|
DUA PULUH ENAM
GANJARAN MERUGIKAN YANG LAIN DARI ISRAEL
Kerugian AS akibat mendukung Israel sangat besar dan
beragam. Jumlah itu tidak hanya berupa mengalirnya dollar
dari perbendaharaan AS dan nilai moral yang harus dibayar
masyarakat Amerika sebagai akibat kolusi kita dalam represi
Israel atas hak-hak asasi manusia. Kerugian-kerugian lainnya
bagi negara kita berasal dari tindakan-tindakan langsung dan
disengaja oleh para penguasa Israel. Ini termasuk pembunuhan
dan pelecehan terhadap personil militer AS, korupsi spionase
skala-luas dan berbahaya dari lembaga-lembaga pemerintah
kita, dan tekanan-tekanan politik yang menguras ekonomi kita
hingga bermilyar-milyar dollar. Kerugian-kerugian lain
--termasuk pembunuhan-pembunuhan terhadap para penduduk
sipil AS-- ditimpakan oleh musuh-musuh Israel yang mendendam
terhadap Amerika karena sikapnya yang pro-Israel.
OMONG KOSONG
"Kepentingan diri sendiri Amerika telah
dipenuhi oleh kebijaksanaan-kebijaksanaan Timur Tengah
kita." --Hyman Bookbinder, mantan wakil Komite Yahudi
Amerika, 19871
FAKTA
Amerika Serikat telah mengalami kerugian besar akibat
hubungan dekatnya dengan Israel. Dikarenakan adanya hubungan
ini, orang-orang Amerika dijadikan sasaran logis oleh
musuh-musuh Israel. Para diplomat Amerika dari Italia hingga
Lebanon dan Sudan telah terbunuh, dan orang-orang Amerika
yang sedang dalam perjalanan telah ditempatkan dalam bahaya,
dibunuh, atau dilukai dalam pembajakan-pembajakan serta
tindakan-tindakan teror lainnya.
Di Amerika Serikat, seorang Palestina, Sirhan Sirhan,
menyatakan dirinya telah membunuh Senator Robert Kennedy
sebab dia sangat mendendam dengan dukungan Kennedy pada
Israel.2 Seorang
Arab-Amerika, Alex Odeh, direktur wilayah barat dari Komite
Anti-Diskriminasi Arab-Amerika, dibunuh pada 1985 dengan
sebuah bom yang ditanamkan di kantornya di Santa Ana,
California, dan dicurigai sebagai korban dari para anggota
Liga Pertahanan Yahudi.3
Para wartawan dan akademisi Amerika ditahan selama
bertahun-tahun sebagai sandera di Lebanon oleh
kelompok-kelompok yang memprotes dukungan Amerika kepada
Israel, dan 263 orang marinir dan personil pelayanan AS
dibunuh dan 151 orang dilukai ketika mereka sedang bekerja
di Lebanon pada 1982-1984 untuk mendesak pasukan-pasukan
Israel dan Syria ditarik mundur dari wilayah
Lebanon4 Dalam
kenyataannya, kemarahan kaum Muslim terhadap dukungan
Amerika untuk Israel mengakibatkan terusirnya hampir semua
orang Amerika sepanjang setengah dasawarsa terakhir 1980-an
dari Lebanon, sebuah negara di mana orang-orang Amerika
mereguk kemakmuran selama satu abad sebelumnya.
Israel sendiri bahkan telah mengancam keselamatan para
warga negara AS. Ada beberapa kejadian yang terdokumentasi
di mana Israel dengan sengaja merusak properti AS dan
melukai atau bahkan membunuh orang-orang Amerika, di
antaranya adalah dalam "Lavon Affair" yang terkenal pada
1954 ketika agen-agen Israel menyerang instalasi-instalasi
Amerika di Mesir dalam usaha merusak hubungan
AS-Mesir.5
Contoh-contoh lainnya adalah serangan Israel pada 1967
atas USS Liberty yang membunuh 34 orang Amerika dan melukai
171 lainnya6 dan
pola sistematis pelecehan Israel terhadap pasukan marinir
penjaga perdamaian AS di Lebanon pada 1983-1984.
Perilaku Israel di Lebanon menjadi demikian provokatif
sehingga Komandan Marinir jenderal R.H. Barrow mengeluh
mengenai hal itu dalam sebuah surat terbuka untuk Menteri
Pertahanan Caspar Weinberger: "Jelas bagi saya, dan menurut
pendapat para komandan AS di laut maupun di darat, bahwa
insiden-insiden antara Marinir dan IDF [Pasukan
Pertahanan Israel] diatur, disusun, dan dilaksanakan
untuk mencapai tujuan-tujuan politik bodoh Israel." Barrow
mengemukakan secara rinci delapan kejadian dalam bentrok
antara Marinir-IDF yang dicirikannya sebagai "situasi yang
mengancam nyawa, sarat dengan penghinaan verbal terhadap
para perwira, kesatuan, dan negara mereka." Dalam suratnya
ditambahkan: "Tidak habis pikir saya mengapa orang-orang
Amerika --yang tengah membaktikan diri mereka untuk menjaga
perdamaian-- mesti dilecehkan dan terancam bahaya oleh
seorang sekutu."7
OMONG KOSONG
"Kita tidak boleh lupa bahwa Israel tetap
menjadi sahabat yang kuat, dapat dipercaya, dan sekutu
yang stabil dan strategis." --Bill Clinton, kandidat
presiden Demokrat,19928
FAKTA
Di luar peristiwa mata-mata Jonathan Pollard, yang
diekspos pada 1985, ada sejumlah kasus yang tidak begitu
banyak dipublikasikan di mana orang-orang Israel dan para
pendukung mereka telah melakukan tindakan-tindakan ilegal
melawan kepentingan-kepentingan AS.
Kasus-kasus yang melibatkan Israel termasuk penahanan
para tersangka dengan ikatan-ikatan pada negara Yahudi itu
karena usaha mereka menjual peralatan militer senilai $2,5
milyar kepada Iran; pengapalan ilegal sarana-sarana untuk
meledakkan bom-bom nuklir ke Israel; upaya untuk mendapatkan
teknologi yang menghasilkan laras-laras meriam tank dan
bom-bom cluster; dan suatu tindak penggelapan besar-besaran
yang melibatkan General Electric serta seorang jenderal
angkatan udara Israel dalam penyalahgunaan lebih dari $40
juta dalam bentuk bantuan militer untuk
Israel.9
Dalam rencana GE itu, Brigadir Jenderal Israel Rami Dotan
dihukum tiga belas tahun penjara, dan pada 22 Juli 1992, GE
mengaku bersalah di Pengadilan Federal Distrik Cincinnati
telah melakukan penggelapan, pemutihan uang, dan
praktek-praktek bisnis yang korup. Ia setuju untuk membayar
denda dan penalti sebesar $69 juta.10
Kasus penggelapan besar-besaran ini melibatkan sejumlah
perusahaan lain dan mencakup penyelidikan terhadap Pratt
& Whitney, Textron Lycoming, General Motors, dan Allison
serta sebuah perusahaan dagang Swiss yang misterius, Ellis
A.G. Yang juga diperiksa adalah Harold Katz, seorang warga
negara ganda AS-Israel yang mempunyai kaitan erat dengan
Ellis A.G. dan seorang pria yang apartemennya di Washington
digunakan oleh mata-mata Pollard pada pertengahan 1980-an
untuk menyalin dokumen-dokumen rahasia AS. Kasus itu bahkan
melibatkan dugaan bahwa Dotan membayar $50.000 di Amerika
Serikat pada seorang pembunuh bayaran untuk menakut-nakuti
atau membunuh salah seorang saksi yang akan
memberatkannya.11
Pemerintah Israel telah menolak untuk bekerja sama dengan
komite pengawas DPR yang ada di bawah Komite DPR mengenai
Energi dan Perdagangan yang diketuai oleh Wakil Demokrat
John D. Dingell dari Michigan, dan juga menolak untuk
mengizinkan Amerika Serikat menanyai Katz. Dingell mengeluh
secara terbuka bahwa Israel "telah bertindak sangat tidak
kooperatif."12
Dingell menambahkan: "Di sini kita memberi mereka
mesin-mesin, kita memberi mereka bantuan teknis, kita
mempunyai program yang sangat luas untuk memberi mereka
dana-dana penunjang, dan mereka mengatakan bahwa keamanan
nasional mereka mencegah kita untuk menyelidiki sesuatu yang
sudah mereka akui sebagai
kejahatan."13
Korupsi itu bahkan telah menyusup ke tingkat-tingkat yang
lebih tinggi di Pentagon. Pada 1991 mantan Asisten
Sekretaris Angkatan Laut Melvyn R. Paisley mengaku bersalah
di Pengadilan Federal Distrik Alexandria (Virginia) telah
melakukan penggelapan besar-besaran termasuk memberikan
kontrak-kontrak pertahanan kepada perusahaan Israel, Israeli
Mazlat Ltd., dan firma-firma AS, Sperry Corporation dan
Martin Marietta Corporation. Paisley mengakui dia bergabung
dengan persekongkolan untuk membantu Mazlat memenangkan
beberapa kontrak pertahanan untuk membuat "lebah-lebah
jantan" tanpa pilot untuk pengintaian medan tempur sebagai
pertukaran bagi janji suap $2 juta. Menurut mantan mata-mata
Mossad Israel, Victor Ostrovsky, Mazlat adalah satu cabang
dari Industri Aeronatika Israel dan Tadiran, dan riset untuk
"lebah-lebah jantan" Mazlat telah dicuri Mossad dari
firma-firma AS.14
Pada 18 Oktober Paisley dihukum empat tahun penjara dan dua
tahun hukuman percobaan serta denda
$50.000.15
Di samping itu, terjadi skandal Iran-Contra di mana
Israel mendorong pemerintah Reagan untuk menjual
persenjataan ke Iran dengan harapan dapat membebaskan
sandera-sandera Amerika di Lebanon dan sebagai suatu jalan
untuk mendapatkan keuntungan ganda membantu dana pemberontak
Contra di Nikaragua yang bertentangan dengan keputusan
Kongres. Senator David F. Durenberger, ketua Komite
Intelijen Senat, di kemudian hari menyimpulkan bahwa
pemerintah telah dimanfaatkan oleh "kebijaksanaan luar
negeri orang lain dan ketamakan dari para pedagang
senjata."16
Sementara penilaian itu tidak berhasil membagi secara adil
kesalahan tingkat tinggi yang disandang pemerintah, namun ia
dapat menunjukkan secara jelas betapa pentingnya peranan
Israel dalam rencana itu.
OMONG KOSONG
"Lebih dari 80 persen bantuan militer AS
dibelanjakan di Amerika Serikat. Ini menciptakan lapangan
kerja dan keuntungan bagi perusahaan-perusahaan
Amerika." --AIPAC, 199217
FAKTA
"Buy America Act" mensyaratkan pada semua pemerintah
asing untuk membelanjakan di Amerika Serikat paling sedikit
80 persen dari bantuan militer yang mereka terima dari para
pembayar pajak AS. Tetapi aturan 80 persen itu tidak lagi
berlaku untuk Israel. Dalam suatu pengecualian yang
diberikan khusus untuk Israel, "Buy America Act" telah
dikesampingkan. Israel diperbolehkan untuk membelajakan $475
juta --26 persen dari dana tahunan AS sebanyak $1,8 juta
untuk tujuan-tujuan militer-- untuk menciptakan "lapangan
kerja dan keuntungari" di Israel, bukan di Amerika
Serikat.18
Namun kerugian akibat bias Washington terhadap Israel
belum berakhir di sini. Para pendukung Israel secara teratur
menekan Kongres untuk menghalangi penjualan peralatan
militer bahkan kepada negara-negara Arab moderat yang siap
membayar tunai untuk menerima persenjataan bagi pertahanan
mereka sendiri. Pada 1985, Saudi Arabia mengungkapkan
minatnya untuk membeli dalam partai besar pesawat-pesawat
perang F-15 dari Amerika Serikat, yang belum pernah terjadi
sebelumnya. Ketika lima puluh satu senator --suatu jumlah
mayoritas dari semua anggota--menandatangani sebuah surat
untuk Presiden Reagan yang isinya menentang penjualan itu,
maka Saudi berpaling pada Inggris. Penjualan itu bernilai
lebih dari $7 juta dan pada akhirnya akan mencapai $30
milyar, suatu perjanjian jual beli senjata paling besar
dalam sejarah.19
Kerugian dari penjualan semacam itu menyebabkan Menteri
Pertahanan Frank C. Carlucci pada 1988 mengecam "berbagai
kelompok kepentingan dan banyak pihak di Kongres" yang
menentang penjualan senjata ke negara-negara Arab. Dia
mengatakan bahwa tentangan itu menyebabkan Amerika Serikat
menderita kekalahan dalam bentuk pengaruh politik di dunia
Arab dari negara-negara lain seperti Uni Soviet, Inggris,
Cina, dan Prancis. Tambah Carlucci: "Pendapat bahwa kerja
sama pertahanan AS dengan negara-negara Arab moderat akan
membahayakan Israel tidak mempunyai dasar kuat dan tidak
benar."20
Perkataan Carlucci meningkatkan aspek-aspek yang
mengganggu dari tentangan Israel terhadap penjualan
persenjataan AS ke negara-negara Arab. Itu menyangkut
masalah motif-motif Israel. Israel secara konsisten
menyatakan ia menentang penjualan semacam itu atas dasar
keamanan. Namun kenyataannya ia terus menentang
penjualan-penjualan ke Saudi Arabia bahkan ketika Washington
memberlakukan batasan-batasan ketat pada penentuan posisi
senjata-senjata tersebut. Misalnya, dalam kasus F-15 ke
Saudi Arabia, orang-orang Saudi setuju bahwa pesawat-pesawat
perang itu tidak akan ditempatkan di mana pun di dekat
Israel.21
Ketika mereka akhirnya membeli dari Inggris, tidak ada
batasan-batasan seperti itu.
Kecurigaan yang timbul adalah bahwa Israel tidak begitu
memikirkan tentang keamanannya dalam kasus-kasus ini
melainkan ia ingin menunjukkan pada negara-negara Arab bahwa
Israel dapat mendikte kebijaksanaan
AS.22
OMONG KOSONG
"Hubungan kami dengan Israel adalah demi
kepentingan timbal balik." --Presiden Ronald Reagan,
198823
FAKTA
Suatu contoh mencolok tentang bagaimana Israel mengambil
keuntungan dari bantuan AS untuk mengerjakan sesuatu yang
bertentangan dengan kepentingan-kepentingan AS adalah proyek
pesawat terbang Lavi pada 1980-an. Proyek yang sangat mahal
ini dibiayai oleh pemerintah Reagan untuk menyediakan bagi
Israel pesawat-pesawat perangnya sendiri, yang dirancang dan
diproduksi di Israel, dengan AS membayar 90 persen
pembiayaan dan setengah dari teknologi majunya. Sebagai
balasan, Israel berjanji tidak akan menggunakan Lavi untuk
bersaing dengan ekspor pesawat terbang AS di Dunia Ketiga,
suatu pretensi yang dipertahankan para pendukung Israel
hingga hari ini. Kata AIPAC pada 1992: "Lavi tidak pernah
dimaksudkan untuk menyaingi pesawat buatan
Amerika."24
Namun Washington Post mendapati bahwa Industri Pesawat
Terbang Israel, perusahaan milik pemerintah yang dikontrak
untuk membuat Lavi, membagikan sebuah brosur pemasaran di
awal masa pembuatan proyek yang diberi judul "Lavi: Pesawat
Tempur Kuat." Brosur itu memproyeksikan bahwa Israel akan
menjual sebanyak 407 jet tersebut ke luar
negeri.25
Ini akan menyebabkan Amerika Serikat berada dalam posisi
ganjil dengan membiayai dan mendukung teknologi sebuah
pesawat tempur asing yang akan bersaing langsung dengan
pabrik-pabrik AS, yang menerima begitu banyak tunjangan.
Pada akhirnya, pabrik-pabrik AS diselamatkan oleh
kecanggungan Israel. Meskipun telah mendapat segala bantuan
dari AS, Israel terbukti tidak mampu memproduksi pesawat
itu, dan proyek tersebut ditangguhkan karena membumbungnya
biaya. Amerika Serikat menghabiskan $1,5 milyar dengan
sia-sia untuk Lavi.26
Pengawas Keuangan Negara Israel Yaacov Maltz mengeluarkan
sebuah kritik yang sangat menghina: "Banyak sekali keputusan
penting dan menentukan dibuat dengan informasi yang tidak
berdasar, tidak memadai, tendensius, dan tidak menunjukkan
pemahaman akan perkiraan biaya yang layak." Maltz
melaporkan, dalam parafrase dari Jerusalem Post,
bahwa para pejabat Israel tidak "mempertimbangkan tujuan
pesawat itu, ukuran atau biayanya... pun mereka tidak
mempunyai rincian mengenai biaya, potensi ekspor, dan
aspek-aspek lain dari program
tersebut."27
Sekalipun demikian, setelah penundaan Lavi, Menteri Luar
Negeri George Shultz mengizinkan Israel untuk menggunakan
$450 juta dari bantuan militernya untuk membayar tuntutan
pembatalan kontrak; menyetujui kelanjutan dari
praktek-praktek "ganti rugi" Israel di mana
perusahaan-perusahaan AS harus membeli hingga $150 juta
produk-produk Israel sebagai pengganti diterimanya
kontrak-kontrak Israel, yang dibayar dengan bantuan Amerika;
dan mengizinkan sebanyak $400 juta bantuan AS dibelanjakan
setiap tahun di Israel.28
Banyak teknisi Israel yang diberhentikan dari
pekerjaannya dalam proyek Lavi pindah ke Afrika
Selatan.29
Pemindahan teknologi AS yang demikian canggih terjadi di
tengah embargo terhadap perdagangan dengan Afrika Selatan.
Pada Agustus 1988 Afrika Selatan memamerkan pesawat
perangnya yang baru, Cheetah-E, yang mempunyai banyak ciri
yang sama dengan pesawat-pesawat yang diproduksi sebelumnya
di Israel.30
OMONG KOSONG
"Kisah yang sesungguhnya adalah siapakah
individu-individu tak bernama yang menyebarkan
desas-desus jahat [mengenai tindakan Israel
mengekspor-kembali teknologi AS]?" --Moshe Arens,
menteri pertahanan Israel, 199231
FAKTA
Pada Maret 1992, The Wall Street Journal
melaporkan bahwa tidak ada "keraguan di kalangan masyarakat
intelijen AS bahwa Israel telah berulang kali terlibat dalam
rencana-rencana pengalihan."32
Pada 1 April 1992, inspektur jenderal Kementerian Luar
Negeri menuduh bahwa Israel, yang dalam laporan itu
dikatakan sebagai "penerima utama" bantuan militer AS,
terlibat dalam suatu "pola sistematis dan berkembang" untuk
menjual teknologi rahasia AS yang melanggar hukum AS.
Laporan itu mengatakan bahwa pelanggaran-pelanggaran Israel
dimulai kira-kira pada 1983 dan bahwa Israel berusaha untuk
menyembunyikan pelanggaran-pelanggaran
itu.33
Salah satu tuduhan utama terhadap Israel adalah bahwa ia
tengah menjual rahasia-rahasia dari misil antimisil Patriot
Amerika ke Cina.34
Sebuah tim AS beranggota tujuh belas orang yang dikirim ke
Israel tidak berhasil menemukan bukti pemindahan Patriot
atau teknologinya.35
Lepas dari itu, Menteri Pertahanan Dick Cheney berkata:
"Kami mempunyai alasan yang kuat untuk percaya bahwa telah
terjadi pengalihan atas misil-misil
Patriot."36
Tuduhan-tuduhan itu mendatangkan gelombang kejutan ke
Israel. Penjualan senjata sekitar $1,5 milyar setiap tahun
berarti 40 persen dari ekspor Israel dan didasarkan hampir
sepenuhnya pada teknologi AS.37
Masalah tindakan Israel mengambil keuntungan dari teknologi
rahasia AS diselidiki secara rinci oleh para wartawan Andrew
dan Leslie Cockburn pada 1991 dalam buku mereka yang
membukakan pikiran kita; Dangerous Liaison. Setahun
sebelumnya, Los Angeles Times melaporkan bahwa Israel
telah menjadi "pintu belakang" yang dapat menyediakan bagi
Cina teknologi persenjataan AS.38
Pemindahan teknologi Amerika ke Israel dimulai pada 1970
dengan ditandatanganinya Persetujuan Pertukaran Data
Perkembangan Pertahanan Induk yang berjangkauan jauh, yang
memungkinkan terjadinya pemindahan teknologi paling besar ke
Israel atau negara lain yang
terlibat.39
Masukan teknologi yang begitu banyak telah menjadi anugerah
bagi ekonomi Israel. Pada 1981 Israel bangkit dari sebuah
negara pengimpor senjata yang secara teknologis terbelakang
menjadi pengekspor ketujuh terbesar senjata-senjata militer
di dunia dengan penjualan luar negeri sebesar $1,3
milyar.40
Seorang ahli sejarah Israel mengatakan, "Orang-orang
Amerika sesungguhnya telah membuat seluruh persenjataan dan
teknologi paling canggih yang berarti pesawat tempur, misil,
radar, baju baja, dan artileri terbaik-terbuka bagi Israel.
Israel, pada gilirannya, telah memanfaatkan pengetahuan ini,
dengan mengadaptasi peralatan Amerika untuk meningkatkan
kecanggihan teknologinya sendiri, yang terlihat nyata dalam
pameran pertahanan Israel."41
OMONG KOSONG
"Saudi Arabia semakin tergantung pada Amerika
Serikat daripada Amerika Serikat pada Saudi Arabia."
--AIPAC,199242
FAKTA
Setelah Saudi Arabia menjatuhkan embargo minyaknya yang
melumpuhkan pada 1973, Menteri Luar Negeri Henry Kissinger
mengakui setelah terlambat: "Saya telah membuat
kesalahan."43
Embargo minyak Arab pada 1973-1974 muncul karena Presiden
Nixon mengabaikan peringatan berulang-ulang dari
negara-negara penghasil minyak bahwa Amerika Serikat
hendaknya mempertahankan posisi tidak memihak dalam perang
Arab-Israel pada 1973.44
Namun, atas desakan Kissinger, Nixon mengesampingkan
permintaan Saudi Arabia dan secara terbuka mengirimkan
persenjataan militer ke Israel di tengah perang
Oktober.45
Raja Faisal dari Saudi Arabia dan para pemimpin Arab
lainnya telah meminta Washington tidak lebih dari apa yang
telah dituntut oleh Dewan Keamanan PBB enam tahun sebelumnya
bahwa Israel kembali ke batas-batas gencatan senjata pada
1967.46 Raja
Faisal telah berulang kali menyampaikan pesan ini ke
Washington sejak musim semi tetapi tidak ada
hasilnya.47
Sebaliknya, Nixon, yang telah sangat lemah akibat skandal
Watergate, memberi Israel $2,2 milyar dalam bentuk bantuan
darurat pada 19 Oktober.48
Hari berikutnya Saudi Arabia mengumumkan embargo minyak
total terhadap Amerika Serikat sebagai balasan bagi
dukungannya pada Israel. Negara-negara minyak lainnya segera
mengikuti 49
Catatan kaki:
1 Bookbinder dan
Abourezk, Through Different Eyes, 7.
2 United Press
International, New York Times, 26 September 1980.
3 New York Times,
12 Oktober 1985. Juga lihat Robert I. Friedman, "Who Killed
Alex Odeh?" Village Voice, 24 November 1987;
Kementerian Energi AS, Terrorism in the United States and
the Potential Threat to Nuclear Facilities, R-3351-DOE,
Januari 1986, 11F-16, dikutip dalam Nakhleh, Encyclopedia
of the Palestine Problem, 863.
4 Frank, U.S. Marines
in Lebanon, 140, Lampiran F.
5 Neff, Warriors at
Suez, 56-62.
6 Ennes, Assault on
the Liberty, Lampiran O.
7 New York Times,
18 Maret 1983. Untuk tinjauan rinci mengenai bentrok-bentrok
ini, lihat Green, Living by the Sword, 177-92. Di
samping surat Barrow, lihat Clyde Mark, "The Multinational
Force in Lebanon," Pelayanan Riset Kongres,19 Mei 1983, yang
memuat banyak contoh tentang pelecehan IDF terhadap pasukan
AS. Juga lihat Frank, U.S. Marines in Lebanon, yang
cenderung meremehkan situasi itu.
8 AIPAC, Near East
Report, 13 Juli 1992.
9 Lihat Jeff Gerth,
New York Times, 2 Agustus 1985; Mary Thornton,
Washington Post, 23 April 1986; William Claiborne,
Washington Post, 16 Mei 1986; Robert F. Howe,
Washington Post, 15 Juni 1991,19 Oktober 1991; Edward
T. Pound dan David Rogers, Wall Street Journal, 20
Januari 1992.
10 Steven Pearlstein,
Washington Post, 23 Juli 1992.
11 Pernyataan pembuka
dari ketua John D. Dingell (D-Mich) dalam dengar-pendapat
dengan komite kekeliruan DPR dari Komite DPR mengenai Energi
dan Perdagangan menyangkut kasus Dolan, 29 Juli 1992;
diterbitkan dalam Washington Report on Middle East
Affairs, Agustus/September 1992.
12 Frank Collins,
"House Subcommitte Protests Stonewalling of U.S.
Investigation;" The Washington Report on the Middle
East, Agustus/September 1992.
13 Allison Kaplan,
Jerusalem Post International Edition, 8 Agustus
1992.
14 Ostrovsky dan Hoy,
By Way of Deception, 270.
15 Robert F. Howe,
Washington Post, 15 Juni 1991, 19 Oktober 1991.
16 Jelaslah bahwa yang
dimaksud "orang lain" adalah Israel; lihat New York
Times, 7 Januari 1987. Meskipun komite penyelidikan
kongres cenderung mengabaikan keterlibatan Israel dalam
peristiwa itu, Para pejabat Israel memainkan peranan
menentukan dalam hubungan pemerintah Reagan dengan Iran
sejak sebelum pemilihan tahun 1980. Untuk suatu penelitian
menarik mengenai peranan Israel dalam mempengaruhi hubungan
AS dengan Iran, lihat Jane Hunter, "The Shadow
Government;" The Link, Oktober-November 1987. Dalam
jalur yang sama, lihat juga Christopher Hitchens, "Minority
Report;" The Nation, 24 Oktober 1987, 21 November
1987.
17 Bard dan Himelfarb,
Myths and Facts, 246-47.
18 Robert Byrd,
Congressional Record, 1 April 1992.
19 John Newhouse,
"Politics and Weapon Sales;" The NewYorker, 9 Juni
1986, 41-61. Juga lihat Briget Bloom dan Richard Johns,
Financial Times (London), 19 Februari 1986; Molly
Moore dan David B. Ottaway, Washington Post, 22
Oktober 1988; A. Craig Murphy, "Congressional Opposition to
Arsms Sales to Saudi Arabia;" American-Arab Affairs,
Musim Semi 1988,108.
20 Molly Moore dan
David B. Ottaway, Washington Post, 22 Oktober 1988.
Teks itu terdapat pada Kantor Asisten Menteri Pertahanan
(Urusan Publik), No. 525-88, 21 Oktober 1988. Juga lihat
Donald Neff, "The Backlash against Israel's Washington
Lobby," Middle East International, 18 November
1988.
21 A. Craig Murphy,
"Congressional Opposition to Arms Sales to Saudi Arabia;"
American-Arab Affairs, Musim Semi 1988, 111.
22 Rurenberg, Israel
and the American National Interest, 350-51.
23 Davis, Myths and
Facts, 1989, 229.
24 Ibid., 234.
25 Charles R Babcock,
Washington Post, 6 Agustus 1986.
