Siapa Sebenarnya Juruselamat Dunia?

oleh Yohannes Baptista Sariyanto Siswosoebroto

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota
| Indeks Antar Agama | Indeks Artikel | Tentang Pengarang |

   Kebimbangan Berjalan Terus
          
   Terhadap   pribadi  Yesus,  saya  tidak  mempunyai  keraguan
   tentang pengajarannya. Tentang hukum  etis  dan  moral  yang
   diajarkannya  sungguh  bernilai  tinggi. Tetapi tentang dosa
   asal, tentang  Santo  dan  Santa,  tentang  silsilah  Yesus;
   bolehkah semua itu kuanggap tidak penting? Yang penting inti
   iman.  Sampai  aku  menjadi  Guru  Agama,  kebimbangan   itu
   berjalan  terus.  Yang  saya herankan sekarang ialah, apakah
   orang yang saya ajar itu tidak  bimbang  bila  saya  sendiri
   yang  mengajar  sesungguhnya hatiku juga bimbang. Saya tidak
   tahu, dan belum pernah  menanyakan  kepada  katekumers  saya
   (orang  yang  aya  ajar  agama)  dan  dari mereka saya tidak
   pernah menerima pertanyaan itu.
 
   Lebih aneh lagi sebetulnya, kalau aku mengingat bahwa ketika
   aku  menjadi  mahasiswa di Fakultas Pendidikan Kateketik dan
   berpraktek Stasi di kota kecil  Walikukun,  Kabupaten  Ngawi
   begitu  banyak  orang  yang saya Katolikkan. Cara pendekatan
   saya begitu baik sehingga kepada Kepala Desa Mengger, Kepala
   Desa Karangbanyu dan Kepala Desa Dirgo (Bau) saya bisa minta
   dikumpulkan orang-orang desa untuk saya ajar agama Katolik.
 
   Setelah saya menjadi  Guru  Agamapun  saya  boleh  dikatakan
   sebagai  Guru Agama yang berhasil dalam hal meng-Katolik-kan
   banyak  orang,   atau   sekurang-kurangaya   membuat   suatu
   masyarakat   bernafaskan   Katolik.  Akhirnya  masa  tugasku
   sebagai Guru Agama kujalani di kota kecil Sumpiuh, Kabupaten
   Banyumas  dalam  Keuskupan  Purwokerto. Tempat tugasku hanya
   berjarak 5 km dari  tempat  kelahiranku,  Tambak.  Di  dalam
   Injil ada disebut: "Seorang nabi tak dihargai di negerinya,"
   walaupun begitu tugasku di Sumpiuh dapat kunilai dan dinilai
   orang  lain:  sukses. Dalam waktu tiga tahun saya di Sumpiuh
   saya melayani tiga orang Pastor berturut-turut  yaitu:  Rama
   A.  Wahyo  Bawono  Pr, bekas Letnan Kolonel Kostrad Tituler,
   Rama Antonius Willing MSC, Rama H. Obbens  MSC.  Dengan  dua
   Pastor  yang  terdahulu  saya  bisa bekerja sama dengan baik
   tidak pernah ada misunderstanding, tetapi dengan Rama Obbens
   keadaannya  lain.  Tetapi  hubungan  yang kurang baik antara
   saya dengan beliau tidak menjadi alasan yang penting mengapa
   saya masuk Islam. Kalau hal itu dianggap sebagai proses yang
   mempercepat mungkin boleh, tetapi jika ini dianggap  sebagai
   penyebab utama tidak mungkin.
 
   Seperti  lajimnya  keluarga  Katolik,  lebih-lebih saya Guru
   Agama, maka anak yang baru lahir itupun  kumintakan  baptis.
   Ketika aku menyaksikan upacara baptis anakku timbullah suatu
   pertanyaan besar: "Apakah betul anakku sudah punya dosa asal
   warisan  zaman  Adam  dan  Hawa  akibat dosa mereka?" Gereja
   Protestan memang lebih rationil dalam hal  pembaptisan  ini,
   yang  tidak  mau membaptis seseorang tanpa kemauan bebas dan
   kehendak orang yang bersangkutan.
 
   Seperti  halnya   kakekku   yang   meletakkan   dasar   pada
   pendidikanku  sehingga  seluruh  pribadinya  sempat mewarnai
   juga pribadiku, maka pergaulanku tidak tertutup  pada  suatu
   kelompok  masyarakat.  Dengan orang Protestan dan Islam saya
   banyak bergaul. Dengan pejabat-pejabat setempat selalu  saya
   memelihara   hubungan  baik.  Tetapi  juga  dengan  kalangan
   masyarakat  yang  diemohi  oleh  masyarakat  saya   usahakan
   hubungan   yang  baik.  Dengan  wanita  pelacur  saya  tidak
   segan-segan untuk bergaul dan mengunJungi mereka. Itu  semua
   kulakukan   bersama-sama   isteriku   bila  aku  mengunjungi
   tempat-tempat pelacuran. Bukan karena isteriku tidak percaya
   kepada  kesetiaanku,  tetapi  suara  masyarakat yang negatif
   hampir tidak  pernah  saya  dengar  dengan  selalu  mengajak
   isteri saya bila ke sana.
 
   Di  situlah  saya  berpikir,  mengapa  Pimpinan Gereja tidak
   pernah mempunyai konsepsi dan buah pemikiran untuk wanita P?
   Bukankah   Kristus   memberi  contoh  dengan  membela  Maria
   Magdalena yang  akan  dihukum  rajam  (lempar  batu)  karena
   kedapatan sedang berjina? Yesus dengan kewibawaanya berkata:
   "Siapa  yang  tidak  mempunyai;  dosa  silakan  lempar  batu
   dahulu!"
 
   Kebimbangan  itu  pada akhirnya sampai pada puncaknya ialah,
   mula pertama  dengan  tidak  meyakini  peranan  Bunda  Maria
   sebagai  perantara  manusia  kepada  Allah  Bapa  dan  Allah
   Putera. Jadi imanku Katolik saya  kurangi  dengan  dosaasal,
   pembaptisan  bayi,  peranan  Bunda Maria. Bolehlah dikatakan
   saya sudah menjadi Protestan secara praktis.
 
   Hal itu memang benar, jika saja proses. itu berhenti  sampai
   di  sini  saia.  Tetapi  proses  ini berkembang dengan tidak
   meyakini lagi pada diri saya bahwa Yesus itu Allah, walaupun
   saya tetap meyakini bahwa Kristus adalah Guru yang baik.
 
   Soal  Trinitas  dan  lain-lainnya  dapat  Saudara  baca pada
   bagian karangan saya yang berjudul: "Siapakah  Juru  Selamat
   Dunia?,"  yang dimuat bersama-sama serial ini. Perlu kiranya
   saya tambahkan bahwa buku: "Yesus Kristus dalam Al Quran dan
   Mohammad  dalam  Bijbel,"  karya Drs. Hasbullah Bakri, telah
   mendorong saya dan membantu studi tentang masalah  ketuhanan
   Yesus.


Siapa Sebenarnya Juruselamat Dunia? Oleh Yohannes Baptista Sariyanto Siswosoebroto Penerbit PERSATUAN Jln. KHA Dahlan 103, Yogyakarta, 1977


| Indeks Antar Agama | Indeks Artikel | Tentang Pengarang |
| ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota |

Please direct any suggestion to Media Team