Kitab Suci Al-Kitab dan Al-Qur'an |
|
------------------------------------------------------------ KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------ Bismillahirrahmanirrahim, Dihadapan kami terbentang sebuah buku yang berjudul "AL-KITAB DAN AL-QURAN" yang dikarang oleh J. Jomier, mungkin seorang orientalis berbangsa Perancis. Judul asli dari buku tersebut ialah "BIBLE ET CORAN" disadur oleh Lembaga Biblika SS. D. Cicurug, diterbitkan oleh Penerbit Yayasan Kanisius Yogyakarta. Buku tersebut sangat menarik hati kami, pertama karena isinya adalah pembahasan mengenai Al-Quran ditinyau dari kacamata seorang Katolik, dan disana-sini kami dapati pembandingan antara ayat-ayat Al-Quranul-karim dengan ayat-ayat Al-Kitab atau Bible; kedua karena penyadur menjebutkan, bahwa buku tersebut dimaksudkan sebagai suatu usaha untuk mengadakan "dialog" antara umat Islam dan umat Katolik, dengan jujur dan tulus ikhlas. Ajakan yang indah itu tentu saya harus disambut dan dijawab, harus ditanggapi dengan lebih jujur dan lebih terbuka, oleh umat Islam. Hal itu sesuai dengan perintah dalam Al-Quran sendiri "wa jadilbum billati hija ahsan," dan berdialoglah kepada mereka itu dengan cara yang lebih baik. Tak ada dialog kalau hanya dari satu fihak saya, bukan? Itulah maksud kami menulis buku kecil ini, yang tak lain ialah untuk menyambut ajakan yang simpatik dari saudara sebangsa kita umat Katolik, ialah dengan menyajikan "perbandingan antara ayat-ayat Al-Quran dengan ayat-ayat Al-Kitab," baik mengenai hal yang bersesuaian maupun mengenai hal-hal yang berbeda. Pada buku saduran J. Jomier tersebut terdapat sebuah Bab khusus yang berbunji: AL-QURAN SESUNGGUHNYA MEMUJI AL-KITAB TAPI AL-KITAB TIDAK DIBACA KAUM MUSLIMIN. Bab tersebut seolah-olah menyayangkan, mengapa umat Islam tidak suka membuka serta membaca lembaran-lembaran Kitab Suci mereka, dan hanya membaca Kitab Sucinya sendiri saya. Peringatan ini sungsuh memberikan kesadaran kepada penulis adanya kebutuhan untuk mengenal isi Al-Kitab, supaja dengan demikian dapat mengenal lebih baik terhadap ajaran agama Nasrani. Al-Kitab bagaimanapun juga merupakan sumber dan pangkal tolak dari ajaran-ajaran dan dogma-dogma agama Nasrani, baik Katolik, Protestan, maupun bidat-bidat atau sekte-sekte yang kabarnya tidak kurang dari 200 jumlahnya itu. Setelah berbulan-bulan penulis menelaah Al-Kitab, dan membandingkan dengan nash-nash yang terdapat dalam Al-Quran, maka kami dapati tiga hal yang penting, yaitu: I. Adanya ayat-ayat yang saling bersesusaian antara Al-Kitab dengan Al-Quran. II. Adanya ayat-ayat yang saling berbeda antara Al-Kitab dengan Al-Quran. III. Adanya ayat-ayat yang saling berbeda antara Al-Kitab dengan Al-Kitab. Sebagaimana kami sebutkan dimuka, kami ingin menyambut ajakan berdialog itu dengan lebih jujur dan lebih terbuka. Maka metode penyajian yang kami pilih ialah langsung menyajikan kutipan-kutipan dari ayat-ayat kedua Kitab Suci tersebut, kami jajarkan begitu rupa, dengan sedapat mungkin menghindari pemberian komentar yang panyang lebar. Yakni dengan maksud agar memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada para pembaca untuk mengambil kesimpulannya. Apabila penulis memandang perlu untuk memberikan penjelasan, penulis hanya memberikan "catatan-catatan" secara singkat. Penulis menujukan tulisan ini sebenarnya kepada saudara seagama sendiri, yakni umat Islam. Namun demikian mungkin pula buku ini sampai dan terbaca oleh saudara Nasrani. Andaikata terjadi demikian, maka kami ingin menyampaikan kalimat-kalimat yang sama dengan kalimat penyadur buku J. Jomier, sbb: "Seandainya kitab ini sampai terbaca oleh saudara yang beragama Nasrani dan jika disana-sini hatinya mungkin sedikit tersinggung diluar maksud si penulis, maka kami minta maaf, karena kekhilafan yang tidak sengaja itu. Baiklah saudara ingat, bahwa buku ini ditulis oleh orang Islam, yang ingin memperkenalkan agama Nasrani kepada orang seagamanya, supaya mereka lebih-lebih menghargai Nasrani sebagaimana layaknya." Kata-kata yang sama itu perlu kami sampaikan, karena memang ternyata dalam buku J. Jomier "AL-KITAB DAN AL-QURAN" tersebut banyak kalimat, yang sengaja atau tidak sengaja menyinggung dan melukai hati kami umat Islam. Misalnya kalimat, yang berbunyi: * setelah berjuang sepuluh tahun lamanya dengan pedang ditangan dan firman dimulut, maka ... (halaman 7).[1] * pengutusan Muhammad sebagai pengutusan yang tertuju pertama-pertama kepada orang Arab. (halaman 11). [2] * Tetapi kebaikan itu masih diselimuti sesuatu yang kabur dan tak keruan. (halaman 13).[3] * Dan sebagainya masih banyak lagi. Baiklah, biarlah kami masih berbaik sangka. Katakan saya kalimat-kalimat tersebut adalah kekhilafan. Kami terima baik ucapan penyadur yang berbunyi: "Tentu sukar sekali bagi orang luar untuk mengenali salah satu agama yang bukan agamanya sendiri." Tetapi izinkanlah juga kami untuk mengetengahkan hasil studi kami yang secara obyektif membandingkan Al-Kitab dengan Al-Qur'an. Terus-terang saya, ketika penulis hendak memulai menulis buku ini, yang meragukan hati penulis bukan adanya reaksi dari golongan Nasrani, yang mereka memang sudah sengaja mengajak berdialog. Tetapi justru yang membimbangkan hati kami adalah adanya reaksi dari kalangan umat Islam sendiri, karena mungkin tidak bersenang hati dan tidak rela melihat Kitab Sucinya Al-Quran disejajarkan dengan Al-Kitab atau Bible. Memang secara riil historis Al-Kitab tidak sejajar dengan Al-Quran, tetapi paling tinggi dapat disejajarkan dengan Al-Hadits. Sebab Al-Kitab atau Bible yang ada ditangan kita sekarang ini adalah bukan Injil yang asli dari Isa Al-Masih, tetapi adalah hasil dari tulisan-tulisan dan surat-surat dari sahabat-sahabat/pengikut-pengikut Nabi Isa a.s, bahkan diantara penulis-penulisnya ada yang sama sekali tidak pernah berjumpa dengan beliau, bahkan bekas yang memusuhinya. Sedang Al-Quran, diwahyukan langsung oleh Tuhan melalui Jibril, adalah lebih tepat apabila disejajarkan dengan diri Yesus sendiri, yakni Kalam yang sudah menjadi daging. Kelebihan Al-Quran adalah jelas. Apabila seseorang memerlukan, orang dengan segera dapat memeriksa dan mencocokkan kepada nash aslinya. Sedangkan Al-Kitab tidak. Nash aslinya sudah hilang entah kemana. Bahkan Kitab Suci umat Katolik disana-sini berbeda dengan milik umat Protestan, begitu juga dengan milik kaum Watch Tower, dan sebagainya. Untuk kelancangan kami ini, kami mohon kepada umat Islam saudara seagama kami, agar suka memaafkannya, dan suka memahami apa yang menjadi tujuan kami. Kutipan ayat-ayat dari Al-Kitab kami ambil dari buku "AL-KITAB," penerbitan Lembaga Al-Kitab Indonesia, Jakarta 1965; yang memuat baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Sedangkan terjemah dari kutipan ayat-ayat Al-Quran kami mengacu kepada buku-buku: "TAFSIR QURAN" oleh Mahmud Yunus, dan "AL-QURAN DAN TERJEMAHANNYA" oleh Departemen Agama Republik Indonesia. Sebagai pengantar kiranya dapat kami cukupkan sekian saya. Tegur-sapa kami terima dengan segala senang hati, dengan diiringi ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam menyusun buku kecil ini, terutama kepada guru kami K.H Bakir Saleh, Kauman Yogyakarta. Mudah-mudahan amal kita semuanya diterima dan diridhai oleh Tuhan s.w.t. Amien. Yogyakarta, 1 Juli 1968. Catatan kaki: [1] Apakah tidak terbaca oleh J. Jomier kalimat dalam Al-Quran yang berbunyi "la ikraha fiddin." tidak ada paksaan dalam agama; dan bahwa umat Islam berperang hanya apabila diserang atau diperlakukan secara zalim oleh fihak lain? [2] Apakah J. Jomier sengaja tidak tahu bahwa sahabat Bilal adalah bukan orang Arab tetapi orang Negro, dan bahwa sahabat Salman Al-Farid adalah orang Persia? [3] Dengan dalih apakah J. Jomier mengatakan bahwa ajaran kebaikan Nabi Muhammad s.a.w. itu adalah kabur dan tak keruan? |
|
|
|
| Indeks Antar Agama | Indeks Artikel | Tentang Pengarang | | ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota | Please direct any suggestion to Media Team |