Mitos atau Realitas | |
|
PENYEBARAN DAN PENAKLUKAN ISLAM Dalam waktu seratus tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad, para penggantinya (khalifah-khalifah) mendirikan suatu kerajaan yang lebih besar daripada Roma. Guncangan terhadap tata internasional dan terutama Kristen tak tepermanai. Adalah sesuatu yang sulit diterima oleh akal bahwa suku-suku di Arab mampu bersatu dan menundukkan kerajaan Byzantium (Roma Timur) dan kerajaan Persia (Sassaniah), dan menjelang akhir abad itu mampu menciptakan wilayah kekhalifahan yang terbentang dari Afrika Timur sampai India. Banyak alasan mengapa ekspansi Arab itu cepat dan berhasil: terkurasnya kekuatan kekaisaran Byzantium dan Persia setelah peperangan bertahun-tahun, ketidakpuasan rakyat kepada penguasa, keterampilan para prajurit Badui, dan daya tarik pampasan perang. Namun, faktor yang utama adalah berdirinya negara dan peran Islam dalam mempersatukan berbagai suku dan memberikan pengertian akan arti dan tujuan yang lebih besar: Islam... memberikan dukungan ideologis yang kuat untuk terobosan yang luar biasa dalam organisasi sosial ini. Dalam hal ini, penaklukan-penaklukan tersebut benar-benar merupakan gerakan Islam. Karena, adalah Islam -rangkaian kepercayaan agama yang diajarkan oleh Muhammad, dengan segi-segi sosial dan politisnya- yang menyulut keseluruhan proses integrasi itu dan dengan demikian penyebab utama keberhasilan penaklukan tersebut.[1] Persepsi atau keyakinan bahwa hal ini sebenarnya adalah gerakan Islam, masih dimiliki banyak Muslim, dan menjadi sumber inspirasi dan cita-cita. Karena di zaman sekular ini ada kecenderungan meremehkan agama sebagai faktor utama dalam pembangunan sosisopolitik, pentinglah kiranya untuk mengingat komentar serupa yang menyangkut nilai penting Islam yang utama dalam penaklukan itu dari sebuah karya dua orang ahli sejarah non-Muslim: Bahkan ahli sejarah sekular pun... harus menganggap Islam sebagai faktor yang menentukan dalam ekspansi yang dilakukan oleh bangsa Arab. Bahwa suku-suku Badui terus-menerus berperang di antara mereka sendiri dan dikenal menghargai kemerdekaan mereka, dan tiba-tiba patuh di bawah kepemimpinan Islam, tak dapat dipahami kecuali dalam konteks Islam. Islamlah yang membuat mereka bersatu dan memberi pengertian kepada mereka tentang berperang di jalan yang mulia. Apa pun kiranya motif-material semula orang Badui itu ... (mereka mendapati diri mereka) berada dalam suatu gerakan yang lebih besar dari apa pun yang pernah mereka impikan, suatu gerakan yang bukan buatan mereka sendiri, yang hanya dapat mereka jelaskan dari segi intervensi Ilahiah dalam urusan manusia.[2] Pada abad-abad berikutnya, Islam tersebar ke banyak bagian dunia. Ketika pusat kekhalifahan terpecah-pecah, kepemimpinan pun digantikan kesultanan-kesultanan yang membentang dari Afrika hingga Asia Tenggara, dari Timbuktu hingga Filipina Selatan.[3] Selain itu, muncul kota-kota besar Islam yang kini merupakan republik-republik Asia Tengah di bekas Uni Soviet, Cina, Eropa Timur, Spanyol, Italia Selatan, dan Sisilia Catatan kaki: [1]: Donner, Early Islamic Conquest, hlm. 269. [2]: Bernard G. Weiss dan Arnold H. Green, A Survey of Arab History (Cairo: The American University of Cairo Press, 1987), hlm. 59. [3] Untuk sejarah masa sekarang lihat Ira Lapidus, A History of Islamic Societies (Cambridge: Cambridge University Press, 1988). |
|
|
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota |