DELAPAN BELAS
ISRAEL DAN AFRIKA SELATAN
Hubungan antara Israel dan Afrika Selatan mendalam dan
kuat, dan telah berlangsung selama bertahun-tahun.
Pengucilan kedua negara itu di kalangan masyarakat
internasional dikarenakan kebijaksanaan-kebijaksanaan
represif mereka terhadap penduduk asli yang mendorong
timbulnya keprihatinan bersama menyangkut keamanan, yang
pada gilirannya berkembang menjadi hubungan militer aktif.
Israel memasok Afrika Selatan dengan sejumlah besar
teknologi militer sebagai pertukaran dengan bahan-bahan
mentah dari Afrika Selatan, terutama berlian yang belum
dipotong. Kerjasama itu secara luas dilaporkan mencakup
usaha-usaha bersama dalam pengembangan senjata-senjata
nuklir.1
OMONG KOSONG
"Tentangan terhadap apartheid begitu kuatnya
di Israel sehingga hubungan biasa yang terjalin sekarang
ini [dengan Afrika Selatan] sedang
dipertimbangkan kembali." --Hyman Bookbinder, mantan
wakil Komite Yahudi Amerika,19872
FAKTA
Hubungan Israel dengan Afrika Selatan tetap
ditutup-tutupi, sebagian karena setiap laporan di dalam
negeri Israel mengenai kerja sama militer antara kedua
negara itu "sama sekali dilarang oleh sensor
militer."3 Namun
wartawan Seymour Hersh telah mengungkapkan bahwa kerja sama
antara kedua negara mengenai masalah-masalah nuklir "dimulai
dengan sungguh-sungguh" pada 1967, dan ilmuwan Israel
Benjamin Beit-Hallahmi telah melaporkan bahwa Israel menjual
persenjataan kecil sejak 1955 kepada Afrika Selatan
4
Meskipun terjadi kerjasama semacam itu, peliputan media
atas hubungan tersebut begitu sedikit sehingga baru pada
1971 kolumnis masalah luar negeri New York Times C.L.
Sulzberger dinilai lain dari yang lain dengan melaporkan
hubungan persahabatan yang terjalin antara Israel dan Afrika
Selatan, termasuk kerjasama militer
mereka.5
Perhatian semacam itu mengakibatkan timbulnya kecaman dari
Majelis Umum PBB pada 1975 terhadap "hubungan dan kerjasama
Israel [dengan] rezim rasis Afrika Selatan... dalam
bidang politik, militer, ekonomi, dan bidang-bidang
lainnya."6
Pada 1982 Yoel Marcus, komentator politik Israel
terkemuka dari Ha'aretz, koran Israel paling penting,
menyebut Afrika Selatan "sekutu Israel kedua terpenting,
setelah AS."7
Setelah mendapat penerangan dari CIA pada 1989, Wakil
Demokrat Stephen Solarz, pendukung gigih Israel, berkata:
"Hubungan militer Israel dengan Afrika Selatan... jauh lebih
luas dibanding yang didesasdesuskan atau
diduga."8 Tidak
ada sesuatu pun yang terjadi sejak itu untuk mengubah
penilaian Solarz.
Tanda dramatis pertama bahwa hubungan antara kedua negara
itu telah berkembang secara berarti muncul pada April 1976
ketika Perdana Menteri Afrika Selatan John Vorster secara
terbuka mengunjungi Israel. Meskipun Israel menggambarkan
kunjungan itu sebagai perjalanan ziarah, Vorster, seorang
simpatisan Nazi pada masa Perang Dunia II, disambut meriah
layaknya seorang pemimpin luar
negeri.9
Dalam suatu jamuan makan untuk Vorster, Perdana Menteri
Yitzhak Rabin menjelaskan alasan-alasan Israel yang
mendorong kedekatan antara kedua negara: "Saya percaya kedua
negara sama-sama mempunyai masalah bagaimana membangun
dialog regional, hidup berdampingan, dan menjaga stabilitas
dalam menghadapi ketidakstabilan dan kenekadan akibat
rongrongan asing... Inilah sebabnya mengapa kini kami
mengikuti dengan penuh simpati usaha-usaha historis Anda
untuk mencapai detente di benua Anda, untuk membangun
jembatan bagi masa depan yang aman dan lebih baik, untuk
menciptakan kehidupan berdampingan yang akan menjamin
atmosfir yang baik bagi kerjasama dari semua bangsa Afrika,
tanpa campur tangan dan ancaman
luar."10
Beberapa bulan setelah kunjungan Vorster, hubungan antara
Israel dan Afrika Selatan menjadi lebih erat daripada
sebelumnya, terutama dikarenakan kesediaan Israel untuk
menyediakan senjata-senjata bagi negeri apartheid itu.
Israel dilaporkan telah menjual kepada Afrika Selatan dua
hingga enam kapal meriam jarak jauh yang dilengkapi
misil-misil dan dua lusin pesawat tempur Kfir; lima puluh
personil angkatan laut Afrika Selatan dilatih di Israel; dan
Israel menyediakan untuk Afrika Selatan peralatan elektronik
militer yang canggih sebagai pertukaran bagi batu bara,
termasuk sekitar satu juta ton setahun untuk memasok
industri baja Israel.11
Dalam tahun 1980-an Israel mengirimkan ke Afrika
teknologi dan cetak biru untuk membangun pesawat perang
canggihnya sendiri. Tambahan besar bagi persediaan senjata
Afrika Selatan ini diberikan karena terjadinya penundaan
proyek pesawat tempur Israel, Lavi, yang gagal. Meskipun
mendapat dana $1,5 milyar bantuan AS untuk mengembangkan
pesawat perang itu, Israel tidak mampu menyelesaikan proyek
itu sesuai anggaran dan, di bawah tekanan Amerika,
membatalkannya pada 1987. Israel kemudian mengadakan
perjanjian untuk membantu Afrika Selatan memproduksi suatu
versi yang dinamakan Simba. Para teknisi Israel yang
diberhentikan dari proyek Lavi berbondong-bondong pergi ke
Afrika Selatan untuk mengerjakan
Simba.12
Meskipun Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 1977
memberlakukan embargo senjata dari seluruh dunia ke Afrika
Selatan karena kebijaksanaan rasisnya, Israel terus bekerja
sama dengan Afrika Selatan. Ini menyulut kemarahan para
anggota Congressional Black Caucus. Ketika Perdana Menteri
Israel Yitzhak Shamir mengunjungi Washington pada 1988, para
anggota Black Caucus menyerahkan padanya sebuah surat yang
berbunyi: "Amerika Serikat menyediakan untuk Israel hampir
$1,5 milyar dalam bentuk bantuan untuk mengembangkan pesawat
tempur Lavi. Sejak itu kami mengetahui bahwa... para
insinyur Israel yang bekerja pada proyek Lavi mengambil
manfaat dari bantuan luar negeri AS untuk Afrika Selatan.
Kami anggap ini merupakan pemanfaatan yang tak bermoral atas
bantuan kami." Shamir mengabaikan catatan itu, dan tidak ada
tindakan lebih jauh yang diambil.13
Pada November 1991 Presiden Afrika Selatan F.W. de Klerk
mengadakan kunjungan resmi empat hari ke Israel untuk
meyakinkan negara Yahudi itu bahwa "Afrika Selatan yang baru
akan tetap menjadi sahabat yang dapat dipercaya sebagaimana
sebelumnya." Kedua negara menandatangani memorandum of
understanding untuk memperluas kerja sama mereka dalam
bidang-bidang ekonomi, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan dan,
menurut The Jerusalem Post, "bidang-bidang lain."
Laporan-laporan pada waktu itu mengungkapkan bahwa kedua
negara mengadakan perdagangan nonmiliter senilai $317 pada
1990, terutama dalam bentuk bahan mentah dari Afrika Selatan
sebagai pertukaran bagi barang-barang jadi dari Israel.
Perdagangan militer diperkirakan bernilai $800 juta setiap
tahun pada 1987, ketika Israel secara resmi menjanjikan
tidak akan membuat kontrakkontrak militer baru dengan Afrika
Selatan. Namun terdapat laporan-laporan yang menyatakan
bahwa perdagangan militer itu dalam kenyataannya justru
meningkat.14
OMONG KOSONG
"Meskipun beredar cerita-cerita sensasional
mengenai kerjasama nuklir antara Israel dan Afrika
Selatan, tidak ada bukti yang dapat ditunjukkan untuk
mendukung pernyataan itu." --AIPAC,
199215
FAKTA
Baik Israel maupun Afrika Selatan telah menolak untuk
menandatangani Perjanjian Non-Proliferasi. Akibatnya,
fasilitas-fasilitas nuklir mereka belum diperiksa oleh
otoritas internasional selama beberapa dasawarsa. CIA
mengetahui sejak 1968 bahwa Israel mempunyai senjata-senjata
nuklir, dan pada pertengahan 1970-an diyakini bahwa Afrika
Selatan mampu merakit senjata-senjata nuklirnya
sendiri.16
Tepat sebelumnya, Afrika Selatan menjual kepada Israel
uranium untuk bahan bakar bagi reaktor nuklir
Dimona.17 Dalam
kenyataannya, persediaan bijih uranium yang sangat besar di
Afrika Selatan itulah yang membuat negara itu menjadi sekutu
alamiah bagi Israel. Sebagaimana ulasan wartawan Seymour
Hersh: "Israel memperdagangkan keahliannya dalam bidang
fisika nuklir untuk mendapatkan bijih uranium dan
barang-barang tambang strategis lainnya yang tersedia
melimpah di Afrika Selatan."18
Bukti dari hubungan nuklir Israel-Afrika Selatan datang
dari deteksi pada 22 September 1979 oleh satelit Vela atas
tanda cahaya yang unik dari suatu ledakan nuklir setengah
perjalanan antara Afrika Selatan dan Kutub Selatan. Suatu
komite yang ditunjuk oleh Gedung Putih menyimpulkan bahwa
tanda yang didapat oleh Vela "barangkali bukan dari suatu
ledakan nuklir," namun para kritikus sejak itu telah
menyimpan kecurigaan serius pada laporan tersebut, dan
menuduh bahwa itu merupakan upaya menutup-nutupi kesalahan
yang dilakukan demi pertimbangan-pertimbangan
politik.19
Alasan para kritikus adalah bahwa komite itu telah sangat
dibatasi dalam tugasnya sebab ia hanya diberi informasi yang
sangat sedikit. Namun CIA melihat seluruh permasalahan dan
kesimpulannya pada 1979 sangat tegas: "Informasi dan
analisis teknis menyarankan bahwa: suatu ledakan dihasilkan
melalui suatu peralatan nuklir yang digerakkan dari atmosfir
di dekat permukaan tanah"20
Direktur Intelijen Pusat Stanford Turner di kemudian hari
mengemukakan bahwa tak seorang pun dari para ahli Gedung
Putih telah meminta informasi dari CIA dan tanpa informasi
itu kesimpulan-kesimpulan yang mereka ambil akan "tidak
masuk akal."21
Kerja sama Israel-Afrika Selatan telah meluas dari
senjata-senjata nuklir ke sistem-sistem misil untuk
mengirimkannya.22
Pada 25 Oktober 1989, NBC-TV News mengudarakan suatu laporan
mendalam mengenai koneksi nuklir Israel-Afrika Selatan. Kata
laporan itu: "Sumber-sumber intelijen menyatakan pada ABC
News bahwa Jerusalem tengah menjalin "kemitraan penuh"
dengan Pretoria untuk memproduksi sebuah misil berkepala
nuklir untuk Afrika Selatan." Laporan itu menyatakan bahwa
sebuah misil diluncurkan secara rahasia pada 5 Juli oleh
Afrika Selatan di atas jangkauan sembilan ratus mil yang
telah dibangun oleh konglomerasi Armscorp milik negara
Afrika Selatan atas dasar teknologi
Israel.23
Meskipun Israel menyangkal laporan-laporan NBC,
Washington Post mengutip perkataan para pejabat AS
yang tidak mau disebutkan jati diri mereka yang membenarkan
sebagian besar isi laporan tersebut, terutama bantuan Israel
untuk program misil Afrika Selatan. Salah seorang pejabat AS
itu mengatakan bahwa duta besar di Tel Aviv dan
pejabat-pejabat Amerika lainnya yang berusaha mengetahui
masalah itu dari Israel dijawab dengan kasar bahwa hal itu
bukan urusan Amerika.24
Dua tahun kemudian, pada Oktober 1991, intelijen AS
memastikan bahwa Israel di tahun sebelumnya telah
mengapalkan komponen-komponen misil balistik kunci ke Afrika
Selatan yang sebagian besar dibuat atas dasar teknologi AS.
Namun Presiden Bush memutuskan untuk melepaskan
sanksi-sanksi yang diperlukan di bawah hukum AS.
Sanksi-sanksi semacam itu akan mencakup larangan atas semua
perdagangan dengan Israel.25
Catatan kaki:
1 Adams, The
Unnnatural Alliance, 3-5; Ball, The Passionate
Attatchment, 290-92; Beit Hallahmi, The Israeli
Connection, 117; Cockburn, Dangerous Liaison,
280-312; Hersh, The Samson Option, 263.
2 Bookbinder dan
Abourezk, Through Different Eyes, 214
3 Beit-Hallahmi, The
Israeli Connection, 116.
4 Hersh, Samson
Option, 263; Beit-Hallahmi, The Israeli
Connection, 117.
5 C.L. Sulzberger, New
York Times, 30 April 1971.
6 Resolusi 3411 G (XXX).
Teks itu terdapat dalam Sharif, United Nations
Resolutions on Palestine and the Arab-Israeli Conflict,
2: 8-10.
7 Beit- Hallahmi, The
Israeli Connection, 109.
8 Cockburn, Dangerous
Liaison, 281.
9 Terence Smith, New
York Times, 18 April 1976.
10 Rogers dan Cervenka,
The Nuclear Axis, 326.
11 William E. Farrell,
New York Times, 18 Agustus 1976.
12 Cockburn,
Dangerous Liaison, 291.
13 Ibid.
14 Jane Hunter,
"Burying Armscorp?" Middle East International, 22
November 1991; "Did de Klerk Discuss Transfer of Arms Firm
to Israel?" Israeli Foreign Affairs (terbitan ganda
spesial),16 Desember 1991.
15 Bard dan Himelfarb,
Myths and Facts, 292.
16 Washington Post, 2
Maret 1978; David Burnham, New York Times, 2 Maret 1978;
Spector, Nuclear Proliferation Today, 304.
17 Beit-Hallahmi,
The Israeli Connection, 133.
18 Hersh, The Samson
Option, 264.
19 Cockburn,
Dangerous Liaison, 283-88; Green, Living by the
Sword, 111-34; Hersh, The Samson Option,
271-83.
20 Memorandum Intelijen
Antaragen, "The 22 September 1979 Event," Desember 1979,
dikutip dalam Cockburn, Dangerous Liaison, 285.
21 Cockburn,
Dangerous Liaison, 287.
22 Beit-Hallahmi,
The Israeli Connection, 133; Cockburn, Dangerous
Liaison, 282-83.
23 NBC-TV News dengan Tom
Brokaw, 25-26 Oktober 1989. Untuk ringkasan dari kedua
laporan utama itu, lihat "NBC Reports Israeli-South African
Nuclear Missile Partnership;" Israeli Foreign
Affairs, November 1989.
24 David B. Ottaway dan
R. Jeffrey Smith, Washington Post, 27 Oktober
1989.
25 David Hoffman dan R.
Jeffrey Smith, Washington Post, 27 Oktober 1991. Juga
lihat "New Light on Israeli-South African Arms Trade,"
Israeli Foreign Affairs, 5 November 1991; Edward T.
Pound, Wallstreet Journal, 13 Maret 1992.
|