26 New York
Times, 3 September 1987. Juga lihat Ball, The
Passionate Attachment, 264-68; Cockburn, Dangerous
Liaison, 191; Clyde Mark, "Israel: U.S. Foreign
Assistance Facts;" Divisi Urusan Luar Negeri dan Pertahanan
Nasional, Pelayanan Riset Kongres, diperbarui 5 Juli 1991;
Kantor Akunting Umurn AS, "Foreign Assistance: Analysis of
Cost Estimates for Israel's Lavi Aircraft;" Januari
1987.
27 Joshua Brilliant,
Jerusalem Post International Edition, 11 Juli
1987.
28 Charles R. Babcock,
Washington Post, 11 September 1987.
29 Cockburn,
Dangerous Liaison, 191.
30 Ibid.
31 Thomas L. Friedman,
New York Times,15 Maret 1992.
32 Edward T. Pound,
Wall Street Journal, 13 Maret 1992. Juga lihat David
Hoffman dan R Jeffrey Smith, Washington Post, 14
Maret 1992.
33 David Hoffman,
Washington Post, 2 April 1992.
34 Bill Gertz dan Rowan
Scarborough, Washington Times, 12-13 Maret 1992.
Untuk suatu survei tentang dukungan AS pada industri senjata
Israel, lihat Bishara A. Bahbah, "The US Role in Israel's
Arms Industry;" The Link, Desember 1987.
35 David Hoffman,
Washington Post, 3 April 1992.
36 Bill Gertz,
Washington Times, 9 April 1992. Juga lihat Richard H.
Curtiss, Washington Report on Middle East Affairs,
April/Mei 1992.
37 Cockburn,
Dangerous Liaison, 7.
38 United Press
International, #0543, 13 Juni 1990. Juga lihat David B.
Ottaway, Washington Post, 23 Mei 1988,19 Desember
1988; C.L. Sulzberger, New York Times, 30 April 1971;
Beit-Hallahmi, The Israeli Connection, 108-74; Robert
D. Shuey, et al., "Missile Proliferation: Survey of Emerging
Missile Forces;" Pusat riset Kongres, 3 Oktober 1988.
39 Lihat Kantor
Akunting AS, "US Assistance to the State of Israel, Report
by the Comptroller General of the United States;"
GAO/ID-83-51,24 Juni 1983,43. Laporan tersebut pada waktu
itu merupakan survei paling lengkap yang pernah dibuat
mengenai pengaturan-pengaturan khusus luar biasa yang
diberikan untuk Israel. Ketika dirilis, laporan itu telah
banyak sekali disensor, namun versi yang tidak disensor
dengan segera bocor ke organisasi-organisasi seperti Komite
Anti-Diskriminasi Arab- Amerika. Konsep awal yang tidak
disensor dari laporan itu dapat ditemukan dalam El-Khawas
dan Abed-Rabbo, American Aid to Israel, 114-91.
40 Drew Middleton,
New York Times, 15 Maret 1981. Untuk laporan mengenai
keadaan industri Israel pada 1986, lihat Thomas L. Friedman,
New York Times, 7 Desember 1986.
41 Klieman, Israel's
Global Reach, 175.
42 Davis, Myths and
Facts 1989, 248.
43 Sheehan, The
Arabs, Israelis, and Kissinger, 69.
44 Ball, The
Passionate Attachment, 269-72; Kelly, Arabia, the
Gulf, and the West, 396.
45 Kissinger, Years
of Upheaval, 515; Nixon, Memoirs, 927.
46 Kelly, Arabia,
the Gulf, and the West, 39.
47 Neff, Warriors
against Israel, 112-14; Sheehan, The Arabs, Israelis,
and Kissinger, 67.
48 Lacey, The
Kingdom, 413; Nixon, Memoirs, 932.
49 Lacey, The
Kingdom, 413; Gugus Tugas Timur Tengah Kementerian Luar
Negeri, Laporan Situasi #51, 21 Oktober 1973 (rahasia,
dibukakan 31 Desember 1981). Juga lihat Neff, Warriors
against Israel, 260.
|