Mitos atau Realitas | |
|
TASAWUF DAN SPIRITUALITAS ISLAM Dengan peran hukum Islam yang preskriptif dalam mendefinisikan Islam yang sah dan kecenderungan dalam tahun-tahun terakhir untuk memusatkan perhatian pada Islam politik, maka tradisi spiritual dan tasawuf yang kaya, yang telah menjaga kehidupan para Muslim dan menghasilkan penyebaran Islam secara efektif ke banyak penjuru dunia akan terabaikan. Tradisi hukum resmi, dengan bimbingan dan hukumannya yang khas, selalu disertai jalan dan pencarian ke dalam. Teks hukum diimbangi dengan penekanan atas jiwa iman Islam. Tasawuf dimulai sebagai gerakan pembaruan.[1] Bagi sebagian Muslim taat, kemegahan dan kekayaan yang diperoleh dari penaklukan yang mengubah kehidupan sederhana di Arab menjadi kehidupan istana Damaskus, mengancam agama dan moral umat. Kerajaan manusia, dengan dunia sebagai pusat perhatian, tampaknya telah mengaburkan kerajaan Tuhan, pusat perhatian sejati dan pusat kehidupan kaum Muslim. Dalam pandangan sufi, kemenangan Islam telah membahayakan Islam. Seraya berseru agar kembali memusatkan perhatian kepada kebenaran akan kehidupan nanti dan bukannya kesenangan-kesenangan serta kekayaan-kekayaan kehidupan ini, para sufi menyampaikan pesan kesederhanaan dan pelepasan diri dari hal-hal duniawi. Kesederhanaan ini perlu ditambah spiritualitas yang menekankan cinta kepada Tuhan. Tasawuf menawarkan jalan menuju Tuhan, yaitu jalan ketaatan dan kasih sayang yang cinta dan pengabdiannya kepada Tuhan yang melengkapi dan kadang-kadang memberikan tantangan kepada pendekatan melalui kitab suci dan hukum. Karena itu Muslim yang baik tidak hanya orang yang mengikuti kehendak Tuhan melalui ketaatan pada hukum, tetapi juga orang yang beriman yang berusaha mendekatkan diri kepada Tuhan dengan berbagai cara seperti bertafakur, untuk merasakan kehadiran Tuhan. Paduan antara tasawuf dan ketaatan mengubah tasawuf dari gerakan elite urban yang relatif kecil ke gerakan kerakyatan yang luas yang masyarakatnya menarik banyak pengikut dari segala kelas sosial dan latar belakang pendidikan. Kelompok-kelompok sufi, yang berkumpul di sekitar pemimpin spiritual (syaikh), membentuk persaudaraan atau tarekat. Dari abad ke-12 hingga 14, persaudaraan-persaudaraan sufi diubah dari perkumpulan sukarela yang kecil menjadi persaudaraan yang terorganisasi memiliki jaringan internasional pusat-pusat yang tersebar ke seluruh dunia Islam. Mereka menjadi mujahid besar Islam, yang bertanggung jawab untuk keefektifan penyebarannya. Di Afrika dan Asia Tenggara Islam disebarkan terutama oleh persaudaraan sufi dan pedagang dan bukan oleh tentara Islam. Tasawuf membawa pesan Islam yang ajaran-ajaran mistik serta praktek-prakteknya terbukti menarik perhatian banyak orang dan terbuka untuk berhubungan dengan adat-istiadat serta tradisi agama setempat. Jika Islam yang resmi seringkali menekankan pelaksanaan yang tepat atas hukum, tasawuf memberikan sebuah alternatif tradisi yang fleksibel dan terbuka untuk asimilasi dan sintesis. Pengaruh-pengaruh luar diserap dari Kristen, Neoplatonisme, Hindu, dan Budha. Ketika tasawuf menjadi gerakan besar, terjadi pertentangan dengan para ulama yang otoritasnya dalam masyarakat ditantang oleh kepopuleran dan keberhasilan para sufi karena para ulama dan pemimpin sufi kerap bersaing untuk mendapatkan pengaruh. [1]: Untuk pengantar mengenai tasawuf, lihat Annemarie Schimmel, The Mystical Dimensions of Islam (Chapel Hill: University of North Carolina Press, 1975); AJ. Arberry, An Introduction to the History of Sufism (London: Longman, 1942); Martin Lings, What is Sufism? (Berkeley: University of Carolina Press, 1977). |
|
|
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota |