Persepsi dan Salah Persepsi | |
|
Persepsi Kristen Terhadap IslamSaat umat Kristen yang berada di bawah kekuasaan Islam, seperti John di Damascus harus sangat hati-hati dalam mengkritik Islam, sementara warga kerajaan Byzantine tidak ada hambatan sama sekali. Maka tidak mengherankan kalau gambaran Islam yang mereka hasilkan dapat dijelaskan sebagai berbagai macam karikatur. Betapapun juga, umat Islam adalah musuh besar yang telah merebut kerajaan yang terdiri dari kawasan banyak propinsi yang maju, seperti Mesir dan Syria, termasuk juga Palestina, tanah leluhur keimanan Kristen dan yang masih menyisakan ancaman militer terus-menerus atas perbatasan selatan dan tenggara. Tulisan-tulisan para teolog Byzantine dari abad delapan sampai tiga belas yang telah dipelajari secara cermat dan terinci oleh Adel Theodore Khoury, seorang Kristen Arab yang menjadi guru besar di Universitas Munster, Jerman. [8] Tulisan-tulisan para teolog ini menggambarkan Islam bukan sebagai kafir (heretika) Kristen dalam bentuk John di Damascus, melainkan sebagai agama salah yang cenderung menyembah berhala. Nabi Muhammad SAW adalah nabi yang salah, wakil dari kejahatan, diilhami oleh "bapak kebohongan" dan dengan sendirinya adalah anti-Kristus, sehingga sedemikian banyak yang dilakukan itu telah melampaui batas. Al-Qur'an adalah kitab suci yang salah, karena Nabi Muhammad memasukkan bahan yang berasal dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, bahkan menambah bahan-bahan lain yang berasal dari kekufuran dan bid'ah sebagai rekaan Manichean dan khayalan dirinya sendiri. Dengan demikian, Islam adalah agama yang membahayakan inspirasi diabolik dan para ahli teologi Kristen dengan tegas begitu senang apabila Islam itu hancur binasa. Perlu ditambahkan bahwa Professor Khoury adalah orang yang percaya kepada dialog dengan Islam dan tidak mengakui gambaran semacam ini. Sebaliknya Professor Khoury berfikir bahwa umat Kristen dewasa ini seharusnya mengetahui apa yang dipikirkan oleh leluhur-leluhur mereka. Karena bangsa Byzantine mengetahui umat Islam sebagai prajurit asing yang buruk yang mereka ketemukan di medan laga, maka mereka itu dapat dimasukkan sebagai karikatur keimanan mereka. Sungguhpun demikian, pencampur-adukan kebudayaan di semenanjung Iberia agaknya menghasilkan situasi yang berbeda, terutama setelah sebagian umat Islam berada di bawah kekuasaan Kristen. Umat Kristen yang hidup berdampingan dengan umat Islam dan mengadakan kontak sehari-hari dengan umat Islam, malah menunjukkan bahwa umat Islam ini sebagai bangsa manusia yang masuk akal. Bahkan boleh dicatat bagaimana ketika Sevilla diduduki pada tahun 1248 Masehi oleh penduduk pegunungan dari utara dan bangsa Franka yang membantu mereka, ternyata mereka itu hebat begitu mengagumkan, ramah, halus budi bahasanya yang asri serta keindahan kotanya yang unggul dengan jalan apapun ke koa-kota perkampungan di sekitarnya. Maka yakin kalau persepsi individual umat Islam ini masuk akal dan mereka adalah bangsa yang sangat terpelajar yang mengajak sebagian pemimpin Kristen tertarik kepada perolehan informasi yang lebih akurat tentang umat Islam, Islam adalah bangsa yang berbudaya. Dari lingkungan antar-kultural sampai ke gerakan awal ke arah ilmu pengetahuan Islam faktual yang lebih besar. Ini adalah Dialogue tentang Islam, yang telah ditulis oleh Pedro de Alfonso pada tahun 1108 Masehi. Ia adalah seorang Spanyol yang awalnya beragama Yahudi lalu pindah ke agama Kristen. [9] Walaupun demikian, pengaruh utama pada petunjuk ini berasal dari Peter Yang Mulia (Peter the Venerable), kepala biara Cluny yang penting dari tahun 1122 sampai meninggalnya pada tahun 1156 Masehi. Peter memperbaharui tradisi dari para pendahulu besar sebagai kepala-kepala biara Cluny dan memperhatikan secara mendalam akan kemurnian dan keaslian ketaatan Benedictine. Dengan pandangan demikian, maka tak mengherankan kalau seperti yang direfleksikan pada Perang Salib: "Tumbuh di dalam pikirannya suatu konfiksi kuat yang menyatakan maksud dan tujuan Perang Salib yang sama sekali telah diabaikan, padahal seharusnya menjadi perhatian Kristen yang paling sentral, yakni, agar umat Islam berubah agamanya menjadi pemeluk agama Kristen." [10] Antara tahun 1142 dan 1143 Masehi, Peter menghabiskan waktunya untuk mengadakan perjalanan ke Spanyol Utara. Tentu saja hal ini mulai meningkatkan peluasan rencana. Rencana pertama adalah untuk menyediakan informasi terpercaya tentang Islam bagi umat Kristen Eropa yang bodoh, tak berbudaya. Rencana kedua, untuk menepis anggapan apapun dari umat Kristen tentang Islam sebagai agama yang salah. Hasil dari rancangan ini adalah kumpulan-kumpulan tulisan Clunik dan terdiri dari karya-karya dosen Latin yang berbagai ragam dan dalam waktu yang lama. Hasil ini juga dikenal sebagai koleksi Toledo, sebab bagian karya-karya itu dibuat di kota Toledo ini. Waktu itu Toledo menjadi sentra kegiatan bagi penerjemahan karya-karya Arab tentang ilmu pengetahuan dan filsafat yang dilaksanakan setelah pendudukan kembali di tahun 1085 Masehi. Bahan-bahan kumpulan tulisan ini termasuk terjemahan Al-Qur'an dari Robert Ketton. [11] Peter Yang Mulia sendiri menyumbangkan sejumlah pengajaran Islam (Summa totius haeresis Saracenorum), yang menolak sebagian besar ide salah di Eropa dewasa ini dan sebuah buku yang berisi penolakan yang lebih panjang lebar lagi dalam judul liber contra sectan sive haeresim Saracenorum. Karya Peter Yang Mulia ini secara luas memberi ciri khas bagi tulisan Kristen tentang Islam selama dua abad yang akan datang. Volume buku ini biasa saja. [12] Berbeda dengan buku-buku tentang Islam yang banyak berisikan rujukan-rujukan insidental dan karya-karya buku ini mengabaikan tambahan-tambahan sampai penyimpanan ilmu pengetahuan asli. Bahkan di balik semua ini, para ilmuwan berikhtiar memproduksi image Islam yang dalam banyak cara terdistorsi secara serius, dengan menggantikan image Islam dan suara Islam yang benar. Image salah terhadap Islam ini ternyata telah disetujui oleh Ricoldo da Monte Croce (meninggal tahun 1321 Masehi) waktu menulis bukunya yang juga dikenal sebagai "Perselisihan golongan Sarasen dan Al-Qur'an" dalam bukunya Improhatio alchorani. Thomas Aquinas sendiri bukanlah mahasiswa yang belajar Islam, melainkan sadar akan perlunya memberantas kesalahan pada kepercayaan Islam dan perlunya menghadirkan kepercayaan Kristen dengan cara yang rasional. Bukunya, Summa contra Gentiles sebagian ditujukan untuk menyerang umat Islam, bahkan dia menulis sebuah buku ringkasan, De rationibus fidei contra Saracemos, Graecos et Armenos. [13] Dia membantu Peter Yang Mulia untuk mengubah umat Islam, terutama barangkali berfikir tentang umat Islam yang berada di bawah kekuasaan Kristen di Spanyol. Dari karya-karyanya dan karya-karya lain dalam waktu yang sama, kita dapatkan ide tentang Islam yang telah menjadi standar persepsi Kristen. Persepsi ini merupakan persepsi yang mempunyai tempat sentral dalam pemikiran Eropa hingga akhir abad sembilan belas. Perbedaan antara persepsi Kristen ini dan persepsi para ilmuwan barat yang lebih obyektif dewasa ini, dapat dikelompokkan menjadi empat: [14]
Keempat hal di atas merupakan aspek distorsi penting bagi gambaran Islam yang dilakukan oleh para ilmuwan Kristen di abad dua belas dan tiga belas, dan yang cenderung mengontrol pemikiran Eropa tentang Islam hingga abad sembilan belas dan masih tetap mempengaruhi untaian-untaian pemikiran tertentu. Hal ini dicatat sebagai persepsi Islam terhadap Kristen yang banyak diabaikan. Norman Daniel menyatakan:
Bahkan mengandung pelajaran untuk memperbandingkan tempat pada kehidupan Kristen dari persepsi tidak sahih tentang Islam, dengan kehidupan umat Islam pada persepsi tidak sahih tentang Kristen. Setelah pendudukan mereka itu, umat Islam harus menetap di negeri.negeri dimana mereka bercampur-gaul dengan umat Kristen lebih lanjut; dan persepsi umat Islam tentang Kristen, sungguhpun mempunyai keku-rangan-kekurangan, mampukah mereka memenuhi kebutuhan ini. Karena itu ditegaskan bahwa Muhammad adalah seorang Nabi pada garis keturunan Musa dan Isa. Agama Yahudi dan Kristen tidak dapat dihapuskan seluruhnya; bahkan pada saat yang sama ada ketidaksesuaian serius antara kitab suci Al- Qur'an, kitab suci agama Yahudi dan kitab suci agama Kristen, malahan juga keimanan Yahudi dan Kristen. Walaupun begitu, situasi umat Kristen di Eropa Barat ini memang berbeda. Barangkali dari perbandingan umat Kristen yang masuk Islam di Al Andalus itu lebih besar jumlahnya ketimbang Mesir, Syria dan Iraq. Tetapi persepsi baru tentang Islam terutama diciptakan oleh para ilmuwan Kristen bukan diperuntukkan bagi keuntungan Kristen yang berada di bawah kekuasaan Islam, sungguhpun banyak bukti yang membantu kegiatan konversi agama ini. Tidak dapat dipungkiri bahwa hal ini juga akan membantu umat Kristen bercampur gaul dengan umat Islam di kerajaan-kerajaan Kristen setelah Reconquista, yang karenanya kegiatan masuknya umat Kristen untuk beragama Islam sudah amat berkurang secara fenomenal. Banyak umat manusia yang harus bertanggung jawab bagi persepsi baru ini, misalnya Peter Yang Mulia, yang tetap membuka kontaknya dengan umat Islam. Bentuk yang diberikan untuk sebagian buku-buku, yakni, diskusi-diskusi dengan orang muslim, boleh jadi dapat mendorong tertariknya untuk melakukan pindah ke agama Islam. Sebaliknya ada sedikit dukungan misioner yang berbeda dengan sebagian kecil perorangan, yang malah menjadi lebih tertarik pergi ke negeri-negeri Islam untuk memperoleh kejayaan dan kemenangan kesyahidan ketimbang berubah agama yang aktual. Oleh sebab itu kiranya dimungkinkan kalau penciptaan distorsi bagi image Islam secara luas itu merupakan tanggapan terhadap keunggulan kebudayaan Islam terutama di Al Andalus. Ketika pertama kali umat Islam memasuki Spanyol, penduduk-penduduk lokal amat rendah dibandingkan dengan Al Andalus dalam segala seni kehidupan yang menakjubkan dan bangsa-bangsa manusia yang berada di sebelah utara Pyrenne yang kebanyakan kondisinya tak jauh berbeda. Sejak abad ketiga belas jurang pemisah antara kedua kebudayaan tadi kemungkinan makin berkurang, namun tidak berarti bahwa jurang pemisah itu akan tertutup bahkan makin menganga, meskipun umat Kristen sekarang secara kasar sama dengan umat Islam dalam bidang teknologi militer. Dalam mendukung pernyataan tentang responnya kepada kebudayaan yang unggul itu, harus dicatat bahwa dimana persepsi orang Kristen tentang Islam, tanpa mengingkari segi intelektualnya, memberi tekanan lebih berat kepada kelemahan-kelemahan moral. Ini berarti bahwa umat Kristen dapat merasakan bahwa kendatipun umat Islam lebih unggul dalam berbagai bidang kultural, sebaliknya di samping mempunyai kebenaran dan agama yang lebih baik, namun umat Kristen secara moral lebih unggul ketimbang umat Islam. Persepsi Kristen terhadap Islam ini menyiratkan perhubungan persepsi orang Kristen yang membawa kesadaran identitas umat Kristen Eropa Barat yang lebih mendalam. Dalam bukunya yang berjudul Orientalisrn, Edward Said mengatakan bahwa salah satu tujuannya adalah untuk "menunjukkan bahwa kultur Eropa itu diketemukan dalam kekuatan dan identitas dengan menyatakan diri untuk memerangi Timur sebagai bagian dari penggantian dan bahkan di bawah tanahnya sendiri"; dan sungguhpun dia berfikir pada tiga abad terakhir dengan sesuatu yang sama dengan peristiwa-peristiwa yang dahulu pernah terjadi. [17] |
|
|
|
| Indeks Antar Agama | Indeks Artikel | Tentang Pengarang | | ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota | |