Kumpulan Artikel
Mengenai Peristiwa Ambon

ISNET Homepage | MEDIA Homepage
Program Kerja | Koleksi | Anggota | Indeks Artikel

 

                           TRAGEDI POS KOTA AMBON
 
                   UMMAT ISLAM AMBON DIBANTAI OLEH MARINIR
 
Ambon, 10 SEPTEMBER 1999
 
Tragedi yang  menimpa ummat Islam Ambon  rupanya belum berakhir. Saat aparat
keamanan dipertanyakan  kridibilitas dalam menjaga  keamanan, mereka kembali
melakukan tindakan  mencoreng wajah  aparat negeri ini. Hari  ini, jam 15.50
WIT, aparat  marinir dengan  brutalnya melakukan pembantaian  dan penembakan
kepada ummat islam yang sementara berada di perempatan jalan (ujung jalan AY
Patty)  depan kantor  Pol Sek  Sirimau -  yang juga berhadapan  dengan bekas
pertokoan Pelita  yang telah habis terbakar.  Puluhan umat Islam yang berada
di perempatan ujung jalan Ay Patty - Depan kantor Polsek Sirimau (Pos Kota),
menjadi korban  kebiadaban aparat  marinir ini. Bukan  hanya itu pembantaian
oleh marinir  ini juga  dilakukan di depan  Masjid Al Fatah.  Bahkan seorang
Bapak  tertembak di depan  masjid Jami'  yang berdampingan dengan  masjid Al
Fatah Ambon.
 
TRAGEDI POS KOTA
 
Kejadian di  Pos Kota  tidak lepas dari  gangguan dan penyerangan  awal yang
dilakukan oleh kelompok kristen  ekstrim. Pada jam 12.00 WIT saat umat Islam
Ambon akan melaksanakan sholat  jumat, sekelompok umat kristen Air Mata Cina
mengganggu dan melempar beberapa  warga muslim yang akan menuju ke Ponegoro,
tempat tinggal mereka. Warga  muslim Ponegoro ini kemudian berlari menuju ke
arah Soabali.  Akibatnya warga muslim yang  berada di Soabali marah terhadap
perlakuan  warga  kristen ini.  Dalam  beberapa saat  saja, sudah  terkumpul
puluhan  massa  muslim di  Soabali.  Saat  itu, beberapa  warga muslim  yang
dipimpin oleh Hi. Amir  Tuasamu sedang bernegosiasi dengan komandan batalyon
marinir Letkol Ivan. Belum selesai negosiasi, aparat dari korps marinir yang
melihat massa  muslim kemudian  melakukan tembakan ke  atas. Akibatnya warga
muslim lari dari kerumunan massa.
 
Imbas dari gangguan massa kristen di Soabali ini, selepas sholat jumat, pada
pukul 14.450  WIT, pasukan  jihad di lepas  dari masjid Jamie  Ambon. Jumlah
pasukan  jihad ini lebih  dari 150  orang. Sebagian besar  perpakaian putih,
berikat kepala  putih dikombinasi  warna hijau. Usia  mereka rata-rata masih
sangat mudah.  Bahkan ada  beberapa diantaranya adalah  anak-anak berusia 10
tahunan.  Pasukan  ini dibagi  dalam  beberapa  kelompok. Rencananya,  massa
muslim  ini akan dikerahkan  ke perbatasan  antara muslim dan  Kristen untuk
mempertahankan diri dan menjaga  kemungkinan penyerangan dari pihak Kristen.
 
Massa muslim ini kemudian  berkumpul di perempatan jalan (Ujung Jl AY Patty,
depan
 
Polsek Sirimau, samping kantor Kejaksaan Negeri Ambon).
 
Aparat keamanan  dari korps marinir, memblokir  jalan depan kantor Kejaksaan
negeri Ambon.  Jumlah aparat ini  lebih dari tiga puluh  orang. Suhfi Majid,
sekretaris Pos  Keadilan Peduli  Ummat Ambon yang berada  di tempat kejadian
menjelaskan bahwa saat massa  muslim berkumpul, salah seorang pimpinan massa
muslim ini  kemudian memimpin massa muslim  ini dengan berzikir, bersholawat
dan bertakbir.  Puluhan orang yang berada  di tengah massa tersebut kemudian
duduk dan mengumandangkan zikir dan takbir. Pada jam 15.30 WIT, lanjut Rusli
Lausepa  -salah  seorang  saksi mata-,  salah  seorang  komandan dari  korps
marinir  ini  kemudian meminta  kepada  massa  muslim ini  untuk mundur  dan
menjaga keamanan. Saat negosiasi dan sebagian warga muslim mundur, tiba-tiba
ada  tembakan  dari korps  marinir.  Massa muslim  tersebut tidak  melakukan
penyerangan. Saat  tembakan pertama, massa muslim  ini mundur dan lari. Saat
itulah gas  air mata  langsung dibuang oleh aparat  diiringi dengan tembakan
yang langsung ditujukan ke  arah warga muslim. Tembakan aparat itu diarahkan
tepat ke  warga muslim  yang sementara lari. Puluhan  korban berjatuhan, dan
yang teridentifikasi  8 orang  meninggal. 52 orang luka  berat, jelas Rasyid
Kaisyupi,  koresponden  Sabili  yang berada  di  lokasi  kejadian dan  turut
mengangkat korban  penembakan. Semua  korban dilarikan ke RS  Al Fatah dalam
kondisi  kritis.  Dua orang  yang  meninggal, tertembak  di kepala,  otaknya
terburai, kepalanya pecah. Ada  juga yang peluru menembus pahanya. Sementara
salah  satu  korban  lainnya tertembak  di  bagian  perut, ususnya  terburai
keluar. Diantara  korban yang meninggal ini ada  anak remaja yang berumur 15
tahun.    Puluhan   korban    ini    kondisinya   dalam    kondisi   kritis.
 
PEMBANTAIAN DI DEPAN AL FATAH.
 
Banyaknya korban yang berjatuhan di Depan Kantor Polsek Sirimau, menyebabkan
warga  muslim  yang  berada  di  Masjid  Al  Fatah marah  dan  berkumpul  di
perempatan  jalan  depan  toko  simpang. Aparat  marinir  kembali  melakukan
timbakan brutal dengan menembak  massa ini. Menurut Bapak Ridwan yang berada
dalam kerumunan  massa, aparat marinir ini  mengambil posisi menembak dengan
sasaran yang jelas ke  arah massa ummat Islam yang sementara berkumpul. Saat
itu, salah seorang warga muslim hanya melakukan orasi menanggapi pembantaian
yang dilakukan oleh marinir di Pos Kota.
 
Massa  muslim ini kemudian  dihujani peluru.  Empat orang anak  muda menjadi
korban penembakan. Bahkan seorang bapak tertembak di teras Masjid Jamie (400
meter dari  toko simpang). Sasaran peluru  marinir ini bukan hanya ditujukan
ke massa  muslim, tapi sasarannya juga  ke Masjid Al Fatah.  Pintu depan dan
tembok  Masjid   Raya  Al  Fatah  Ambon   berlubang  kena  tembakan  aparat.
 
Pembantaian  yang  dilakukan  oleh marinir  ini  adalah  yang kedua  kalinya
setelah pembantaian pada tanggal 25 Agustus lalu. Lagi-lagi korbannya adalah
umat Islam Ambon. Tragedi  Pos Kota ini adalah yang paling memilukan. Sebuah
pembantain yang  tidak mengenal kemanusiaan. Penembakan  yang dilakukan oleh
marinir, saat  massa Islam ini mundur dan  dalam posisi yang tidak menyerang
sama  sekali. Sebuah  tindakan yang  sangat arif  apabila korp  marinir yang
keberpihakannya jelas ini ditarik  dari kota Ambon. Penempatan korps marinir
mereka  di Ambon  hanya menambah  permasalahan bukan  menyelesaikan masalah.
Bahkan  timbul  opini di  kalangan  masyarakat  muslim dalam  mempertanyakan
kenetralan Panglima Daerah Militer (Pangdam) Pattimura - Brigjen Max Tamaela
- dalam tragedi POS KOTA
 
 
Tim Investigasi
Pos Keadilan Peduli Ummat Ambon
DPD Partai Keadilan Ambon
 
Subject: Fw: Tragedi Ambon (10 September 1999)
Date: Fri, 10 Sep 1999 19:27:18 +0900
From: "Ikhwan di Ambon" <ikhwan@ambon.wasantara.net.id>


ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota | Indeks Artikel

Please direct any suggestion to Media Team