TITIK TEMU ISLAM DAN KRISTEN
Persepsi dan Salah Persepsi

oleh William Montgomery Watt


ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota
| Indeks Antar Agama | Indeks Artikel | Tentang Pengarang |

 

Ortodoksi

Memang benar, kebudayaan Yunani jauh dari realitas homogenus, karena di bawah payung kebudayaan Yunani ini bangsa manusia berasal dari berbagai macam latar belakang dimana bahasa ibu, seperti logat Lycaonia [1], tidak mencapai status bahasa kesusasteraan sebagaimana bahasa Koptik dan bahasa Syria. Satu gambaran kebudayaan Yunani adalah kepercayaannya kepada ortodoksi. [2] Maka tak pelak lagi kalau kawasan timur Gereja Besar itu dikenal sebagai Gereja Ortodoks, yang karenanya dapat dikatakan di sini bahwa persetujuan-persetujuan paripurna kepada kepercayaan tersebut diyakini menjadi landasan bagi persatuan umat Kristen. Di pihak lain, kawasan barat lebih berpihak kepada Katolisitas gereja, yakni persatuan gereja sedunia, dan persatuan gereja sedunia ini dipertahankan oleh makna otoritas hirarki yang berasal dari Rasul-rasul yang asli. Visi ortodoks dari homoginitas komunitas pada iman dan persatuan dalam peribadatan adalah penting bagi gereja sebagai suatu keseluruhan. Namun pada prakteknya visi ini dapat diselewengkan kepada alat mayoritas yang dominan untuk berbuat tirani kepada minoritas. Ortodoksi menjadi berarti pengakuan rumusan-rumusan kredal, dan dari pengertian inilah subyek negosiasi antara berbagai macam golongan pada konsili-konsili ekumenikal yang terjadi. Dalam negosiasi ini, golongan minoritas seperti masyarakat Kristen di Mesir dan di Syria yang tidak mendapat tempat, lalu harus memilih antara meninggalkan sebagian kepercayaan mereka yang paling mendalam dan meninggalkan Gereja Besar.

KebudayaanYunani sebelum zaman Kristen mempuyai ciri khas yang membentuk konsep dualistik tentang pribadi manusia, dimana ruh dianggap sebagai esensinya dan tubuh sebagai instrumen semata. Bahkan telah menjadi tradisi dalam pemikiran Yunani yang menyebutkan bahwa tubuh (soma) adalah kuburan dari ruh (jiwa), sehingga kehidupan yang sesungguhnya hanya dimulai ketika ruh itu terbebas dari badan. Pemikir awal Kristen yang berpandangan Yunani adalah Clement dari Alexandria (meninggal pada tahun 215 Masehi?) yang jelas-jelas bukan orang Mesir sekalipun menghabiskan masa hidupnya di Mesir, dan yang bertujuan untuk mempertahankan iman Kristen pada terma filsafat belakangan ini. Menurut Clement, Ruh (jiwa) rasional adalah person yang esensial, akan tetapi manusia dalam pemikiran dan sikap menjadi irrasional. Karenanya dosa itu berada pada tunduknya akal dari tekanan hawa nafsu. Inilah yang menjadi problema utama bagi kemanusiaan, maka karya Kristus yang unik itu dilihat sebagai membawa pengetahuan yang benar dan terbebasnya akal manusia dari batasan-batasan alam irrasional. Pengetahuan yang benar dipegangi membawa tindakan yang benar, dan kehidupan manusia yang ideal adalah satu hal dimana rasionalitas itu dikembangkan seluas-luasnya.

Tingkat berikutnya pada pemikiran Yunani dapat dilihat pada karya Gregory dari Nyssa (meninggal tahun 395 Masehi) , adalah salah seorang yang paling bertanggung jawab atas ajaran Trinitas dalam Konsili Konstantinopel (tahun 381 Masehi). Dalam Konsili Konstantinopel ini dinyatakan bahwa Kristus adalah manusia seperti kita (homousios) sebagai sang Bapa, tidak sama seperti manusia biasa (homogousios). Gregory menekankan bahwa dalam diri Kristus kita lihat watak operasional yang identik dengan diri Sang Bapa, yakni memberi kehidupan dan kesehatan, yang membersihkan dosa dan memberi petunjuk. Bagi Gregory, pribadi manusia yang secara hakikiah adalah ruh atau jiwanya, diciptakan pada waktu yang sama seperti tubuh atau badan. Tubuh atau badan jasmani itu dengan sendirinya tidak sehat, akan tetapi lewat hubungannya dengan ruh, ruh jadi diwarnai dengan pengaruh nafsu syahwat dan cinta, dan karya Kristus adalah untuk membersihkan jiwa atau ruh dari pengaruh-pengaruh nafsu tersebut. Pada kebangkitan ruh itu akan memberikan tubuh baru yang tidak dilalui dan kekal abadi.

Pernyataan ringkas ini barangkali cukup memberikan ide kebudayaan Yunani tentang rumusan suci (kredal) yang didasarkan pada Gereja Besar.

 

TITIK TEMU ISLAM DAN KRISTEN Persepsi dan Salah Persepsi   William Montgomery Watt Penerjemah: Zaimudin   Hak Terjemahan pada Penerbit Gaya Media Pratama Jakarta Desain Sampul: Salimi Akhmad Diterbitkan Oleh: Penerbit Gaya Media Pratama Jakarta Dicetak Oleh: Percetakan Radar Jaya Jakarta Anggota IKAPI Cetakan 1, 1996   ISBN 979-578-007 7 Harga Rp. 9.500,-


| Indeks Antar Agama | Indeks Artikel | Tentang Pengarang |
| ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota |

Please direct any suggestion to Media Team