|
|
|
Pribadi Yesus dan Ajarannya
Yesus yang menurut orang Kristen dan Katolik adalah Allah
Putera yang turun ke dunia untuk menjadi manusia dan penebus
dosa umat manusia, memang dapat diakui sebagai tokoh sejarah
yang hebat. Tahun dibagi menjadi dua ialah sebelum Masehi
dan sesudah Masehi. Terhadap tokoh ini beraneka ragam
pendapat. Golongan Yahudi, berpendapat bahwa Yesus itu tokoh
pemberontak dan pengacau. Golongan Kristen, memujanya
sebagai pribadi Allah yang turun mengejawantah. Golongan
Islam berpendapat bahwa Yesus seorang Nabi besar, tetapi
bukan putera Allah.
Lepas dari semua pandangan yang berbeda, kalau kita meninjau
tokoh ini memang merupakan tokoh yang boleh dibanggakan
pengajaran-pengajarannya. Beliau mengajarkan kerendahan hati
yang tulus: "Jika engkau ditampar pipamu yang kiri;
serahkanlah yang kanan." Sikap munafik ditentangnya
hebat-hebatan. "Jika engkau berdoa, masuklah kedalam rumah,
tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di
tempat tersembunyi" (Mateus 6: 6). Dan sabdanya: "Janganlah
berdoa seperti orang munafik, yang suka bertdoa ditepi-tepi
jalan dan ditikungan jalan supaya dilihat orang."
Dalam memberi dermapun Yesus mengutuk sikap munafik, "Jika
engkau memberi sedekah, janganlah diketahui oleh tangan kiri
apa yang dibuat oleh tangan kanan" (Mateus 6: 3). Juga dalam
hal berpuasa sikap munafik yang hanya ingin dilihat orang
lain sangat dicela oleh Yesus: "Jika engkau berpuasa jangan
muram mukamu, tetapi minyakilah rambutmu dan cucilah mukamu
supaya orang lain tak melihat engkau sedang berpuasa"
(Mateus 6: 16-18).
Yesus mengajar kepada kita untuk percaya betul kepada
penyelenggaraan Ilahi, supaya kita tidak membalas dendam
kepada orang lain. Untuk itu periksalah Mateus pasal 6.
Orang dari agama apapun bisa menghargai Yesus dan semua
ajarannya. Bagiku Yesus adalah Guru yang baik, Guru yang
mengajarkan kebaikan dan kesolehan yang tidak dibuat-buat.
Beliau paling membenci sesuatu hal yang dibuat-buat, hari
Sabat yang dianggap keramat oleh golongan Parisi didobraknya
karena mereka melaksanakan hukum hari Sabat secara
berlebih-lebihan sehingga cinta kasih kepada sesama
diabaikan demi kekeramatan hari Sabat.
Yesus mengajar dengan bahasa rakyat, bahasa yang bisa
dimengerti oleh rakyat jelata. Beliau bukan saja mengajarkan
kesederhanaan, tetapi beliau juga melaksanakan kesederhanaan
itu. Beliau tidak hanya mengajar supaya kita mencintai orang
lain, tetapi beliau juga melaksanakan cinta kasih dengan
menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati, menolong
penganten yang nyaris kehabisan anggur di tengah-tengah
pesta mereka.
Yesus juga contoh pribadi yang tidak segan-segan berkata:
"Tidak" jika memang keyakinannya demikian. Beberapa kali
orang Parisi mencoba menjebak dia, namun dia bisa
membalikkannya dengan begitu tepat. Ketika orang Parisi
bertanya: "Perlukah kita membayar pajak?" Yesus dengan
pertanyaan ini dihadapkan kepada buah simalakama, pata
posisi yang sulit. Jika dia berkata: '~tidak,, dia dianggap
pemberontak. Jika menjawab: "ya," mereka akan berkata
mengapa utusan Allah lebih rendah dari pada Kaisar. Dalam
keadaan seperti itu Yesus balik bertanya: "Coba tunjukkan
uang itu. Gambar siapakah itu?" Jawab kaum Parisi: "Gambar
Kaisar." Kemudian Yesus berkata: "Serahkanlah kepada kaisar
yang menjadi hak kaisar dan kepada Tuhan apa yang menjadi
hak Tuhan."
Saya mengakui bahwa pribadi Yesus begitu agungnya,
sampai-sampai seluruh hidupnya dicurahkan untuk memberikan
perhatian kepada orang kecil. Saya menghormati pribadi ini
sebagai pribadi yang mendobrak ketidakadilan, dan menolak
kultus individu. Kepada orang yang disembuhkan dari sakit,
dia selalu berpesan agar tidak dikatakan kepada orang lain
peristiwa penyembuhannya itu.
Tentang kemurnian hidup beliau mengajarkan: "Setiap orang
yang memandang seorang wanita, dan menginginkannya sudah
berzina di dalam hatinya" (Mateus 5: 28). Dalam memilih
murid-muridnya Yesus tidak memandang dari mana asal usulnya.
Mateus, seorang penarik bea yang dalam pandangan masyarakat
Yahudi bukan profesi yang baik, dipilih sebagai seorang
muridnya. Petrus seorang nelayan sederhana, dipilih sebagai
tua-tua murid yang lain.
Yesus tidak menyukai kekerasan, walaupun itu kepada
musuhnya. Ketika Petrus memarang telinga tentara yang akan
menangkap Yesus sehingga daun telinganya putus, daun telinga
itu justru diambil oleh Yesus dan dilekatkan kembali
ketempat asalnya.
Kepada orang yang mendengarkan pengajarannya, beliau tidak
melupakan kesejahteraannya. Ketika pada waktu makan dan
tidak tersedia makanan, Yesus mengambil sepotong roti kecil
dan dua ekor ikan yang dibawa oleh anak kecil kemudian
diperbanyak olehnya dan dibagikan kepada orang-orang itu;
tetapi manakala pada kesempatan lain orang
berbondong-bondong mengikuti, justru Yesus menolaknya karena
tahu bahwa motivasinya karena ingin roti hasil mukjijat
Yesus.
Tiada suatu pengaruh lain yang bisa melenyapkan
peoghormatanku pada Yesus Kristus sebagai pribadi pembaharu
peradaban manusia.
|
|
|
|
|
| Indeks Antar Agama |
Indeks Artikel | Tentang
Pengarang | Please direct any suggestion to Media Team |