|
ENAM BELAS
ISRAEL MEMATA-MATAI AMERIKA
Israel telah secara rutin mematai-matai Amerika Serikat
selama berpuluh-puluh tahun. Ditahan dan dihukumnya
mata-mata Israel kelahiran Amerika Jonathan J. Pollard dan
istrinya pada pertengahan 1980-an hanya merupakan bukti
paling dramatis dari aktivitas-aktivitas Israel melawan
Amerika Serikat. Dalam kata-kata Washington Post:
"Agen-agen intelijen Israel telah memeras, memasang alat
pendengar rahasia, menyadap, dan menawarkan suap kepada para
pegawai pemerintah AS dalam upaya mendapatkan informasi
intelijen dan teknis yang sensitif."1
OMONG KOSONG
"Memata-matai Amerika Serikat bertolak
belakang dengan kebijaksanaan kami." --Shimon Peres,
perdana menteri Israel, 19852
FAKTA
The Washington Post mengungkapkan merebaknya
kegiatan mata-mata Israel terhadap Amerika Serikat atas
dasar laporan CIA setebal empat puluh tujuh halaman,
"Israel: Foreign Intelligence and Security Service," yang
dikeluarkan pada Maret 1979. Itu ditemukan bersama
dokumen-dokumen rahasia lainnya pada November 1979 oleh
kelompok militan yang menduduki kedutaan besar AS di
Teheran. Meskipun Israel dan para pendukungnya telah
menyatakan keraguan tentang keaslian dokumen itu, tidak ada
pejabat AS yang meragukannya.
Menurut laporan itu, negara-negara Arab merupakan
sasaran-sasaran intelijen utama Israel namun "kumpulan
informasi tentang kebijaksanaan atau keputusan-keputusan
rahasia AS... menyangkut Israel" dan "kumpulan rahasia
intelijen ilmiah di AS dan negara-negara berkembang lainnya"
menduduki prioritas kedua dan ketiga. "Orang-orang Israel
mengerahkan sebagian besar dari operasi-operasi tersamar
mereka untuk mendapatkan rahasia intelijen ilmiah dan
teknis," lanjut laporan itu. "Ini... termasuk usaha-usaha
untuk menyusup ke dalam proyek-proyek pertahanan rahasia
tertentu di Amerika Serikat dan negara-negara Barat
lainnya."
Di kemudian hari dikemukakan bahwa sepanjang 1960-an dan
1970-an FBI dan kontra intelijen militer melancarkan sebuah
program bernama Scope untuk mencegah Israel agar tidak
merekrut orang-orang Amerika untuk mencuri teknologi militer
yang canggih. Operasi itu mencakup penyadapan dan pengawasan
elektronik atas kedutaan besar Israel. Scope dihentikan pada
awal 1970-an ketika diputuskan bahwa operasi itu mungkin
melanggar hak-hak konstitusional orang-orang
Amerika.3
Sejak itu, Victor Ostrovsky, seorang mantan agen
intelijen Israel, mengungkapkan dalam sebuah buku pada 1990
bahwa Israel menempatkan di Amerika Serikat dua puluh empat
hingga dua puluh tujuh agen Mossad yang tergabung pada
divisi intelijen super rahasia yang dikenal sebagai
Al, yang dalam bahasa Ibrani berarti "di atas" atau
"di puncak." Tulis Ostrovsky: "[Intelijen Israel]
secara aktif memata-matai, merekrut, mengorganisasi, dan
melaksanakan aktivitas-aktivitas tersamar, terutama di New
York dan Washington, yang mereka sebut sebagai tempat
bermain mereka." Dia menulis bahwa Israel mempengaruhi
Kongres dengan cara merekrut ajudan-ajudan Yahudi sebagai
wakil rakyat dan senator yang tergabung dalam komite-komite
kunci.4 Periset
lainnya menulis bahwa antara pertengahan 1960-an dan
pertengahan 1980-an Israel melancarkan begitu banyak operasi
di Amerika Serikat sehingga ada empat puluh orang penyelidik
resmi AS yang bekerja untuk Israel. Dia menambahkan:
"[Para pejabat AS] itu berkata bahwa orang-orang
Israel telah menjadi begitu yakin akan kemampuan mereka
memata-matai AS dan meloloskan diri dengan
selamat."5
OMONG KOSONG
"Segera setelah penahanan Pollard, Israel
meminta maaf dan menjelaskan bahwa operasi itu tidak
sah." --AIPAC,19926
FAKTA
Pada 4 Maret 1987, dua warga negara Amerika Jonathan Jay
Pollard dan Anne Henderson Pollard mengaku bersalah telah
melakukan tindakan mata-mata untuk Israel. Dia dijatuhi
hukuman seumur hidup sementara istrinya lima tahun; wanita
itu dilepaskan setelah menjalani masa hukuman dua setengah
tahun.7 Pengarang
Seymour Hersh mencap Pollard sebagai "mata-mata nuklir
Israel yang pertama," dan menyatakan bahwa Pollard
menyampaikan pada dinas intelijen Israel sasaran nuklir AS
dan bahwa Perdana Menteri Yitzhak Shamir sendiri memutuskan
untuk memberikan sebagian dari informasi itu kepada Uni
Soviet pada waktu Washington terlibat dalam perang dingin
dengan Moskow di awal 1980-an.8
Selama delapan belas bulan yang diakuinya dia bekerja
sebagai mata-mata Israel, Pollard mencuri lebih dari seribu
dokumen rahasia, lebih dari delapan ratus di antaranya
tergolong sangat rahasia.9
Sebagian dari dokumen-dokumen itu masing-masing berisi lebih
dari seratus halaman. Kebanyakan berupa telaah-telaah
analitis yang rinci dengan perhitungan-perhitungan teknis,
grafik, dan foto-foto satelit. Dokumen-dokumen lain berisi
pesan-pesan yang mengemukakan rincian-rincian tentang
posisi-posisi kapal dan taktik angkatan laut serta
operasi-operasi latihan AS. Termasuk juga analisis tentang
sistem-sistem misil Soviet yang mengungkapkan bagaimana
Amerika Serikat mengumpulkan informasi, termasuk ciri-ciri
untuk mengenali jati diri agen-agen AS atau agen-agen yang
bekerja untuk Amerika Serikat. Dokumen-dokumen itu juga
mengungkapkan identitas para pengarang Amerika yang menulis
telaah-telaah itu, yang mengakibatkan mereka menjadi sasaran
rentan dinas intelijen lainnya.10
Banyaknya bahan yang dicuri telah menimbulkan kecurigaan
bahwa Pollard mempunyai dua atau lebih orang Amerika
berkedudukan tinggi yang
membantunya.11
Namun tidak ada warga negara Amerika lain yang dituduh dalam
kasus ini.
Menteri Pertahanan Caspar Weinberger di kemudian hari
mengatakan: "Sulit bagi saya... untuk melihat adanya ancaman
yang lebih besar terhadap keamanan nasional kita daripada
yang ditimbulkan oleh si terdakwa, mengingat keluasan, arti
penting yang begitu kritis bagi Amerika Serikat dan kepekaan
yang begitu tinggi dari informasi yang dijualnya kepada
Israel."12
Pencurian-pencurian itu demikian luasnya sehingga
diperkirakan diperlukan $3 milyar hingga $4 milyar untuk
mengoreksi sistem-sistem keamanan dan menetralkan
operasi-operasi yang telah diketahui pihak
luar.13
OMONG KOSONG
"Sebagaimana yang dijanjikan kepada
Pemerintah AS, unit mata-mata yang mengarahkan Pollard
dibubarkan, para pengurusnya dihukum dan dokumen-dokumen
yang dicuri dikembalikan." --AIPAC,
199214
FAKTA
Tidak ada orang Amerika yang dapat merasa yakin akan apa
yang terjadi pada unit mata-mata Israel LAKAM, yang
mempekerjakan Pollard, namun mantan agen Israel Victor
Ostrovsky ada di pihak yang berwenang untuk mengetahui
masalah itu. Laporannya: "Yang mereka lakukan hanyalah
mengubah alamat pos dan memasukkan LAKAM ke departemen luar
negeri."15
Meskipun Israel berjanji akan menghukum para mata-mata
itu, dalam kenyataannya ia justru mempromosikan kedua
pemimpin Israel yang terlibat. Veteran bidang operasi
intelijen Rafael Eitan,16
direktur agen intelijen teknologi LAKAM, yang kemudian
ditunjuk untuk memimpin Israel Chemicals, perusahaan milik
negara Israel yang terbesar. Di sana dia mempunyai cukup
banyak waktu luang untuk bekerja sebagai penasihat bagi
Presiden Colombia Virgilio Barco
Vargas.17
Kolonel Angkatan Udara Aviem Sella, yang menjadi
penghubung Pollard dan telah didakwa melakukan aksi spionase
di Amerika Serikat, dipromosikan menjadi brigadir jenderal
dan diberi wewenang atas salah satu basis udara Israel yang
paling canggih, Tel Nof, kedudukan yang biasanya dianggap
sebagai batu loncatan menuju pemimpin tertinggi angkatan
udara.18
Pada 1988 para pejabat Israel mulai berusaha membebaskan
Pollard dengan jalan mengusulkan berbagai perjanjian dengan
Gedung Putih dan Kementerian Luar
Negeri.19
Sebuah kampanye dimulai di Israel yang menyebut suami-istri
Pollard "narapidana Zion." Lebih dari 70 dari 120 anggota
Knesset menandatangani sebuah petisi berisi permohonan
kepada Presiden Reagan agar membebaskan suami-istri Pollard,
dan dua orang rabbi ketua di Israel juga menulis pada
Presiden atas nama mereka.20
Imbauan-imbauan itu terus disampaikan hingga 1989 ketika
menteri kesehatan Israel, Yaacov Tsur, meminta Duta Besar AS
untuk Israel William Brown agar istri Pollard dibebaskan
karena alasan medis sebab dia menderita sejenis penyakit
perut yang langka; sekelompok organisasi kaum wanita Israel
menyampaikan permintaan serupa. Kelompok-kelompok itu
termasuk para wakil dari partai Buruh, partai-partai
keagamaan, penasihat perdana menteri tentang urusan kaum
wanita, dan Ruth Rasnic, manajer dari Pusat Wanita Herzliya.
Rasnic mengirim sebuah telegram langsung ke Barbara Bush
meminta pertolongannya.21
Anne Pollard dibebaskan pada 1990 setelah menjalani dua
setengah tahun hukumannya; kini dia tinggal di Israel. Salah
satu perjalanan pertamanya adalah ke Israel, di mana dia
disambut dengan hangat pada 1 Agustus 1990 di Bandar Udara
Ben-Gurion. Di antara para penyambutnya adalah Wakil Perdana
Menteri Geula Cohen dari partai sayap kanan Tehiya dan
anggota Knesset Edna Solar dari Partai
Buruh.22 Suatu
Komite Publik bagi suami-istri Pollard telah didirikan di
Israel untuk mengumpulkan uang dan berjuang demi kebebasan
pasangan itu. Di samping itu, sebuah perusahaan asuransi
Israel dilaporkan membayar biaya medis Anne Pollard "sebagai
suatu isyarat kemanusiaan."23
Sampai kini Jonathan Pollard belum dibebaskan. Hukuman
seumur hidupnya dikuatkan pada 20 Maret 1992, setelah
pengadilan banding yang diajukan oleh ahli hukum Harvard,
Alan Dershowitz, di Pengadilan Tinggi Federal di Washington
D.C.24 Mahkamah
Agung AS di kemudian hari bersedia meninjau kasus
itu.25
Bagaimanapun juga, di tengah hangatnya kampanye
kepresidenan, Demokrat Bill Clinton menjanjikan
kelompok-kelompok Yahudi bahwa dia akan meninjau secara
pribadi dan segera kasus Pollard jika dia terpilih menjadi
presiden,26 dan
sejumlah besar rabbi AS memasang sebuah Man sehalaman penuh
di The New York Times pada 23 Oktober 1992, meminta
Presiden Bush agar segera membebaskan Pollard.
27
Sedangkan mengenai pengembalian dokumen-dokumen yang
dicuri, Israel mengembalikan hanya 163 dari dokumen-dokumen
curian tersebut. Bagaimanapun juga, itu hanyalah janji
kosong, sebab Israel telah mempunyai waktu yang lebih dari
cukup untuk menyalin semuanya.28
Pun janji Israel untuk memberikan kerja sama penuh dalam
penyelidikan Pollard tidak pernah ditepati. Pada Juni 1986,
Direktur FBI William H. Webster mengambil langkah yang tidak
biasa dengan mengemukakan keluhan di depan umum bahwa Israel
hanya "memberikan kerja sama selektif" dalam penyelidikan
AS. Dia meminta Israel agar memberi "kerja sama
penuh."29 Tidak
ada jawaban dari Israel.
Catatan kaki:
1 Scott Armstrong,
Washington Post, 1 Februari 1982. Untuk survei
mengenai tindakan Israel memata-matai Amerika Serikat, lihat
serial tiga bagian dalam The Wallstreet Journal oleh
Edward T. Pound dan David Rogers, 17 Januari, 20 Januari, 22
Januari 1992. Juga lihat Jeff McConnell dan Richard Higgins
"The Israeli Account," Boston Globe Magazine, 14 Desember
1986; Claudia Wright, Spy, Steal and Smuggle: Israel's
Special Relationship with the United States (Belmont,
Mass.: AAUG Press, 1986). Untuk cerita-cerita umum mengenai
tindakan Israel memata-matai Amerika Serikat, lihat
Washington Post, 5 Januari 1986; Baltimore Sun, 16
November 1986. Dua cerita mengemukakan secara rinci
usaha-usaha pemerintah Reagan untuk mengurangi kegawatan
spionase Israel: Los Angeles Times, 11 Juni 1986;
New York Times, 12 Juni 1986. Buku-buku yang
bermanfaat termasuk Cockburn, Dangerous Liaison;
Hersh, The Samson Option; Ostrovsky dan Hoy, By
Way of Deception.
2 Bard dan Himelfarb,
Myths and Facts, 250.
3 Pound dan Rogers,
Wallstreet Journal, 17 Januari 1992.
4 Ostrovsky dan Hoy,
By Way of Deception, 269; juga lihat Roger Cohen,
New York Times, 13 September 1990. Israel berusaha
menuduh Ostrovsky sebagai seorang pembohong dan pembual;
namun beberapa ahli yang berada dalam kedudukan untuk
mengetahui hal itu cenderung mempercayainya; lihat,
misalnya, Black dan Morris, Israel's Secret Wars,
493.
5 Wright, Spy, Steal
and Smuggle.
6 Bard dan Himelfarb,
Myths and Facts, 250.
7 Untuk latar belakang,
lihat Cockburn, Dangerous Liaison, 203-9; Hersh, The Samson
Option, 285-305; Raviv dan Melman, Every Spy a Prince,
301-23. Untuk reaksi awal lihat New York Times, 2
Desember 1985. Teks mengenai kasus pemerintah melawan
Pollard terdapat dalam "Documents and Source Material,"
Journal of Palestine Studies, Musim Gugur 1986,
229-34.
8 Hersh, The Samson
Option, 285, 297.
9 Ibid., 285,
menyatakanbahwa Pollard sesungguhnya telah mulai menjadi
mata-mata selama Israel tiga tahun lebih awal dari yang
diakuinya, dan bahwa jumlah keseluruhan halaman
dokumen-dokumen rahasia yang disampaikannya kepada Israel
adalah sekitar 500.000; lihat 286.
10 "Government
Memorandum in Aid of Sentencing," U.S. District Court for
the District of Columbia, Kriminal no. 86- 0207, 6 Januari
1987.
11 Hersh, The Samson
Option, 295.
12 Pokok-pokok dari
pernyataan pemerintah mengenai bahaya yang ditimbulkan
Pollard dirinci dalam dokumen-dokumen yang diberkaskan di
Pengadilan Negeri AS untuk Distrik Columbia: "Government's
Memorandum in Aid of Sentencing;" Kriminal No. 86-0207 dan
87-0208, 6 Januari 1987, dalam kasus USA v. Jonathan Jay
Pollard and Anne Henderson Pollard. Teks yang berisi memo
hukuman yang panjang atas Jonathan Pollard dapat ditemukan
dalam American-Arab Affairs, Musim Gugur 1987,123-46.
13 Robert L. Friedman,
"The Secret Agent," New York Review of Books, 26
Oktober 1989. Friedman membuat tinjauan atas Territory of
Lies (New York: Harper and Row, 1989), sebuah buku yang
sepenuhnya membahas kasus itu ditulis oleh wartawan
Jerusalem Post Wolf Blitzer. Friedman berpendapat
buku itu "terkadang bersifat apologetik."
14 Bard dan Himelfarb,
Myths and Facts, 251.
15 Ostrovsky dan Hoy,
By Way of Deception, 268.
16 Dia hendaknya tidak
dipertukarkan dengan tokoh Israel lain dengan nama yang sama
yang menjadi kepala staf semasa berlangsungnya invasi Israel
ke Lebanon pada 1982 dan kemudian menjadi kepala faksi
politik sayap kanan bernama Tsomet.
17 Dan Raviv dan Yossi
Melman, Washington Post, rubrik Outlook, 3 September
1989; New York Times, 9 Januari 1986.
18 David B. Ottaway,
Washington Post, 30 Oktober 1985. Juga lihat Raviv
dan Melman, Every Spy a Prince, 321-22.
19 Jack Anderson dan
Dale Van Atta, Washington Post, 9 Mei 1988.
20 Robert L. Friedman,
Washington Post, rubrik Outlook, 19 Juni 1988.
21 Jerusalem Post
International Edition, 9 September 1989.
22 Associated Press,
Washinton Times, 2 Agustus 1990.
23 Howard Kurtz,
Washington Post, 19 Juli 1990.
24 Neil A. Lewis,
New York Times, 21 Maret 1992.
25 Linda Greenhouse,
New York Times, 14 Oktober 1992.
26 "The Week in
Review;" New York Times, 18 Oktober 1992.
27 "An Open Letter to
President George Bush Concerning Jonathan Pollard," New
York Times, 23 Oktober 1992.
28 Raviv dan Melman,
Every Spy a Prince, 321-27.
29 New York
Times, 11 Juni 1986.
|