Siapa Sebenarnya Juruselamat Dunia?

oleh Yohannes Baptista Sariyanto Siswosoebroto

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota
| Indeks Antar Agama | Indeks Artikel | Tentang Pengarang |

   Yesus Juru Selamat Bangsa Israel
          
   Kepada siapakah sebetulnya Yesus diutus  oleh  Allah?  Dalam
   Injil  Yohannes  20:  ayat 21, Yesus bersabda: "Sama seperti
   Bapa mengutus  AKU,  demikian  juka  sekarang  AKU  mengutus
   kamu."  Luas  perutusan  Yesus kepada murid-murid-NYA adalah
   sama dengan luas perutusan yang  diterima  oleh  Yesus  dari
   Bapa.  Jadi  tidak  mungkin  Yesus  mengutus murid-murid-Nya
   lebih luas dari perutusan-Nya sendiri yang diterima-Nya dari
   Bapa.  Yesus  dalam  salah  satu  sabda-Nya pernah. bersabda
   bahwa Dia diutus  hanya  kepada  domba  hilang  dari  Bangsa
   Israeli.
 
   Rupanya  Yesus-pun  mengutus  murid-murid-Nya  hanya  kepada
   Bangsa Israel saja.  "Janganlah  kamu  menyimpang  ke  jalan
   Bangsa   lain  atau  masuks  ke  dalam  kota  orang  Samaria
   melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari  pada
   Umat Israel" (Mateus 10: 5-6).
 
   Bahwa  Yesus adalah Utusan Allah khusus untuk Bangsa Israel,
   menjadi lebih jelas lagi,  ketika  beliau  menegaskan  bahwa
   para  murid-Nya  yang berjumlah 12 orang itu akan duduk pada
   12  tahta  untuk  mengadili  orang  Yahudi.   "Aku   berkata
   kepadamu, sesungguhnya pada waktu pencitaan kembali, apabila
   Anak Manusia bersemayam di tahta kemuliaan-Nya,  kamu,  yang
   telah  mengikut  Aku akan duduk juga di atas dua belas tahta
   untuk menghakimi dua belas suku Israel" (Mateus 19:28).
 
   Bagaimana ciri, Juru  Selamat  dunia  yang  dijanjikan  oleh
   Allah?  Juru  Selamat  itu  bukan hanya diutus untuk sesuatu
   bangsa tertentu saja, akan tetapi haruslah dimaksudkan untuk
   seluruh  Bangsa. Yang kepadanya bangsa-bangsa akan berharap,
   Ia  akan  memaklumkan  hukum  kepada  bangsa-bangsa   (semua
   bangsa), bukan hanya kepada satu bangsa tertentu saja. Untuk
   ini maka Nabi Yesaya, tokoh Perjanjian  Lama  yang  terkenal
   meramalkan:  "Lihatlah,  itu  Hamba-KU  yang  KU-pilih, yang
   Ku-kasihi yang kepadanya jiwa-KU berkenan; Aku akan  menaruh
   roh-KU  keatas-Nya,  dan  ia  akan  memaklumkan hukum kepada
   bangsa-bangsa"   (Mateus   12:   18).    "Dan    pada-Nyalah
   bangsa-bangsa akan berharap" (Mateus 12: 21).
 
   Sabda  Yesus  yang  perlu  juga  kita perhatikan adalah yang
   tercantum dalam  Injil  Mateus  10:41:  "Barang  siapa  yang
   menyambut  seorang  nabi sebagai nabi, ia akan menerima ubah
   nabi, dan barang siapa yang menyambut seorang benar  sebagai
   orang  benar,  ia  akan  menerima upah sebagai orang benar."
   Kita kembali kepada pertanyaan pada pasal-pasal  yang  lalu:
   Siapakah  Penolong  yang  dijanjikan  oleh  Yesus  yang akan
   datang sesudah Yesus? Tentu seorang nabi, karena jelas bukan
   Paulus?  Sekarang pertanyaan kita: "Siapakah nabi itu?" Kita
   belum tahu, tetapi pasti harus seorang nabi, utusan Allah.
 
   Yesus memang Juru Selamat, tetapi seperti  apa  yang  pernah
   ditandaskan-Nya  sendiri  bahwa  beliau  datang  untuk domba
   bangsa Israel yang  hilang.  Kalau  Yesus  sudah  memberikan
   pertanyaan tentang dirinya dan murid-murid-Nya begitu jelas,
   apakah kita harus berkata bahwa Yesus  dikirim  Allah  untuk
   semua  bangsa?  Dengan menyatakan hal itu maka berarti bahwa
   kita tidak menaruh hormat kepada beliau, baik selaku pribadi
   maupun  selaku  Nabi  Allah  yang besar. Kalau Yesus sendiri
   lebih senang memakai predikat: "Anak manusia," mengapa  kita
   harus  memaksakan  dengan  mengatakan  bahwa  beliau adalah:
   "Anak Allah?" Apakah Yesus sendiri tidak  akan  marah  kalau
   diri-Nya  disebut  dengan  cara  yang  tidak benar, walaupun
   predikat yang kita berikan kepadanya lebih tinggi?
 
   Pernah pada suatu waktu Bapak Presiden Soeharto begitu marah
   sekali  ketika  majalah  "POP"  menulis  tentang silsilahnya
   dimana dikatakan bahwa sesungguhnya beliau adalah  keturunan
   bangsawan,  keturunan  kraton.  Artikel semacam itu kemudian
   dibantah  sendiri  oleh  beliau,  bahkan  dianggap   sebagai
   penghinaan;  dalam  kesempatan  itu beliau menandaskan bahwa
   beliau hanya seorang anak petani biasa.
 
   Dengan menyebut Yesus sebagai Anak Allah, kita telah berbuat
   kesalahan  yang  besar,  sebab  Yesus  sendiri  tidak pernah
   menyatakan bahwa Dia adalah Anak Allah, bahkan  sebutan  itu
   ternyata  berlaku  untuk  semua  orang  yang  membawa  damai
   seperti yang pernah kita singgung pada bab  pertama  tentang
   TRINITAS.  Dengan  menyebut  sesuatu  yang  tidak benar yang
   menyimpang dari apa yang  dikatakan  Yesus  sendiri  berarti
   kita tidak menyambut Yesus sebagai Nabi Allah yang benar.
 
   Dan apakah Umat Kristen telah menyambut Utusan Allah sesudah
   Yesus dengan benar? Apakah Muhammad itu utusan Allah? Apakah
   ada  bukti-bukti  kenabian  melekat pada diri beliau? Apakah
   Yesus juga menyebut hal itu? Semoga pasal yang terakhir  dan
   uraian  kami akan dapat menjawab pertanyaan di atas. Mungkin
   jawaban yang akan diperoleh tidak begitu memuaskan pada saat
   permulaan   tetapi   jika   Saudara   mau  merenungkan,  dan
   lebih-lebih mempelajari dari buku-buku yang bobot ilmlyahnya
   lebih  tinggi  dari  ini;  kami  percaya  bahwa Saudara akan
   mempunyai kepuasan yang Saudara harapkan. Semoga.


Siapa Sebenarnya Juruselamat Dunia? Oleh Yohannes Baptista Sariyanto Siswosoebroto Penerbit PERSATUAN Jln. KHA Dahlan 103, Yogyakarta, 1977


| Indeks Antar Agama | Indeks Artikel | Tentang Pengarang |
| ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota |

Please direct any suggestion to Media Team