Persepsi dan Salah Persepsi | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Persepsi Sejarah SelanjutnyaPada poin ini akan bersifat instruktif untuk melihat kepada karya tiga orang ahli sejarah Islam abad pertengahan. Ketiga sejarawan ini akan memberikan evidensi untuk mengabaikan segala hal yang non-Islam dan khususnya latar belakang historis Yahudi dan Kristen. Pada saat yang sama, informasi tentang Kristen harus disaring secara benar. Karya pertama yang terkenal adalah karya tentang sejarah oleh Al-Thabari (meninggal 923 Masehi). Garis besar isi karya pertama ini terdiri dari seribu halaman yang menunjukkan bagaimana interes itu terutama difokuskan kepada bahan-bahan yang dinyatakan di dalam Al-Qur'an dan lalu tentang latar belakang orang-orang yang masuk Islam di Iraq dan Iran.
Daftar ringkas ini dinyatakan sendiri oleh pengarang. Penilaian terhadap raja-raja Romawi (di sini disebut raja-raja Syria) tidak lebih dari daftar nama-nama dengan tokoh tokoh selama mereka berkuasa. Lewat pengecualian, ada petunjuk ringkas tentang penyaliban Peter dan Paul di bawah kekuasaan Negro dan sampai kepada penghancuran Jerusalem di bawah kekuasaan Vespasian dan Titus. Tidak ada penjelasan bahwa bangsa Constantine yang menganut agama Kristen. Satu hal yang signifikan adalah sebelum daftar raja-raja yang berbicara tentang Maryam (Maria) dan Isa (Yesus) yang dibicarakan oleh al-Thabari, dan, terutama setelah memerankan versi kelahiran Al-Qur'an yang dijelaskan oleh Ibn Ishaq, agaknya ada versi lain yang memberikan bahan-bahan lanjutan dari Perjanjian Baru. [32] Di antara versi-versi itu adalah: datangnya utusan-utusan dari raja Persia dengan hadiah-hadiah untuk sang juru selamat (Al-Masih atau Messiah); alur cerita Herold sampai terbunuhnya; perintah kepada seorang lelaki yang bernama Yusuf (walaupun tidak dimaksudkan sebagai suami dari Maryam (Maria) untuk mengambilnya dan mengambil anak ke Mesir dan kembalinya ke Nazareth. Agaknya ada pengetahuan yang lebih dari standar pertimbangan nativitas Kristen, sekalipun dicampur aduk dengan ide-ide yang keliru. Namun di waktu yang sama, masih ada kawasan yang luas yang dilupakan oleh sejarawan besar. Karya Mas'udi (meninggal 956 Masehi), The Meadows of Gold, lebih diakui sebagai hiburan ketimbang sejarah semata-mata. [33] Pada jilid-jilid awalnya banyak bahan geografi bersamaan dengan pertimbangan-pertimbangan bakat alamiah ingin tahunya dan adat kebiasaan berbagai bangsa dan ras manusia. Daftar isi berikut ini memberikan beberapa ide akan isi yang dikandung pada dua jilid buku pertama, namun pada pokoknya adalah yang kira-kira benar karena banyak hal yang termasuk di dalamnya itu ternyata tidak saling berhubungan satu dengan yang lain:
Lagi-lagi di sini, kita melihat banyak kecenderungan yang lebih besar kepada raja-raja terdahulu di Iraq, Iran dan Syria, ketimbang tertarik kepada latar belakang sejarah Kristen. Maka tidak ada sejarah Yunani dan Romawi pra-Kristen. Sungguhpun demikian, kecenderungan ini meluas sampai ke India, Cina dan bangsa Turki Asia Tengah; dan agaknya pengarang merusak landasan yang segar dengan memberi informasi tentang bangsa Romawi dan bangsa Byzantine setelah masa hayat Kristus. Hampir tidak dapat dijelaskan kalau pengarang mempunyai penilaian tentang Yahya (John sang pembaptis) yang secara sempurna memang benar-benar