| |
|
Bagaimana seharusnya: 14. "SIKAP NASARA TERHADAP PALESTINA?" ------------------------------------------------------------ Arti dari Yerusalem dan Tanah Suci tidak memerlukan ketegasan. Tetapi, apakah tidak nampak aneh bahwa masalah Palestina yang begitu menyibukkan para ahli politik, jarang dipercakapkan dalam suatu hubungan yang benar-benar bersifat kenasranian. Lebih mengherankan lagi adanya kenyataan bahwa banyak pemimpin agama, yang sebetulnya dapat diharapkan menandaskan kemasygulan Nasrani tentang kejadian, dan apa yang akan terjadi, di Tanah Suci. Seakan-akan batinnya tak menghiraukan suatu percakapan yang hanya dimonopoli oleh wartawan sayap kiri, strategist militer dan para politisi yang ambisius; sedikit dari pada mereka yang kelihatannya beragama, dan lebih banyak yang mempunyai maksud-maksud lain tertentu. Banyak dari pada pemimpin-pemimpin gereja akan muncul dengan alasan bahwa orang-orang Kristen, dan terutama para khatib, harus jauh dan bersih dari politik. (Mereka lebih suka bahwa si Anti-Krist/Dajjal yang memainkan peranan). Tetapi mereka ini lupa bahwa adanya dosa adalah karena kelalaian di samping ada pula karena perbuatan. Kami dengan rendah hati berpendapat bahwa itu adalah salah bagi kita untuk menerima suatu fait accompli politik yang kita ketahui dalam hati kecil kita bahwa itu adalah tidak benar. Gereja, terutama, harus berdiri demi kebenaran dan memperingatkan akan kewajiban-kewajiban kita sebagai orang-orang Nasara. Sebab kalau keadilan terletak di luar Gereja, kita harus mengakui bahwa kemampuannya untuk memberi pimpinan sesungguhnya terbatas. Masalah Palestina meminta pemecahan politis. Ini karena kita akui terutama bahwa itu adalah suatu masalah perikemanusiaan. Jadi, membiarkan orang-orang Israeli melaksanakan pemerintahan politiknya di Palestina sebagai suatu fait accompli, merupakan suatu sikap yang menerima suatu pandangan berpihak, dengan tidak membeberkan kebodohannya tentang nubuat-nubuat dari Alkitab. Tidak dapat disangkal bahwa rakyat Arab baik yang Nasara maupun yang Islam, telah dirampok, diusir atau ditaklukkan kepada Pemerintahan asing. Ini tentu memberikan kepada masalah suatu dimensi agama, dan ini menyadarkan setiap orang dari kita akan suatu beban tanggung jawab moral yang kita tak dapat hindarkan diri; kecuali jika kita dapat berkata bahwa kita mau menerima untuk diri kita sendiri aneka kesulitan dan kezaliman yang ditimpakan atas orang-orang Palestina, maka kita terpaksa membenarkan apa yang telah diperbuat atas mereka, atau mengakui bahwa kita terlalu lemah (atau pengecut) untuk berbuat sesuatu guna menentangnya. Jika demikian, maka ada suatu masalah moral yang memaksa kita prihatin. Gereja (dengan kata ini saya maksudkan semua cabang-cabang dan Agama Nasrani) berkewajiban memberikan suatu bimbingan kepada mereka dan pada kita yang menghormati kekuasaannya. Kita mempunyai kewajiban untuk menerima bimbingan itu dan berbuat apa yang kita mampu untuk mengamalkannya. Jika tidak, maka kita telah mendemonstrasikan kepada dunia bahwa kita telah mengenyampingkan tanggung jawab yang termasuk dalam penerimaan iman Nasrani. Seharusnya ada lebih banyak tekanan atas pemerintahan kita dan lebih banyak tekanan dalam surat kabar atas keperluan bertindak. Tetapi apa yang kita dengar? Suatu suara yang terus menerus didengungkan bukan untuk melenyapkan kekejaman itu, tetapi untuk melanjutkannya. Suara-suara tenar yang meminta senjata-senjata yang lebih modern; bukan untuk mereka yang menderita dari kekejamaan, tetapi untuk mereka yang memetik keuntungan dari dilanjutkannya pendudukan atas tanah-tanah yang dirampok dan orang-orang pnbumi Palestina. Apapun haluan mereka yang sudah atau yang sekarang ini terhadap orang-orang Yahudi, yang telah merusak sejarah dari Timur-Tengah untuk membenarkan permusuhan terbuka terhadap bangsa-bangsa Arab, membuktikan kepada dunia bahwa mereka adalah "racists." Propaganda "Ummat Terpilih" (yang ditujukan kepada orang-orang Yahudi) telah membuat banyak untuk merobah politik-politik Barat terhadap Timur Tengah sejak 30 tahun yang lalu. Ini telah mengakibatkan aniaya terhadap orang-orang Palestina dan kekacauan teologis dalam beberapa organisasi gerejani seperti "Assemblies of God," "Baptist" dan lain-lain Fundamentalists. Orang-orang Kristen setuju menghormati wewenang Perjanjian Lama, tetapi mereka berjauhan dalam penafsirannya. Semua mufakat tentang adanya perjanjian antara Tuhan dan Israel purba; suatu perjanjian yang membebankan kewajiban-kewajiban dan juga memberi hak-hak. Ketika kewajiban-kewajiban ini diabaikan, orang-orang Yahudi dapat siksaan dan dibuang ke Babilonia. Hal ini sudah dinubuatkan pula oleh para Nabi, dan terus oleh Yeremiah yang melipurkan umat dengan kata-kata bahwa walaupun aneka dosa mereka telah membatalkan perjanjian Lama dan harus menerima hukumannya, Tuhan dalam kebijaksanaanNya akan mengutus seorang Juru Hukum Baru yang akan menguatkan Perjanjian Baru (Yer. 31:31). Tidak akan ada anggota "Yahudi," juga tidak "Yunani," terbuka bagi siapa saja yang menerima Yesus Kristus. Demikianlah, negara Palestina bukanlah pengharapan Kristen. Kewarganegaraan kita ada di dalam Yerusalem Baru. (Lbr 11:10, 16, 12: 22-24; 13: 14; Wahyu 21:2 10; 22-19).8 YEREMIA 31:31 Sesungguhnya, akan datang waktunya, demikianlah firman Tuhan, Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan ... dan seterusnya. IBRANI 11:10, 16 - Sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah. Tetapi sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik, yaitu satu tanah air sorgawi. Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia telah mempersiapkan sebuah kota bagi mereka. IBRANI 12:22-24 - Tetapi kamu sudah datang ke Bukit Sion, ke kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi dan kepada beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan meriah, dan kepada jemaah anak-anak sulung, yang namanya terdaftar di sorga, dan kepada Allah, yang menghakimi semua orang, dan kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna, dan kepada Yesus, Pengantara Perjanjian Baru, dan kepada darah pemercikan, yang berbicara lebih kuat dari pada Habel. IBRANI 13:14 - Sebab di sini kita tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap; kita mencari kota .... dan seterusnya. WAHYU 21: 2, 10 - Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya. Lalu, di dalam roh ia membawa aku ke atas sebuah gunung yang besar lagi tinggi dan ia menunjukkan kepadaku kota yang kudus itu, Yerusalem, dan seterusnya. WAHYU 22:19 - Dan jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus, seperti yang tertulis di dalam ... dan seterusnya. |
|
|
|
| Indeks Antar Agama | Indeks Artikel | | ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota | |