|
EMPAT
KRISIS SUEZ 1956
Dalam Krisis Suez 1956, Israel, Inggris, dan Perancis
bersekongkol secara rahasia untuk melanggar hukum
internasional dengan menyerang Mesir dengan tujuan
menjatuhkan sang pemimpin muda, Gamal Abdel
Nasser.1 Meskipun
ketiga negara itu bersahabat dengan Amerika Serikat, mereka
menyembunyikan rencana mereka dari Washington. Ketika
Presiden Dwight D. Eisenhower akhirnya mengetahui niat
mereka, dia melancarkan tekanan diplomatik yang sangat keras
sehingga mereka menghentikan serangan dan menyerahkan
wilayah Mesir yang telah mereka rebut. Aksi militer itu
dimulai pada 29 Oktober dan berakhir pada 7 November
1956.
OMONG KOSONG
"Bukan Israel yang berusaha untuk mengurung
Mesir dengan sebuah cincin baja." --Pernyataan
Perdana Menteri Israel, 19562
FAKTA
Pasukan Israel bergerak menuju Semenanjung Sinai pada 29
Oktober 1955, untuk memulai serangan terhadap Mesir yang
direncanakan bersama secara rahasia dengan Inggris dan
Perancis. Untuk menyembunyikan niatnya dari Perserikatan
Bangsa-Bangsa, Israel memerintahkan duta besarnya di
Washington, Abba Eban, untuk meyakinkan para pejabat AS
bahwa digerakkannya pasukan Israel adalah "akibat
'masalah-masalah keamanan' dan menekankan bahwa tidak ada
kaitan antara apa yang tengah mereka kerjakan dengan konflik
antara kekuatan-kekuatan lain [Inggris dan Perancis]
dengan Mesir."3
Pada saat yang sama pasukan Israel sedang menyerang
Sinai. Ketika Presiden Eisenhower mendengar kebenaran
serangan pengecut Israel, dia berkata pada menteri luar
negerinya, John Foster Dulles: "Foster, kau bilang pada
mereka... kita akan menerapkan sanksi-sanksi, kita akan
menghadap Perserikatan Bangsa-Bangsa, kita akan melakukan
apa saja yang dapat kita lakukan untuk menghentikannya." Di
kemudian hari Eisenhower mengenang: "Kami hanya mengatakan
pada orang-orang Israel bahwa jika mereka mengharapkan
dukungan kami di Timur Tengah dan mempertahankan posisi
mereka, mereka harus berkelakuan baik... Kami langsung
menuju sasaran dan mulai menekan
mereka."4
Krisis Suez meledak tepat ketika kampanye pemilihan
kembali Eisenhower usai. Pada malam serangan Israel,
sekelompok tokoh terkemuka Partai Republik menemuinya,
khawatir bahwa Eisenhower mungkin akan tergoda untuk
menggunakan pasukan AS untuk mengusir Israel keluar sebab
mereka telah "melakukan serangan yang tidak dapat
dimaafkan."5 Para
politisi itu khawatir bahwa reaksi bagi oposisi Eisenhower
di kalangan para partisan Israel di Amerika Serikat akan
menjadi sangat besar sehingga dia akan kalah dalam
pemilihan. Komentar Eisenhower: "Saya pikir emosi telah
menyelubungi penilaian baik mereka."6
Hari berikutnya Eisenhower memerintahkan diusulkannya sebuah
resolusi pada Dewan Keamanan PBB untuk mengadakan gencatan
senjata dan penarikan pasukan Israel. Minggu berikutnya, dia
berhasil menekan Inggris, Perancis, dan Israel untuk
menghentikan serangan-serangan mereka terhadap Mesir, dan
dengan mudah memenangkan pemilihan.
OMONG KOSONG
"Ketentuan-ketentuan gencatan senjata antara
Israel dan Mesir tidak lagi mengandung keabsahan."
--David Ben-Gurion, perdana menteri Israel,
19567
FAKTA
Pasukan Israel telah menyapu hampir tanpa rintangan
seluruh Semenanjung Sinai hingga Terusan Suez dan ke selatan
hingga Sharm el-Sheikh, dan merampungkan penaklukan mereka
atas wilayah Mesir dalam waktu kurang dari seminggu,
sementara Mesir menghadapi serangan-serangan serentak dari
Inggris dan Perancis. Pada 7 November pemimpin Israel David
Ben-Gurion menyatakan: "Persetujuan gencatan senjata dengan
Mesir telah mati dan terkubur dan tidak dapat dihidupkan
kembali."8
Pernyataan.Ben-Gurion bahwa gencatan senjata 1949 dengan
Mesir telah batal memberi isyarat pada Presiden Eisenhower
bahwa Israel berusaha mempertahankan wilayah yang telah
direbutnya dengan paksa dari Mesir.
Eisenhower segera menulis pesan pribadi kepada Ben Gurion
untuk mengungkapkan "keprihatinannya yang mendalam" dan
memperingatkan: "Setiap keputusan [untuk menduduki
Sinai] hanya akan mengundang kecaman atas Israel sebagai
pelanggar prinsip-prinsip serta ketentuan-ketentuan
Perserikatan Bangsa-Bangsa."9
Untuk memberi tekanan pada pesan Eisenhower, Wakil Menteri
Luar Negeri Herbert Hoover Jr., memanggil wakil Israel di
Washington dan memperingatkan bahwa Amerika Serikat siap
untuk melancarkan aksi serius melawan Israel, termasuk
"penghentian semua bantuan swasta dan pemerintah Amerika
Serikat, sanksi-sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa dan
pengeluaran dari keanggotaan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Saya berbicara dengan sangat serius dan
mendesak."10
Pada hari yang sama, 7 November, Majelis Umum PBB, dalam
pemungutan suara 65 berbanding satu, menuntut agar pasukan
asing meninggalkan Sinai.11
Israel tidak mendapatkan suara, namun tetap menolak untuk
menarik pasukannya, bahkan setelah Majelis Umum mengeluarkan
resolusi lain pada Februari 1957 "yang menyesalkan"
penolakan Israel untuk mundur.12
Kesabaran Eisenhower mulai menipis pada 11 Februari. Dia
mengirim pesan lain kepada Ben-Gurion, menuntut penarikan
mundur pasukan Israel "dengan segera dan tanpa syarat" dari
Gaza. Lagi-lagi Ben-Gurion menolak.13
Pada 20 Februari, Eisenhower sudah tidak tahan lagi. Dia
mengirim sebuah pesan keras kepada Ben-Gurion yang berisi
peringatan bahwa Amerika Serikat akan mendukung
sanksi-sanksi terhadap Israel dan bahwa sanksi-sanksi
semacam itu akan mencakup bukan hanya pelarangan bantuan
pemerintah tetapi juga sumbangan-sumbangan pribadi yang
diberikan oleh individu-individu. Pada malam yang sama dia
tampil di layar televisi nasional untuk mengemukakan
kasusnya melawan Israel: "Saya yakin bahwa demi perdamaian
Perserikatan Bangsa-Bangsa tidak mempunyai pilihan lain
kecuali melancarkan tekanan pada Israel agar mematuhi
resolusi-resolusi penarikan mundur
itu."14
Ben-Gurion menyebut tuntutan-tuntutan Eisenhower
"keadilan yang sesat."15
Namun di bawah pengaruh ancaman-ancaman seperti itu akhirnya
pasukan Israel ditarik dan krisis Suez segera berakhir.
Israel telah dipaksa oleh Amerika Serikat untuk menyerahkan
wilayah yang dicaploknya.
OMONG KOSONG
"Tindakan Amerika Serikat dalam Krisis Suez
1956 patut disesalkan." --Henry Kissinger, menteri
luar negeri,197916
FAKTA
Meskipun mendapat kecaman dari Israel dan para
pendukungnya, Eisenhower dan Amerika Serikat tampil dalam
Krisis Suez dengan otoritas moral dan gengsi tinggi di mata
dunia. Penulis biografi Eisenhower, Stephen E. Ambrose,
mencatat: "Desakan Eisenhower tentang keutamaan PBB,
kewajiban-kewajiban dalam perjanjian, dan hak-hak semua
bangsa memberikan pada Amerika Serikat nilai tinggi dalam
opini dunia yang belum pernah dicapainya sebelumnya...
Diusulkannya resolusi [gencatan senjata] Amerika
pada PBB, sesungguhnya, merupakan salah satu momen paling
besar dalam sejarah PBB."17
Melesatnya gengsi Amerika di Perserikatan Bangsa-bangsa
segera menjadi nyata. Duta besar AS untuk PBB, Henry Cabot
Lodge, menelepon presiden dan melaporkan: "Belum pernah
terjadi sebelumnya gemuruh tepuk tangan diberikan bagi
kebijaksanaan presiden. Sungguh sangat spektakuler." Dari
Kairo, Duta Besar Raymond Hare mengirim kawat: "AS tiba-tiba
tampil sebagai pahlawan hak-hak asasi yang
sejati."18
Hampir empat dasawarsa kemudian, para ahli sejarah
menganggap penanganan Eisenhower atas krisis itu sebagai
nilai tinggi dalam masa kepresidenannya. Hal itu mendukung
otoritas dan pendirian moral Perserikatan Bangsa-Bangsa dan
cita-cita Amerika Serikat.
Catatan kaki:
1 Neff, Warriors at Suez,
342-46. Juga lihat entri buku harian Ben-Gurion dalam S.I.
Troen dan M. Shemesh, peny., The Suez-Sinai Crisis:
Retrospective and Reappraisal (London: Frank Cass,
1990), 305-15.
2 Neff, Warriors at
Suez, 364.
3 Ibid. 4 Love, Suez,
503. 5 Eiwnhower, Waging Peace, 74
6 Ibid.
7 Eban, An
Outobiography, 229.
8 Ibid.
9 Love, Suez,
639.
10 Neff, Warriors at
Suez, 416.
11 Resolusi 1002
(ES-1); teks itu terdapat dalam Tomeh, United Nations
Resolutions on Palestine and the Arab-Israeli Conflict,
1: 34.
12 Resolusi 1124 (XI);
teks itu terdapat dalam Tomeh, United Nations Resolutions
on Palestine and the Arab-Israeli Conflict, 1: 39.
13 Neff, Warriors at Suez, 416.
14 Love, Suez,
666.
15 Ibid.
16 Kissinger, White
House Years, 347.
17 Ambrose,
Eisenhower, 361.
18 Neff, Warriors at
Suez, 417.
|