung, saat itu Wairata tak sempat
dihakimi, tapi langsung diamankan oleh aparat dari Yon 611
Awang Long, Kalimantan Timur, yang bertugas di tempat
kejadian.
 
Beberapa aparat Pemda Maluku Tengah juga dilaporkan memimpin
penyerangan di kota Masohi. Antara lain Drs GA Noya, asisten
III Setwilda, M Tanamal SH, sekretaris DPRD, Matheis Tanamal,
Kabag Hukum, Drs M John Mual, Kadis Perdagangan, Drs Roni
Hetharia, Kabag Ekonomi dan Drs J Kapressy, Kadis Catatan
Sipil.
 
Aparat-aparat Islam yang terkena tembakan dalam perang yang
tak seimbang itu adalah Kapten Inf Nur Wahyu Widodo, sertu
Ma'ruf MS, Sertu AZ Hataul, ketiganya dari Kodim 1502. Dan
Sertu Arianto, anggota Polres Maluku Tengah.
 
Bupati Maluku Tengah, Rudolf Rukka, ketika dihubungi via
telepon menolak keterlibatannya. "Wah saya tidak pernah
memerintahkan orang lewat HT, HT milik saya telah lama saya
berikan kepada Dandim," kata Rudolf Rukka. Menurutnya, laporan
MUI itu memutarbalikkan fakta. "Mau dilaporkan ke manapun
silakan saja," kata Rukka. Sementara Kapolres Maluku Tengah
dan Dandim 1502, saat dihubungi Republika via telepon, tak
berada di kediamannya.
 
Pangdam XVI/Pattimura Brigjen Max Markus Tamaela, pada
konferensi pers Rabu sore, mengaku sudah menerima laporan dari
MUI Maluku Tengah itu. "Akan saya selidiki dan usut
keterlibatan mereka," kata Pangdam Max Tamaela. Menurut Max
Tamaela, aparat-aparat yang terbukti terlibat akan ditindak
tegas. "Terhadap aparat yang kini sudah ditahan di Pomdam, tak
lama lagi kita akan gelar pengadilannya," katanya.
 
Serangan terhadap umat Islam di kota Masohi -- kota yang
diresmikan oleh Bung Karno -- dimulai pada 30 Desember. Warga
Kristen melakukan penyerangan, pembantaian, dan pembakaran
terhadap umat Islam di kota Masohi dan sekitarnya.
Sentra-sentra ekonomi umat Islam dan belasan rumah ibadah di
kota Masohi juga dirusak. Bahkan, masih menurut laporan itu,
puluhan wanita diperkosa dan dibunuh. "Beberapa korban telah
mengaku, dan lainnya terus kami telusuri," kata Sawet
Silawane.
 
Pertikaian berbau SARA di Maluku Utara dikabarkan juga masih
berlangsung. Menurut Rusdi Hanafi dari Posko Badan Koordinasi
Solidaritas Umat Islam Maluku Utara, jatuh lagi dua korban
tewas sejak pecah pertikaian di Kecamatan Jailolo, Halmahera,
kemarin malam.
 
Ketika dihubungi Republika tadi malam, Rusdi juga menyebutkan
bahwa baru saja pecah pertikaian antarwarga Muslim dan massa
merah (Kristen) di Kecamatan Laloda, Halmahera. Namun ia belum
bisa mengkonfirmasi korban yang jatuh dalam pertikaian itu.
 
Wartawan Antara di Ternate juga melaporkan situasi keamanan di
Maluku Utara dan Halmahera Tengah hingga berita ini disiarkan
masih mencekam. Pertikaian antarwarga masih berlangsung di
beberapa tempat di kawasan Pulau Halmahera bagian Utara.
 
Di Kecamatan Jailolo, terjadi penyerangan antarwarga setempat.
Sementara di Tobelo dan Galela dilaporkan masih terus terjadi
letupan-letupan bom rakitan dan senjata basoka. Hubungan
telepon Ternate - Tobelo - Tidore juga putus sejak Senin.
 
Isolasi
 
Hingga semalam, isolasi untuk Muslim Galela juga masih
berlangsung. Kalangan Muslim dari luar sangat sulit
berhubungan dengan Muslim Galela. Mulai pagi hingga sekitar
pukul 20.30 Republika mencoba menghubungi lewat telepon ke
Galela. Tapi, hasilnya nihil. Petugas di sentral Telkom tidak
bisa menjelaskan gangguan yang menyebabkan terputusnya
komunikasi antara Muslim di Galela dengan tempat lain.
 
Ketua Tim Penanggulangan dan Rehabilitasi Pengungsi Korban
Kerusuhan Massa Halmahera Utara (Togamo) Husein Alham
mengungkapkan bahwa tim dari Ternate hingga kemarin belum bisa
pergi ke Galela. "Mereka sebenarnya sudah mendapatkan kapal,"
ujar Husein. "Tapi mereka masih memerlukan aparat keamanan
untuk mengawalnya."
 
Pagi hari waktu setempat, kata Husein, aparat keamanan sudah
bersedia mengawal tim tersebut. Cuma, lanjutnya, aparat
keamanan itu lalu menarik kesediannya di siang hari. Sehingga
tim tersebut belum bisa memberi laporan terakhir mengenai
nasih Muslim di Galela. Pihaknya menyadari, tanpa kawalan
ketat aparat keamanan, nasib tim tersebut akan sangat riskan
jika masuk ke Galela.
 
Sementara itu, Panglima TNI Laksamana Widodo AS mengatakan
pihaknya saat ini telah menugaskan 15 batalyon TNI, tiga
batalyon organik, dan 12 batalyon perkuatan, guna mengamankan
pertikaian antarwarga yang melanda Provinsi Maluku dan Maluku
Utara.
 
"Penempatan pasukan ke seluruh wilayah Provinsi Maluku dan
Maluku Utara dilengkapi dengan dukungan peralatan dan alat
utama, seperti pesawat udara dari TNI-AU dan kapal-kapal
perang milik TNI-AL," kata Laksamana Widodo ketika mengadakan
pertemuan dengan muspida dan jajaran TNI/Polri Maluku Utara di
Ternate, Selasa.
 
Panglima mengatakan penugasan pasukan dalam jumlah besar itu
diharapkan dapat memulihkan pertikaian antarwarga yang
bernuansa SARA di kedua provinsi tersebut. Dari 15 batalyon
TNI yang ditugaskan itu empat batalyon di antaranya
ditempatkan di Maluku Utara termasuk dua kompi pasukan Brimob
dari Kalimantan Timur dan Selatan.
 
Empat batalyon dengan jumlah personel yang cukup besar itu,
katanya, telah ditempatkan di daerah-daerah pertikaian dan
daerah yang dinilai rawan konflik di Maluku Utara dan
Halmahera Tengah.
 
Menurut Laksamana Widodo, khusus masalah Maluku Utara, dilihat
dari konfigurasi geografi, transportasi, dan komunikasi yang
ada, merupakan spesifikasi pelaksanaan tugas prajurit, baik
TNI maupun Polri di lapangan.
 
"Pimpinan pengendali di Maluku Utara agar dapat menyusun suatu
'desain satuan-satuan' di seluruh wilayah Maluku Utara untuk
bisa mampu meliput setiap daerah potensial konflik dan dapat
mencegah setiap kemungkinan timbulnya konflik," katanya.
 
Melihat kondisi faktual, konfigurasi, dan geografis dan
kendala transportasi dan komunikasi, menurut Widodo, itu
dibutuhkan agar gejala-gejala yang mengarah kepada konflik
dapat diatasi oleh satuan-satuan yang telah digelar sesuai
dengan 'desain' yang direncanakan oleh pimpinan pemegang Kodal
di provinsi termuda di Indonesia itu.
 
"Ini menjadi sangat penting, karena kita tahu bahwa dukungan
pedalaman dan pesisir Pulau Halmahera dan daerah-daerah di
Selatan Provinsi Maluku," ucapnya yang didampingi Kapolri
Letjen Pol Roesdirahardjo.
 
Selain Ternate, Panglima TNI dan Kapolri bersama sejumlah
perwira tinggi lainnya juga melakukan kunjungan ke Pulau
Morotai guna melihat kesiapan-kesiapan di pangkalan bekas
peninggalan pasukan Sekutu Amerika Serikat itu.
 
Komandan Kodim 1501 Maluku Utara Letkol Inf Slamet Riyadi yang
dihubungi secara terpisah mengatakan bantuan penambahan
pasukan ke daerahnya masih terus diupayakan.
 
Penempatan pasukan di Maluku Utara dan Halmahera Tengah hingga
saat ini sudah hampir mencapai 2.000 personel berasal tiga
batalyon dari Pulau Jawa, dua kompi Brimob dari Kalimantan
Selatan dan Timur, serta Batalyon 732/Banau Ternate.
 
Selasa lalu juga tiba di Ternate 300 personel dari 600 anggota
Batalyon 511 Blitar, Jawa Timur. Pasukan tambahan dari Kodam
V/Brawijaya yang dipimpin Mayor Inf Rusman itu masih bersiaga
di Kotamadya Ternate. Bantuan pasukan tambahan ke Maluku
Utara, katanya, masih dibutuhkan sesuai kondisi dan geografis
di daerah itu. n run/irf/ant
 
http://www.republika.co.id/2001/13/14746.htm

ISNET Homepage | MEDIA Homepage
Program Kerja | Koleksi | Anggota | Indeks Artikel

Please direct any suggestion to Media Team