tidak jelas. Dikatakan, Yesus harus mengajarkan kepada orang-orang Yahudi yang menentangnya dan berkeinginan hendak membunuhnya. Kemudian seorang raja memberitahukan kepada Herod untuk membalas dendam kepada orang-orang Yahudi karena kematiannya. Sebelum Ibn Ishaq mengetahui apakah Yahya (John sang Pembaptis) itu dibunuh oleh Herod yang mengutuk perzinahan, namun kebanyakan sampai kepada rincian-rincian yang salah. Walaupun demikian, Al-Mas'udi mempunyai informasi yang lebih penuh tentang Isa (Yesus). Dia tahu bahwa Kristus dilahirkan di Bethlehem pada hari Rabu, tanggal 24 Desember (sebuah pernyataan yang diketemukan dari sumber Kristen kontemporer) , dan tidak menjelaskan pohon kurma seperti yang dijelaskan pada Al-Qur'an. Jadi, setelah menjelaskan bagaimana Yesus (Isa) dipelajari oleh agama Yahudi sebagai anak lelaki, dia menceritakan insiden yang jelas-jelas terjadi pada saat dia berada di sebuah sinagog. Dia temukan "jejak ingatan pada karakter cahaya" kata-kata, "Engkau adalah Anak-Ku dan kekasih-Ku, Aku telah memilih engkau atas Kehendak-Ku" dan lalu pergi untuk menyatakan bahwa "hari ini firman Tuhan berada sepenuhnya pada anak manusia." Kejadian ini agaknya merefleksikan insiden yang terjadi di sinagog Nazaret, kecuali kutipan dari Issaiah selain di kitab-kitab suci. [34] Setelah dia mengatakan hal itu, dia berkunjung ke sebuah gereja di Nazareth. Secara ringkas Al-Mas'udi menyatakan sebutan murid-murid, walaupun hanya menjelaskan atas nama empat penyebar warta suci, lalu pembaptisan Yesus, mu'jizat-mu'jizat dan hasratnya. Sungguhpun demikian, yang paling menarik perhatian adalah mengenai pernyataannya yang menyiratkan pengetahuan Perjanjian Baru. Dia berkata:
Kemudian dikatakan oleh Al-Mas'udi, ada beratus-ratus pelayan yang pergi ke negeri Romawi. Al-Mas'udi mempunyai rincian kecil-kecil tentang kaisar Augustus, dan menjelaskan lahirnya Kristus di masa kekuasaan Kaisar Augustus ini, lalu kematian Kristus di bawah kekuasaan Raja Tiberius. Al-Mas'udi menyebutkan penganiayaan umat Kristen yang dimulai sejak di bawah kekuasaan Claudius, namun hal ini kiranya tidak benar, baik kepahlawanan Peter maupun kepahlawanan Paul, yang berada pada kekuasaan Claudius atau berada di bawah kekuasaan Nero. Lalu Al-Mas'udi membicarakan perkembangan iman Kristen melalui karya berbagai rasul, terutama Rasul 1 Mark di Mesir. Dia juga menyebutkan empat penginjil dan mengidentifikasi "tiga pelayan" dalam surat 38 dengan Peter, Thomas dan Paul. Lalu menghadirkan sebagian besar raja-raja pada masa Constantine berkuasa, namun fakta-fakta yang dijelaskan itu berbeda semata dengan pemujaan mereka kepada berhala-berhala. Agaknya itu semua yang menjadi daya tarik umat Kristen, seperti perusakan Jerusalem dan pemugarannya, penganiayaan dan kematian murid John (Yahya) di dalam kekuasaan raja Trajan. Ada pula kisah para penghuni Gua (ashb al-kahfi) yang disisipkan di sini. Al-Mas'udi lalu berhadapan dengan raja-raja Romawi secara terinci yang beragama Kristen. Dia menguraikan konversi Constantine, dan berdirinya gereja-gereja di Palestina dan tempat-tempat lain oleh ibunya Helena. Ada penilaian sepintas tentang konsili ekumenikal keenam dan penolakan pandangan mazhab Nestorian dan mazhab Yakobit (di antara yang ikut adalah golongan Kopti). Namun pandangan mereka ini dianggap tidak berarti. Salah satu penjelasan tentang peristiwa yang terjadi itu adalah Umat Kristen yang mengakibatkan kemunduran ilmu pengetahuan Yunani (Muruj ii, hal. 321). Setelah pada periode kontak militer Nabi Muhammad SAW dan negara Islam yang sungguh menarik perhatian. Keseluruhan pengetahuan Kristianinya memperlihatkan kemajuan yang dapat dibayangkan pada apa yang diketahui sampai masa Al-Thabari. Apabila bagian Bibel itu dapat dicapai untuk waktu yang akan datang, barangkali dia dapat menghindarkannya untuk berkonsultasi, sebab sebagai seorang hakim ia harus percaya kepada perubahannya; namun Al-Mas'udi tidak keberatan tentang kondisi demikian. Di samping mengacu kepada kitab Injil sebagaimana yang ditulis terdahulu, dia juga menjelaskan kitab Taurat dan Baruch, putra Neriah, sekalipun dinyatakan berasal dari surat tersebut, namun dari nama tersebut tidak didapatkan pada kitab deuterocanonical itu. Buku lain yang dapat dicatat di sini adalah Al-Kamil -- Kesempumaan Sejarah-- oleh Ibn al-Atsir (1 160-1234 Masehi), yang menjadi buku standar bagi ilmuwan-ilmuwan muslim terkemudian. [35] Selama masa itu sampai tahun 900 Masehi, sebagian besar penyingkatan Al-Thabari meskipun harus dengan beberapa penambahan. Al-Thabari ini mengikuti sejarawan sebelumnya yang secara nyata dalam menjadikan Jonah, Tiga Rasul dan Samson setelah zaman Kristen, namun berbeda dengan banyak kisah yang dikaitkannya tentang Yesus. Joseph (Yusuf) sang tukang Kayu itu memainkan peranan yang lebih kuat, namun disebut-sebut bersifat relatif karena bukan sebagai suami Maria (Maryam). Ada kisah-kisah bagaimana Yesus sebagai anak lelaki muda yang membantu mendeteksi seorang pencuri dan juga bagaimana ketika dia secara salah dituduh membunuh seorang anak kecil. Yesus membawa anak kecil yang sekarat itu yang waktu hidupnya tinggal sedikit lagi, agar dapat memberikan bukti akan kepentingannya dan menyatakan kebenaran pembunuh anak itu yang sesungguhnya. Kisah kelahiran Yesus adalah dekat dengan Al-Qur'an dan tidak menyatakan bersembunyi di bawah pohon korma. Setelah menjelaskan satu ayat tentang kelahiran Yesus yang mengambil tempat di Mesir, dia menambahkan bahwa ayat pertama tentang kelahiran ini di negeri bangsa Maria yang lebih akurat. Walaupun pada penilaian lain dia mengakui pandangan yang mengatakan bahwa kehamilan Maryam (Maria) itu berlagsung bukan dalam waktu sembilan bulan atau delapan bulan, melainkan hanya hamil satu jam. Maka dasar inilah yang dekat dengan Al-Qur'an yang menyatakan bahwa "Maka Maryam yang mengandungnya, lalu ia menyembunyikan dirinya dari masyarakat ramai dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh" (19:22). Al-Thabari bersiteguh dengan pandangannya bahwa orang yang disalib menggantikan Yesus (Isa) itu adalah orang yang bernama Segius. Ibn al-Atsir menyetujui pendapat bahwa orang yang disalib itu adalah orang yang berkhianat kepada Yesus (Isa) , yakni yang bernama Yudas, sungguhpun dia menjelaskan dengan kemungkinan lain -orang yang mirip seperti bernama Natlianus. Dia menambahkan sedikit tentang penilaian sebelumnya terhadap raja Romawi terdahulu. Namun berbeda dengan Constantine terkemudian, yang mempunyai rincian-rincian tambahan dan menjelaskan lima konsili ekumenikal. Walaupun demikian, semua ini amat kecil memberikan ide bagi umat Islam tentang latar belakang sejarah minoritas Kristen yang mendapat perlindungan Islam, dan tetap dikurangi dengan Kaisar Byzantine. Barangkali ada hal yang signifikan bahwa pada periode antara Al-Thabari dan Ibn Atsar, ada sedikit usaha yang dilakukan untuk lebih menemukan latar belakang ini. Bahkan agaknya hanya terjadi pada abad dua puluh hingga sebagian kecil umat Islam mencoba mendapatkan pemahaman yang lebih akurat tentang Kristen dan sejarahnya. Kurangnya perhatian kepada hal lain selain dari Islam dan dunia Islam ini, sungguh tidak mengherankan ketika orang ingat kembali gambaran sejarah yang dikembangkan oleh para ilmuwan muslim di luar persepsi Al-Qur'an. Karena Muhammad nabi terakhir dan Islam adalah agama yang final, maka proses sejarah mesti bergerak ke arah kemenangan Islam yang paling asasi di seluruh dunia. Ini berarti bahwa agama serta ajaran Kristen akan mungkin menjadi kabur sepenuhnya, atau bahkan masih tetap sebagai kelompok minoritas yang tidak berarti di negeri Islam. Dari sini diikuti oleh tak berartinya memiliki pengetahuan tentang Kristen yang sebenamya, sekalipun ada kemungkinan untuk membedakan antara apa yang benar dan apa yang salah dalam kitab-kitab suci Kristen dan ajaran Kristen. Ekspansi kerajaan Ottoman di abad lima belas dan enam belas menjadi kekuatan ganda bagi keyakinan ini. Rupanya tidak mungkin untuk memikirkan cendekiawan-cendekiawan muslim karena kita dapat memegangi imbangan-imbangan yang lebih baik ketika kita mempunyai pengetahuan akurat tentang mereka. Kurang perhatiannya kepada sejarah Kristen, tak pelak lagi, juga berkaitan dengan sikap umum terhadap sejarah yang diperoleh di sebagian umat Islam. Pengetahuan sejarah sebagai yang dimiliki bangsa Arab pra-Islam adalah kepemimpinan dari perbuatan mulia dan kemenangan gemilang dari leluhur mereka. Perkembangan alamiah ini merupakan kecenderungan yang diperlihatkan oleh para ilmuwan muslim dalam mencatat prestasi-prestasi yang dicapai nabi Muhammad SAW dan pengganti-pengganti beliau, dan generasi umat Islam, terutama kemenangan-kemenangan yang dialami di medan perang. Maka sejarah menjadi bidang studi yang terkenal. Kendatipun demikian. Islam sekitar empat abad, sebagaimana telah di catat oleh Sir Hamilton Gibb, merupakan perubahan yang berlangsung itu kini tengah mengambil perannya. Berdasarkan hal ini, maka para penulis kronik muslim memberlakukan beberapa prinsip kritisme sejarah terhadap bahan-bahan historis dan memperkembangkan kemajuan metode sejarah. Walaupun demikian, mereka menemukan dirinya tidak berdaya menghadapi tekanan-tekanan daripada ulama, yang pada masa kini telah merekonstruksi sejarah Islam awal atas dasar dogmatika, dan yang hadir menganggap sejarah sebagai "instrumen ajaran moral dan kontroversi dogmatika" yang paling utama. Gibb menjelaskan ini sebagai "subordinasi metode sejarah dan pemikiran tentang tuntutan emosi keagamaan dan dogma teologis." [36] Presentasi sejarah Islam oleh ulama "dinobatkan dengan sanksi-sanksi keagamaan, agar permasalahan tersebut dianggap sebagai bid'ah." Inilah yang pasti mengapa Al-Ma'udi menahan diri dari menyatakan dari hal-hal yang dibacanya dalam ajaran-ajaran agama. Bahkan kisah-kisah kemu'jizatan Isa as. (Yesus) yang diperoleh dalam pertimbangan Ibn al-Atsir adalah bahan yang menegaskan ide kenabian Islam tradisional dan penempatannya di dunia sejarah. Para sejarawan Islam menderita karena tidak mempunyai basis kronologis yang jelas. Semenjak peristiwa hijrah Muhammad yang telah berlangsung lama itu, mereka tidak mempunyai ekuivalen dengan masa sebelum Masehi. Alasan dasar yang dibuat oleh Al-Thabari pada masa kerajaan Romawi dari Kaisar Augustus, terutama kemungkinan kronologisnya, namun bukan karena banyak yang menggunakan demikian. Para sejarawan kiranya lebih berfikir dengan zaman sebagai terminologinya. jadi Al-Ma'udi memberi daftar era dengan lamanya masing-masing zaman tersebut dalam perhitungan tahun dibukunya. [37] Mengacu kepada pandangan: Adam, Nuh dan bencana air bahnya; Ibrahim, Musa dan eksodusnya; pendirian tempat ibadah Sulaiman; Iskandar Dzu al-Qurnayin; lahirnya Kristus, atau pengangkatan atau kenaikannya; Muhammad (Hijrah atau wafatnya) . Dari tempat ibadah Sulaiman sampai Iskandar Dzu al-Qurnayn, diberikan perhitungan selama 717 tahun yang agaknya perhitungan waktu itu terlalu lama; dan dari Kristus sampai Muhammad SAW digambarkan kira-kira (satu dengan yang lain berbeda namun tidak terlalu jauh), yakni 521 tahun, 546 tahun, dan 594 tahun. Dalam semua bentuk perhitungan itu, Nebuchadnezzar ada di dalamnya. Ibn al-Atsir mempunyai laporan bahwa Nebuchadnezzar menghancurkan Jerusalem karena terbunuhnya John (Yahya) sang pembatis itu. Namun Ibn al-Atsir menolak laporan ini mengingat bahwa penyerbuan terhadap kota Jerusalem itu disebabkan karena terbunuhnya Issaiah. [38] Pandangan ini memperlihatkan bagaimana pentingnya mengingat kembali bahwa para sejarawan muslim awal itu agaknya mempunyai banyak kelemahan di bidang alat-alat dasar sejarah modern. Tak terkecuali, orang barat modern sadar akan kelemahan-kelemahan pandangan Islam tentang sejarah, namun tidak memperkenankan kelemahan ini sampai membutakannya kepada dasar kebenaran tertentu yang masih tersembunyi. Ide perjanjian primordial antara Tuhan dan anak cucu Adam yang berarti bahwa manusia itu mempunyai tempat sentral pada kehendak Allah, dan bahwa bagian yang luas itu adalah mempersiapkan diri untuk akhirat hadir dalam kesadaran hubungan antara manusia dan Tuhan, menghambakan diri kepada-Nya, melayani-Nya dan beribadah mengabdi kepada-Nya, di dunia ini dan demi kehidupan kelak di akhirat. Untuk mewujudkan tujuan ini, Tuhan telah mengirimkan nabi nabi yang tak terbilang banyaknya; dan orang barat dapat melihat kepada semua orang yang telah memberi andil bagi perkembangan agama-agama dunia, yang besar maupun yang kecil. Tiap manusia telah membawa pengikutnya kepada pengetahuan akan Tuhan dan alam semsta ciptaan-Nya, sekalipun tidak identik benar, atau bahkan terma-terma yang dapat diperbandingkan dengan rumusan-rumusan dari agama-agama Ibrahim. Sebagai pemikiran final mungkin dapat dikatakan bahwa ketika umat Kristen merasa dirugikan, karena tahu bagaimana agama mereka itu diabaikan dan diperlakukan secara rendah oleh umat Islam pada masa-masa penjajahan mereka. Maka mereka hendaknya bertanya kepada diri mereka sendiri, apakah pada penjajahan Kristen ini mereka tidak mengabaikan dan tidak menghinakan Islam dan agama-agama lain yang menjadi milik bangsa-bangsa manusia di muka bumi. | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
| ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
| Indeks Antar Agama | Indeks Artikel | Tentang Pengarang | | ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota | |