PENYALIBAN ATAU SANDIWARA PENYALIBAN
Kekurangan Bahasa
Setiap kata adalah gambaran baku dari apa
yang diwakilinya. Jika kita mengambil satu kata dan
merenungkannya, kita akan bisa melihat atau menggambarkannya
dalam pikiran kita. Cobalah "kapal", Anda akan melihat kapal
dalam pikiran Anda, "tas tangan", Anda akan melihat tas
tangan dalam pikiran Anda, "rokok", Anda akan melihat
sebatang rokok dalam pikiran Anda. Tetapi kita berbicara
lebih cepat sehingga kita bisa memahami kata-kata sebagai
ide, pikiran dan konsep. Kata-kata adalah alat untuk
menyampaikan pesan. Makin banyak kata-kata, makin jelas dan
mudah komunikasi. Tetapi kata-kata yang salah bisa merusak
ide.
Bahasa CUL-DE-SAC
Bahasa Arab sangat kaya akan berbagai pikiran dan konsep
spritual, sedangkan bahasa Inggris lebih kaya dalam bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi bahasa Inggris ini
mengecewakan saya. Sepertinya tidak ada kata kerja untuk
menggambarkan usaha yang belum selesai, contoh-nya:
- Seorang laki-laki dibawa ke tiang gantungan, sebagai
perampok dia dijatuhi hukuman mati, tetapi takdir
mengatakan lain dan dia mendapat penangguhan hukumannya
sebelum dia mati. Dua puluh tahun kemudian, orang ini
meninggal karena tenggelam. Kita ingin satu kata kerja
untuk menjelaskan pada kita apa yang telah terjadi apakah
orang ini "digantung" atau apa yang terjadi? Bukan tidak
digantung. Kita hanya ingin satu kata kerja ...?
- Seorang yang lain dibawa ke kursi listrik sebagai
hukuman: Dia diikat di kursi, dan tombol kursi
dinyalakan. Aliran listrik mengalir ke tubuh laki-laki
ini tetapi kekuatan arus listrik ini tidak cukup kuat.
Orang itu segar kembali dan sebelum aliran listrik yang
lebih kuat lagi dihidupkan kembali dia mendapat
penangguhan hukuman. Beberapa hari kemudian, laki-laki
ini meninggal karena kecelakaan sepeda motor. Bagaimana
akhirnya? Apa yang terjadi padanya di kursi listrik itu?
Apakah dia dihukum mati dalam aliran listrik? Satu kata
...?
- Yosephus, seorang ahli sejarah berkebangsaan Yahudi,
mencatat dalam bukunya "Antiquities", tentang penyaliban
dimana dia ikut serta sebagai orang yang 'disalib' dan
kemudian diturunkan dari kayu salib. Selamat! Apakah yang
terjadi padanya di kayu salib? Apakah dia disalib?
Seseorang yang tidak mati karena disalib, tetapi ada
usaha untuk menyalibnya, apakah dia disalib? Satu kata
...?
Cerita Salib yang Berlimpah-limpah
Orang bisa saja mengatakan bahwa peristiwa di atas adalah
kasus hipotesa. Tetapi kita sedang membuat sejarah. Lihat
halaman 454, sebuah copy dari Weekend World tanggal 3
Agustus 1969. Mr Pieter Van der Bergh, seorang pengacara,
"disalib" dengan "sukarela", hanya untuk mencari sensasi.
Dia mengatakan bahwa dia ingin membuktikan bahwa "Seseorang
bisa menguasai tubuhnya sendiri". Dia diletakkan di kayu
salib dan menjalani semua proses penyaliban. Untuk
mengalahkan penyaliban di Golgotha, dia memakai "sebuah paku
18 inchi yang menembus pahanya" (lihat gambar hal. 484).
laki-laki ini masih hidup. Apakah dia disalib? Satu kata
...? tidak ada kata seperti itu dalam bahasa Inggris.
Ketika orang-orang Yahudi berulang-ulang meminta pada
Pilatus "Salib dia! Salib dia!" (Lukas 23: 21, Yohanes 19:
6), maksud mereka bunuh dia di atas kayu salib disalib.
"bunuh" dia! Tidak hanya "dibawa" ke atas kayu salib! Dan
jika setelah upacara tersebut, seperti pada Mr. Van der
Bergh, laki-laki itu tidak mati karena disalib, apa yang
akan Anda katakan tentang peristiwa ini? Apa kata kerja yang
akan Anda gunakan jika Anda tidak mempunyainya dalam bahasa
Anda?
Kekurangan Ganda
Seorang Afrika Selatan yang berbahasa Inggris dan
teman-teman Amerikanya, mengakui (Dari buku The Islam
Debate): "Jika kata menyalib hanya berarti membunuh di atas
kayu salib, kita kehilangan kata kerja lain untuk
meng-gambarkan kegiatan memancang di atas kayu, memalukan
sekali. (mengapa mereka tidak menulis "menyalib" di dalam
tanda kutip?) Mereka mengolok-olok saya untuk menutupi
kekurangan dalam bahasa mereka dan ketidakmampuan untuk
mencari kata yang cocok.
Dengan semua "yang ada dalam Roh Kudus", dunia Kristen
telah gagal mencetak sebuah kata kerja yang sesuai untuk
menggambarkan "keadaan ketika diikat di kayu salib". Segera,
saya akan membawa mereka keluar dari kesalahan mereka, Insya
Allah!, sebelum bab ini selesai. Jika orang Kristen berkata,
"Jika kata menyalib hanya berarti membunuh ... , maka apa
arti lain dari menyalib?
Kamus Oxford yang terkenal di seluruh dunia
mendefinisikan menyalib sebagai membunuh dengan cara
mengikat pada sebuah salib." (lihat pada hal. 448 untuk
mendapatkan gambar yang lebih jelas).
Para penulis The Islam Debate (Perdebatan Islam) dari
sekte "born-again Christian" tidak bisa menyelesaikan
masalah tersebut, jadi saya akan mencoba menyelesaikannya
bagi mereka!
"Penyaliban" Sekarang Hanya Untuk Sensasi
Selalu ada yang baru yang datang dari negeri Timur.
Sekarang di Timur Jauh, seorang warga Philipina telah
mengembangkan kegemaran baru tentang "penyaliban"! Mereka
ingin mengikuti jejak Yesus, (lihat hal. 431). Suatu copy
dari Sunday News di Daressalaam tanggal
3 May 1981, melaporkan "penyaliban" ganda di Philipina.
Paling tidak 7 kasus "penyaliban" dilaporkan oleh wartawan
lokal. Mungkin ada lebih banyak lagi penyaliban yang luput
dari wartawan. Di antaranya ada Luciana Reyes yang
digambarkan sebagai "wanita pertama yang menjalani upacara
ritual penyaliban!"
Penambahan yang baru dari penyaliban ini adalah bahwa
tangan-tangan mereka dipaku di kayu salib.
Penyaliban atau Sandiwara Penyaliban
Tak ada seorang pun yang mati karena "penyaliban"!
(disalib). Satu di antara mereka pingsan. Laki-laki lain
bangun dan merokok setelah tangannya diperban. Seorang
pedagang keliling 'telah menjalani upacara (penyaliban) ini
lima kali'. Laki-laki ini berjanji akan menjalani
'penyaliban' sebanyak 10 kali!
Hal ini kedengarannya seperti cerita bohong. Tetapi ada
25.000 saksi mata pada 4 peristiwa penyaliban di satu kota
saja. Beberapa 'penyaliban' ini disiarkan 'langsung oleh
TV'.
Dunia Kristen telah dikenal mengeksploitasi Yesus untuk
mencari uang. Film tentang kehidupan Yesus telah masuk dalam
rekor 'Box Office'. Mereka telah mempunyai "Sandiwara
Kelahiran" dan "Sandiwara Minggu Suci", mengapa tidak
membuat suatu 'Sandiwara Penyaliban?'
Reg Gratton, seorang koresponden Sunday News (lihat hal.
513 samping) telah menyelesaikan masalah "penyaliban" dengan
memasukkan tanda kutip. Dia menggunakan kata-kata
"penyaliban" dan "penyaliban-penyaliban" lima kali dalam
artikelnya dan setiap kali kata ini digunakan maka ia
menambahkan tanda kutip. Coba periksa kembali. Dengan kata
lain, dia mengatakan bahwa itu "dikatakan penyaliban",
penambahan tanda kutip lebih tidak kentara dibanding kata
"Dikatakan". Saya tidak menangkap maksudnya pada saat
membaca artikel itu pertama kali. Bagaimana dengan Anda?
Anda bisa mencatat bahwa penulis yang lain telah
mencegahnya dengan meletakkan kata seperti "Mati", "Telah
Mati", dan "mayat" di dalam tanda kutip di halaman 455 dan
456. Sekarang Reg melakukan hal yang sama dengan
"penyaliban"! karena kata "crucify = menyalib" telah
menempel di tenggorokan setiap misionaris, maka haruskah
kita menggunakan kata "cruci-fiction", cerita penyaliban
sebagai penggantinya?
Penyaliban atau Kisah Penyaliban?
Kita sekarang bisa mengatakan bahwa Pieter Van der Bergh
(hal. 454) mengalami proses penyaliban dengan keras dan
serius, tetapi dia tidak disalib seperti yang dikabarkan di
koran, tetapi, dia dianggap telah disalib.
Lebih jauh, kita bisa katakan bahwa orang-orang Kristen
di Philipina tidak melakukan penyaliban, tetapi mereka
dianggap telah disalib. Tidak ada pertunjukan seperti yang
mereka lakukan di film. Ini adalah kejadian nyata dan hanya
kematian sesaat. Oleh karenanya, setiap pertunjukan dengan
salib, dimana korban mencoba untuk menyamai apa yang dialami
Yesus tetapi tidak benar-benar meninggal di kayu salib, kita
bisa menyebutnya dalam terminologi yang tepat:
- Crucifict sebagai pengganti Crucify - (verb/kata
kerja)
- Crucificted sebagai pengganti Crucificed - (verb/kata
kerja)
- Crucifiction sebagai pengganti Crucifixion -
(noun/kata benda)
Penggunaan yang mudah dan simple dari kata-kata yang
benar ini akan mematahkan "Salib" orang Kristen yang akan
menemukan dirinya berada di Persimpangan Jalan, tidak tahu
jalan mana yang harus dipilih. Dan jika kita sering
menggunakan kata-kata ini, kita akan segera menemukannya
dalam kamus Inggris di dunia ini.
Untuk terakhir, kami telah menerbitkan 350.000 copy untuk
memasyarakatkan buku ini. Baca, pelajari dan bagikan untuk
teman-teman dan musuh-musuh Anda demi keme-nangan kebenaran.
Amin.
Ambil yang Terbaik
"Setelah lebih dari 1.000 jam mempelajari ...
"Penyaliban" penulis A Campus Crusade menerbitkan The
Resurrection Factor (Faktor Kebangkitan kembali) yang
menciptakan posisi badan yang lain bagi "Tuhan" dan "Juru
Selamat-nya"
Sekarang Anda Mempunyai Banyak Pilihan
- Frogi-fiction seperti yang digambarkan di sini
(seperti katak).
- Staki-fiction seperti pada hal. 500 (dengan
tiang pancang).
- Cruci-fiction seperti di hal. 448.
Kata Penutup
Penyaliban Yesus Kristus sebagai satu-satunya faktor
penyelamatan umat manusia dari dosa telah lama mengganggu
fikiran saya, sejak pertemuan saya dengan murid-murid dan
pendeta-pendeta misi Adam ketika saya berumur belasan tahun
(lihat epilog, Is the Bibble God's Word? (Apakah kitab Injil
adalah Firman Tuhan?).
Sebagai orang muda yang mudah dipengaruhi, saya sangat
kagum pada cara berbicara mereka dalam meyakinkan orang
bahwa penyaliban adalah satu-satunya cara untuk
menyelamatkan dan sepertinya menghukum bagi orang-orang yang
tidak mempercayainya.
Masalah penyaliban Yesus yang merupakan inti dari seluruh
ajaran Kristen menjadi masalah yang serius dalam kajian
saya. Saya sangat ingin mengetahui segala sesuatu mengenai
hal itu dan mulai mempelajari sumbernya yaitu "Perjanjian
Baru".
Secara jujur saya tidak mengharapkan orang bertanya pada
saya tentang keyakinan saya sebagai Muslim berkenaan dengan
penyaliban. Keyakinan saya adalah keyakinan Qur'an seperti
yang dikatakan pada surat 4 ayat 157.
Saya ulangi dengan sungguh-sungguh bahwa kajian mengenai
penyaliban dipercayakan pada saya oleh penganut Kristen yang
mengaku dermawan dan pemberi selamat. Saya dengan serius
menerima perhatian mereka dalam tulus, mempelajari dan
meneliti secara objektif dengan menggunakan sumber mereka
sendiri. Hasilnya, Anda pasti setuju, sangat mengherankan.
Saya ingin berterima kasih pada ratusan orang Kristen
yang telah datang mengetuk pintu rumah saya dan
mengetengahkan masalah ini pada saya.
Selanjutnya, semua ini adalah hasil dari kajian dan riset
yang saya lakukan bertahun-tahun dalam hidup saya.
AHMAD DEEDAT 01/05/1994
6 SUNDAY NEWS, May 3, 1981
DAR-ES-SALAAM
JESUS' FOOTSTEPS
by Reg Gratton
CHURCH Leaders are concerned by the increasing number of
Filipinos submitting themselves to Penitential whipping,
beating and "crucifixion" in a reanactment of Christ's
suffering on the cross.
Flagellants, beating themselves or being whipped till
they bleed, are a common sight. in Asia's only Roman
Catholic country during the holly week On Good Friday, at
least seven cases of "crucifixion" were reported in the
local press.
One of these was Luciana Reyes, a 23-year-old factory
worker and the first woman, known to have performed the
ritual.
The publicity generated by this year's events and their
increasing attraction to local and foreign tourists have
worried churchmen, some of whom have expressed their
distante for the practice.
Jaime Cardinal Sin, Archbishop of Manila and leader of
the church here, said he opposed this particular form of
mortification and penance because it is conducted publicly
and it is possible that the penitents are motivated by pride
and vainglory.
The church did not encourage the practice nor could it
forbit it he said, because mortification of the flesh can be
good for the soul, if the motivation is good.
Forms of penitential mortification go back through the
centuries and are deeply rooted in the culture of the
Philippines where 75 per cent of the population are
Catholic.
"Flagellation was recorded in the Spanish Era", according
to National Museum Assistant Director Alfredo Evangelista.
The idea of penance was implanted by them".
Oscar Gruz, Archbishop or Pampanga Diocese, just north of
here where most of the crucifixions take place, said some
features in the practice were not relegious.
There were "a good number of fanatical elements;" and
"crucifixions" had some touristic flavour, he said.
"Crucifixion" where the penitent's hands are nailed to a
wooden cross; is a recent addition to penitential custom in
the Philippines. The first cases to receive public notice
occurred here in the late 1960s.
One reason for its inerease is that the danger of medical
complications has been reduced to a minimum, according to
Mosignor Teodoro Buhain; Assistant to the Secretary General
of the Catholic Bishop's Conference of the Philippines.
The "crucifixions", some shown live on television, have
now become the climax of Easter week in the Philippines. In
some cases, they attract thousands of visitors to provincial
towns where the atmosphere is a blend of carnival and deep
mourning
The ceremony at Bacolor in Pampanga was typical. A
procession formed outside ihe town early On Good Friday
morning with the flagellants in front followed by three men
dragging huge wooden crosses.
When they reached their destination --a small church yard
away from the centre of town-- the flagellants beat their
fellow- penitents on the arms and back
A little after midday the penitents were nailed to their
crosses and raised up for about a minute.
One man fainted. After being removed from.the cross he
had to be carried to a waiting bus. Another was up and
smoking a cigarette. as soon as his hands were bandaged.
The group in the procession said they had been members of
a criminal gang and wanted "to atone for the bad we did
then, and to improve the prosperity of our families."
In the nearby town of San Fernando, some 25.000 people,
many of them tourists, watched as four men were nailed to
Crosses in two separate ceremonies.
One of them Mario Bagtas, a 33-year-old vendor, had gone
through the ritual for the fifth time and, like the bacolor
penitents, he promised to return next year.
He said he had vowed to perform the "crucifixions" for 10
years after his wife recovered from cancer.
TAMAT
|