Siapa Sebenarnya Juruselamat Dunia?

oleh Yohannes Baptista Sariyanto Siswosoebroto

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota
| Indeks Antar Agama | Indeks Artikel | Tentang Pengarang |

   PENGALAMAN PRIBADI
 
   Menjadi Guru Agama Katolik
          
   Selama aku di SMP dan SMA kakekku selalu  menganjurkan  agar
   aku  mengikuti  kursus,  entah itu kursus tertulis entah itu
   kursus lesan. Demikian maka aku mengikuti Kursus Tata  Buku,
   mengetik, Bahasa Inggris, dan banyak lagi Tetapi tidak semua
   berakhir dengan mendapat Ijazah.
 
   Selain itu tidak kulupakan pelajaran Agama selalu kuikuti di
   luar  sekolah,  melalui seorang Pastor. Itu kuikuti walaupun
   aku sendiri sudah dibaptis.  Pada  waktu  itu  yang  menjadi
   Pastor  Kepala  di  Magelang (Pastor Paroki) adalah: Rama H.
   van  Heusden  S.J.  seorang  Belanda   yang   lebih   senang
   menggunakan  bahasa  Jawa dari pada Bahasa Indonesia. Pernah
   ada  seorang  Jawa  bercakap-cakap   dengan   beliau   mulai
   menggunakan  bahasa  Belanda,  beliaupun melayaninya. Ketika
   pembicaraannya sudah selesai,  Rama  van  Heusden  bertanya:
   "Menapa  panjenengan  boten  saget  boso Jawi?" (Apakah anda
   tidak bisa bahasa Jawa?).
 
   Pastor pembantunya ada dua: Rama  Knooren  S.J.  yang  lebih
   banyak berkarya dan bergaul di lingkungan keluarga Tionghoa,
   sehingga beliau  mendapat  predikat  Pastor  Cina.  Kemudian
   beliau  pindah  ke  Jakarta  memimpin Mingguan Hidup Katolik
   yang kemudian berubah HIDUP. Sekarang di Nederland lkabarnya
   sudah meninggal.
 
   Pastor  pembantu  yang lain-lain ialah Pastor de Keyper S.J.
   umurya paling tua di  antara  3  Pastor  yang  lain,  bahkan
   katanya  beliau  Guru  dari  pada  Pastor  Knooren  dan  van
   Heusden. Dari dia aku belajar banyak akan  menularkan  agama
   kepada  orang  lain,  atau  dengan  istilah  Katolik,  karya
   kerasulan. Mulai itu aku menemukan  diriku  keinginan  untuk
   menjadi  Guru Agama, orang yang tugasaya merasul (mengajar).
   Saya sendiri sebetulnya kurang tertarik pada jabatan Pastor.
 
   Yang ketika itu mengherankan aku ialah, mengapa saya sebagai
   orang  Katolik  tidak  boleh  membaca  buku SUCI (Kitab SUCI
   kami) yaitu Injil. Padahal tidak  demikian  orang  Protestan
   dan  orang  Islam. Mereka bebas untuk membaca Kitab Sucinya.
   Ketika hal itu aku tanyakan kepada  Pastor  de  Keyper  S.J,
   beliau  berkata bahwa hal itu supaya orang tidak menafsirkan
   salah tentang Ritab Sucinya. Kuasa  menafsirkan  Kitab  Suci
   hanyalah  wewenang  Gereja saja. Ketika aku bertanya mengapa
   hanya Gereja saja yang boleh menafsirkan kitab  Suci  beliau
   tidak  menjawab  hanya berceritera atau boleh juga dikatakan
   bahwa jawabannya diberikan dalam bentuk suatu ceritera:
 
   "Dahulu kala ada  2  orang  katak  beradik.  Ketika  ayahnya
   meninggal   sebelumnya  berpesan  dua  hal:  pertama  jangan
   menagih hutang kepada orang yang  berhutang  kepadanya,  dan
   kedua  jika  mereka  pergi  dari rumah ke toko jangan sampai
   mukanya terkena sinar matahari. Waktu  berjalan  terus.  Dan
   kenyataan  terjadi,  bahwa  beberapa  tahun  setelah ayahnya
   meninggal anak yang sulung bertambah kaya sedang yang bungsu
   menjadi  semakin  miskin. Ibunya yang masih hidup menanyakan
   hal itu kepada mereka. Jawab anak yang bungsu: Inilah karena
   saya  mengikuti  pesan  ayah. Ayah berpesan bahwa saya tidak
   boleh menagih hutang kepada orang yang  berhutang  kepadaku,
   dan  sebagai  akibatnya  modalku  susut  karena  orang  yang
   berhutang kepadaku tidak membayar sementara aku tidak  boleh
   menagih.  Juga  ayah  berpesan  supaya kalau saya pergi atau
   pulang dari rumah ke toko dan sebaliknya tidak boleh terkena
   sinar matahari. Akibatnya saya harus naik becak atau andong.
   Sebetulnya dengan jalan kaki saja cukup, tetapi karena pesan
   ayah   demikian   maka   akibatnya  pengeluaranku  bertambah
   banyak."
 
