Diplomasi Munafik ala Yahudi
Mengungkap Fakta Hubungan AS-Israel

Paul Findley
(mantan anggota Kongres AS)

PENUTUP

Buku ini, saya yakin, mengetengahkan profil yang paling berimbang dan jujur yang pernah disusun mengenai Israel. Dari sini muncul realitas-realitas yang sebenarnya berikut ini:

  • Israel adalah sebuah negara yang diperangi terutama dikarenakan sejarah panjangnya yang penuh dengan ekspansi teritorial yang agresif dengan mengorbankan bangsa Arab, teristimewa bangsa Palestina.
  • Dalam semangatnya untuk menguasai bangsa Arab yang tanahnya mereka rebut, Israel menjalankan praktek-praktek tidak manusiawi yang melanggar hukum internasional dan gambaran ideal yang mendorong berdirinya Israel.
  • Israel akan tetap menjadi negara yang diperangi hingga ia mengakhiri pendudukannya atas tanah Arab, penaklukannya atas para penduduknya, dan diskriminasi yang dijalankannya terhadap para warga negara Arab.
  • Amerika Serikat memberikan dukungan yang tanpa itu Israel tidak akan dapat mempertahankan penindasannya atas hak-hak asasi manusia dan ekspansi teritorialnya. Hubungan kolusif ini sangat membahayakan pengaruh AS di seluruh dunia. Israel telah mendorong pemerintah AS untuk menjalankan praktek memalukan dengan membutakan mata atas pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan Israel baik terhadap hukum internasional maupun hukum AS, suatu kebiasaan yang dicatat secara luas oleh para pemimpin luar negeri.
  • Terutama dikarenakan pengaruh kuat para aktivis pro Israel atas persepsi publik mengenai isu-isu Israel dan Timur Tengah, kebanyakan orang Amerika tidak menyadari adanya kolusi dan akibat yang menyertainya.

Dalam mengemukakan realitas-realitas ini, saya tidak mempersoalkan kedudukan hukum Israel sebagai suatu negara. Seperti bangsa-bangsa lain --termasuk Palestina-- orang-orang Israel mempunyai hak untuk menentukan masa depan politik dan memilih pemerintahan mereka sendiri. Saya harus menambahkan bahwa saya merasa kasihan kepada para aktivis pro Israel yang mengabdikan diri mereka pada gambaran ideal tentara Israel seraya mengabaikan kebenaran. Pengaruh yang mereka lancarkan di Amerika sangat kuat dan sering membahayakan kepentingan-kepentingan AS, namun, menurut pendapat saya, ini bukan sebuah persekongkolan dalam pengertian apa pun. Mereka hanya ingin mempercayai hal-hal yang baik mengenai Israel, namun pembelaan mereka, tidak soal betapapun menyedihkannya, tidak dapat membebaskan Israel maupun Amerika Serikat dari kewajibannya terhadap hukum dan keadilan.

Krisis yang berkembang di Timur Tengah menuntut kepemimpinan yang bersemangat dan berani oleh Amerika Serikat dan Israel, namun tak satu pun dari kedua pemerintahan itu yang menunjukkan kualitas-kualitas ini. Keduanya menangguhkan keputusan-keputusan yang diakui akal sehat sebagai yang tak terhindarkan dan sangat mendesak.

Cepat atau lambat, Israel harus menerapkan keadilan dan persamaan terhadap semua orang Arab yang berada di bawah kekuasaannya atau menyaksikan korupsi lebih jauh atas negara yang sangat dicintai oleh kebanyakan orang Yahudi dan Kristen itu. Bangsa Palestina yang terkepung di wilayah-wilayah pendudukan harus diizinkan untuk menentukan masa depan politik mereka sendiri, dan Israel harus memperbarui hukum domestik dan prakteknya untuk memberikan hak dan manfaat penuh kepada seluruh warga negaranya tanpa mempertimbangkan agama atau kebangsaan mereka.

Yang juga tak terelakkan, Amerika Serikat harus mengakhiri keterlibatannya dalam pelanggaran-pelanggaran Israel dan mengundang pemimpin yang dibutuhkan untuk mendobrak jalan buntu Arab-Israel. Hingga sekarang, usaha-usaha itu hanya terbatas pada pemberian dorongan bagi perundingan-perundingan diplomatik, namun sekadar komitmen pada prosedur itu saja tidak akan cukup. Pemerintah AS harus mengambil sikap tegas atas prinsip itu. Ia harus menyerukan diakhirinya pelanggaranpelanggaran Israel atas hak-hak asasi manusia dan mengumumkan syarat-syarat baru yang keras dan harus dipenuhi sebelum negara itu berhak menerima bantuan AS selanjutnya.

Dalam menetapkan syarat-syarat ini, Amerika Serikat, tentunya, harus mengakui kebutuhan-kebutuhan keamanan Israel. Meskipun Israel. adalah adidaya di wilayah itu, keprihatinannya terhadap integritas batas-batas negaranya dapat dipahami. Ia telah menyimpan sejarah konflik yang panjang dengan bangsa Palestina dan negara-negara Arab, dan, kecuali Mesir, semua negara tetangganya secara teknis tetap memerangi Israel. Wilayah tanahnya kecil dan rentan. Dengan keadaan seperti ini, Israel akan mendesak diberikannya jaminan luar biasa pada integritas nasionalnya sebelum setuju untuk memberikan hak politik kepada para penduduk di wilayah-wilayah pendudukan.

Untuk meredakan kecemasan-kecemasan ini, Amerika Serikat hendaknya menyarankan bahwa, begitu penarikan mundur dilangsungkan, wilayah-wilayah pendudukan harus diserahkan pada pengawasan Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai daerah demiliter, tidak soal jenis entitas politik apa yang tercipta di sana.

Di samping itu, pemerintah AS harus menawarkan keamanan perbatasan permanen untuk seluruh garis keliling baru Israel. Ini akan memerlukan pemberlakuan sistem yang telah lama berhasil di perbatasan antara Israel dan Mesir di mana, sejak 1976, lebih dari seribu pasukan AS, unsur utama angkatan bersenjata multinasional, menjaga keamanan bagi kedua negara itu.1 Pemberlakuan yang diusulkan itu akan dapat memenuhi dua tujuan yang sama, yaitu melindungi Israel dan juga negara-negara Arab tetangganya dari pelanggaran-pelanggaran pelintas batas. Sementara hal itu akan menjadi kewajiban utama AS yang baru, termasuk resiko yang harus dihadapi pasukan AS jika kekerasan benar-benar terjadi, semua ini masih lebih baik jika dibandingkan dengan akibat yang harus ditanggung Amerika jika konflik Arab Israel tidak diakhiri.

Masa depan Jerusalem merupakan suatu tantangan politik yang rumit namun bukannya tak terpecahkan. Jawabannya mungkin terdapat dalam konsep yang disebut "kedaulatan bersama dan tak terpecah," suatu pengaturan politis yang tidak biasa namun bukannya tidak pernah ada sebelumnya. Dengan itu, baik Israel maupun Palestina baru akan mempunyai kedaulatan atas Kota Suci namun menyerahkan administrasi aktual pada suatu dewan yang dipilih secara lokal. Jerusalem akan menjadi ibukota Israel dan juga Palestina baru. Beberapa pejabat Arab telah menyetujui konsep itu, namun orang-orang Israel sejauh ini belum.2

Di atas semua tantangan ini, yang sangat penting, adalah pelanggaran yang terus dilakukan Israel terhadap hak-hak asasi manusia bangsa Arab dan kolusi AS dalam praktek-praktek tersebut. Sebagaimana dinasihatkan Noam Chomsky: "Kita harus memberikan dukungan bagi tegaknya Israel yang lebih besar dengan segala akibatnya dan menahan diri untuk tidak mengecam konsekuensi buruk dari keputusan itu, atau kita menarik sarana-sarana dan izin bagi pelaksanaan program-program ini dan bertindak untuk memastikan bahwa tuntutan-tuntutan yang sah dari bangsa Israel dan Palestina dipenuhi."3

Demi kepentingan Amerika sendiri dan juga kepentingan semua pihak lain, Amerika Serikat harus menekan Israel untuk mengakhiri pelanggaran-pelanggarannya tanpa penundaan lebih lama. Pemerintah AS harus memperingatkan Israel dengan tegas bahwa semua bantuan AS akan ditangguhkan hingga Israel setuju untuk menarik diri dari wilayah-wilayah pendudukan dan memberikan hak-hak yang sama pada semua warga negaranya.

Dengan mengemukakan ultimatum ini, pemerintah AS akan mengakhiri keterlibatan Amerika dalam pelanggaran-pelanggaran Israel. Hal itu juga akan mendatangkan banyak keuntungan bagi Israel: sebagaimana dikemukakan mantan Wakil Menteri Luar Negeri George W. Ball ketika merekomendasikan cara penanganan yang sama pada 1977, penarikan bantuan AS dapat menyelamatkan Israel dari beban yang mengancam kesejahteraannya sendiri.4 Empat belas tahun kemudian, nasihat Ball yang bijaksana masih belum dipertimbangkan dengan serius.

Masalah itu menunjukkan tiadanya kemauan yang sangat kritis di pihak para pejabat baik di Kongres maupun di cabang eksekutif. Kebanyakan mereka mengakui ketololan kebijaksanaan yang dijalankan sekarang dan perlunya kepemimpinan AS yang kuat di Timur Tengah, namun mereka terintimidasi sedemikian rupa oleh pemerintah Israel dan para pendukungnya di AS sehingga mereka takut untuk memperjuangkan kepentingan-kepentingan AS sendiri. Intimidasi ini sangat membahayakan bagi kepentingan-kepentingan dasar Israel, bukan hanya Amerika Serikat, dan itu harus diakhiri tanpa penundaan lagi. Namun masih ada sedikit harapan bahwa para pemimpin terpilih AS akan mengumpulkan keberanian yang dibutuhkan untuk bertindak hingga mereka mendengar tuntutan keras dari seluruh negeri. Rakyat Amerika tidak lagi bersedia menyerahkan pemecahan masalah konflik Arab-Israel kepada kepentingan-kepentingan yang kuat, di dalam atau di luar pemerintahan, yang telah menunjang kolusi yang mahal dan merusak ini selama lebih dari seperempat abad. Pembaruan harus dilakukan dan dijalankan oleh orang-orang yang gigih di tingkat masyarakat, yang mendesakkan agar pemerintah kita sekali lagi berdiri menentang penindasan dan mendukung martabat umat manusia []

Catatan Kaki:

1 Gagasan bahwa negara-negara Arab dan Israel akan dilindungi dari serangan diusulkan pada 1970 dalam sebuah pidato utama oleh Senator J. William Fulbright yang berjudul "Old Myths and New Realities--The Middle East." Lihat Tad Szulc, New York Times, 23 Agustus 1970; kutipan-kutipan utarna dari pidato ini terdapat dalam edisi yang sama.

2 John Whitback, Chicago Tribune, 21 Juli 1992. Suatu versi yang lebih lengkap muncul dalam edisi bahasa Inggris dari Al-Fajr, 13 juli 1992.

3 Chomsky, The Fateful Triangle, 6.

4 George W. Ball, "How to Save Israel in Spite of Herself," Foreign Afairs, April 1977.


Diplomasi Munafik ala Yahudi -
Mengungkap Fakta Hubungan AS-Israel oleh Paul Findley
Judul Asli: Deliberate Deceptions:
Facing the Facts about the U.S. - Israeli Relationship by Paul Findley
Terbitan Lawrence Hill Brooks, Brooklyn, New York 1993
Penterjemah: Rahmani Astuti, Penyunting: Yuliani L.
Penerbit Mizan, Jln. Yodkali No. 16, Bandung 40124
Cetakan 1, Dzulhijjah 1415/Mei 1995
Telp.(022) 700931 Fax.(022) 707038
 
Indeks artikel kelompok ini | Disclaimer
ISNET Homepage | Pustaka Online Media

Dirancang oleh MEDIA, 1997-2001.
Hak cipta © dicadangkan.