   "Kepada  anak  yang  sulung  yang  bertambah  kaya,   ibupun
   bertanya  hal yang sama. Jawab anak sulung: Ini semua adalah
   karena saya mentaati pesan ayah. Karena ayah berpesan supaya
   saya  tidak menagih kepada orang yang berhutang kepada saya,
   maka saya tidak menghutangkan sehingga dengan demikian modal
   tidak  susut.  Juga  ayah  berpesan  agar  supaya  jika saya
   berangkat ke toko atau pulang dari toko tidak boleh  terkena
   sinar matahari, maka saya berangkat ke toko sebelum matahari
   terbit dan pulang sesudah matahari terbenam. Akibatnya  toko
   saya  buka  sebelum  toko  lain buka, dan tutup jauh sesudah
   toko yang lain tutup. Sehingga karena kebiasaan  itu,  orang
   menjadi  tahu  dan tokoku menjadi laris karena mempunyai jam
   kerja lebih lama."
 
   "Demikianlah, Sariyanto," kata Rama de Keyper  S.J.  menutup
   keterangannya,   "jadi  walaupun  Injil  orang  Katolik  dan
   Protestan sama tetapi harus ada penafsiran  yang  satu  yang
   hanya  boleh  di  buat secara resmi oleh Gereja supaya tidak
   keliru. Puas dengan keterangan saya?"
 
   "Ya, Pastor," jawabku dan memang ketika itu saya juga merasa
   puas dengan keterangannya.
 
   Aku  mengakhiri masa sekolahku di SMA dengan lancar. Setelah
   selesai belajar saya bekerja pada Lembaga Pembinaan Kesatuan
   Bangsa.  Tokoh  LPKB ini kebanyakan adalah orang Katolik: K.
   Sindhunata S,H. dulu Mayor ALRI,  sekarang  Pimpinan  I.L.C.
   (lnternational   Legal   Consultant)   di   Jakarta;   Bapak
   Wignyosumarsono,  bekas  Kep.   Bag.   Urusan   Katolik   di
   Perwakilan  Departemen  Agama  Jawa Tengah, sekarang Pegawai
   Tinggi di BPK dan salah seorang pimpinan DPP PDI, Hary  Tjan
   Silalahi  S.H.  bekas anggota DPR, Cosmas Batubara dan masih
   banyak orang-orang Katolik di LPKB itu. Karena  dalam  tubuh
   LPKB  itu  yang  dominan  orang Katolik Di sinilah maka jiwa
   kerasulan saya mendapat  siraman  yang  baik.  Saya  membina
   hubungan   baik   dengan   pejabat  Gereja,  saya  menentang
   rapat-rapat Organisasi Massa yang diadakan pada hari  Minggu
   karena mengganggu orang bisa mengikuti Misa dengan baik.
 
   Dalam  pekerjaanku  sebagai  pegawai  LPKB  saya sudah mulai
   turut  serta  dan  dipercaya  oleh  Pastor  untuk   membantu
   mengajar   Agama.   Pada  waktu  itu  pelajaran  Agama  yang
   diberikan oleh orang awam, bukan Pastor masih jarang sekali,
   lebih-lebih  oleh  orang  muda  seusia saya dan belum pernah
   mendapat pendidikan khusus,
 
   Tahun 1966 saya dipindahkan dari LPKB Pusat ke  LPKB  Daerah
   Propinsi  Lampung, yang kemudian akan membawa riwaayat hidup
   lain.


Siapa Sebenarnya Juruselamat Dunia? Oleh Yohannes Baptista Sariyanto Siswosoebroto Penerbit PERSATUAN Jln. KHA Dahlan 103, Yogyakarta, 1977


| Indeks Antar Agama | Indeks Artikel | Tentang Pengarang |
| ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota |

Please direct any suggestion to Media Team