Persepsi dan Salah Persepsi | |
|
BAB 2. PERSEPSI AL-QUR'AN TENTANG KRISTENPersepsi Umum KenabianSecara umum persepsi Al-Qur'an tentang agama-agama lain di luar Islam, khususnya Yahudi dan Kristen, tak pelak lagi, tergantung atas tingkatan pemahaman historis mutakhir di Mekah dan letak Arabia sekitar tahun 600 Masehi. Tingkatan pemahaman ini jelas-jelas bersifat mendasar bagi persepsi tersebut. Bangsa Arab tidak mempunyai dokumen sejarah tertulis. Ada beberapa prasasti dari kerajaan-kerajaan terdahulu, namun apabila orang dapat membacanya masih diragukan karena masih tetap kurang mengapresiasikan signifikansinya. Jadi bagi bangsa Arab, sejarah itu tergantung kepada tradisi oral dari mulut ke mulut. Mereka mengetahui sesuatu dalam sejarah kesukuan dan klen-klen mereka berkenaan dengan sebagian kecil generasi sebelumnya. Akan tetapi kebanyakan sejarah suku-suku Arab ini berupa bagaimana suku-suku ini tumbuh-kembang pada kekuasaan lewat satu pemimpin terkemuka atau lebih, kemudian menjadi makin kuat selama satu atau dua generasi, lalu kembali lagi tidak menunjukkan peran signifikansinya. Arti kesementaraan komunitas-komunitas manusia kemungkinan dapat diperteguh oleh pengamatan tempat-tempat yang satu saat dapat ditempati dalam waktu sekejap dan tidak tetap. Di sejumlah ayat Al-Qur'an, umat Islam diberitahukan tentang perjalanan melewati negeri dan melihat bencana-bencana yang menimpa bangsa-bangsa terdahulu. Bencana yang menimpa ini disebabkan karena mereka tidak mau memperhatikan ucapan-ucapan Nabi mereka. [1] Para saudagar Mekkah telah mengunjungi kekaisaran Byzantine, Sassania dan Abyssinia, namun dalam waktu yang lama mereka tidak mempunyai ide dimana mereka harus berada pada suatu wilayah tertentu. Pemikiran bangsa Arab pada terma generasi-generasi manusia, bukannya dalam terma dekade atau abad-abad lamanya. Oleh karena itu, mustahil bagi mereka untuk mengakui suatu komunitas; misalnya komunitas Yahudi dengan mata rantai kesinambungan sejarah yang berakhir lebih dari seribu tahun lamanya, tiga puluh generasi atau empat puluh generasi. Gambaran lebih lanjut tentang pandangan historis Arab adalah percaya kepada keabadian kondisi kehidupan manusia dan masyarakat yang tidak pernah berubah, tetap, dan kebencian yang konsekuen kepada semua hal yang baru. Salah satu tuduhan permusuhan Muhammad SAW yang dilancarkan oleh para penyembah berhala Mekah adalah karena kenabian ini sebelumnya tidak dikenal di Arabia, dan di dalam Al-Qur'an Nabi Muhammad SAW diperintahkan oleh Allah agar secara terang-terangan menyebarkan ajaran kenabian ini dengan mendesak bangsa Arab Mekah untuk meninggalkan kenabiannya yang sesungguhnya tidak baru itu (46: 9). "Katakanlah: Aku bukanlah rasul yang pertama diantara rasul-rasul dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak pula terhadapmu. Aku tidak lain kecuali hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan." Kisah-kisah yang menceritakan nabi-nabi terdahulu dijelaskan di dalam Al- Qur'an sekitar seperempat Al-Qur'an jumlahnya, bukan hanya memberikan penguatan bagi Nabi Muhammad SAW dan para pengikut beliau semata, melainkan juga tuntutan tegas agar beliau mempunyai rentetan asal-usul keturunan spiritual yang panjang dan bahwa nabi-nabi yang sebelum beliau itu mempunyai pengalaman-pengalaman yang mirip sama dengan pengalaman-pengalaman beliau sendiri. Bentuk umum kisah itu memberitahukan bagaimana setelah nabi mengajak bangsanya untuk beriman kepada Allah dan beribadah kepadaNya serta siap sedia berkurban menghambakkan diri kepada Allah satu-satunya yang tunggal dan Maha Esa. Namun mereka itu mengingkari pesan risalah nabinya dan lalu mereka ditimpa oleh bencana yang menghancurkan suatu bangsa tertentu itu. Pada surat 7, 11, dan 25, ada hitungan paralel Nabi Luth, Nabi Nuh dan tiga nabi dari bangsa Arab: Hud, Salih dan Syu'aib; dan ada acuan-acuan lebih ringkas terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi tersebut dimanapun berada; terkadang Nabi Ibrahim, Nabi Musa dan nabi-nabi yang lain, dan seterusnya. [2] Pada QS. 7: 59-64, menceritakan kisah Nabi Nuh AS., dari awal sampai akhir sebagaimana di bawah ini:
Nabi-nabi bangsa Arab di atas, sama-sama menyeru bangsanya masing-masing untuk beriman kepada Allah dan hanya menyembah Allah, akan tetapi hukuman bencana yang dijatuhkan kepada kaum nabi-nabi itu berbeda-beda. Nabi Luth menyalahkan kaumnya melakukan hubungan seksual yang immoral. Lagi-lagi mesti ditetapkan bahwa hukuman bencana yang dijatuhkan kepada kaum Nabi Luth ini tetap diberikan oleh Allah meskipun Nabi Luth berusaha menyelamatkan mereka dan hanya Nabi Luth sajalah yang selamat dan orang-orang yang besertanya. Pada konteks kekinian ada hal penting yang perlu dicatat bahwa biasanya seorang Nabi atau Rasul itu dikirim oleh Allah untuk membawakan ajaran monoteisme kepada bangsanya. Sementara mereka ini diyakini menjadi kaum atau bangsa yang menyembah banyak tuhan atau bahkan ateis yang tidak menyembah tuhan sama sekali. Ayat Al-Qur'an berikut ini (23: 44) akan dapat mengindikasikan bagaimana kaum muslimin merasakan kenabian sungguhpun mereka ini masih tetap lebih sadar akan oposisinya kepada Muhammad ketimbang kesuksesan beliau.
Kebanyakan seorang nabi agaknya berkumpul menjadi satu komunitas bersama orang-orang beriman yang mengelilinginya pada generasi pertama. Maka tidak ada bukti yang menyatakan bahwa seorang nabi atau seorang rasul itu datang ke suatu masyarakat orang beriman kepada Tuhan (Allah) dalam rangka mengajak kaumnya agar memperoleh pengetahuan tentangNya lebih jauh. Orang-orang seperti para nabi pembawa kitab yang berisi ajaran-ajaran. Kitab Perjanjian Lama (Ahl al-Kitab) yang tidak dapat dipikirkan dan hal ini barangkali yang paling signifikan adalah bahwa tak seorangpun dari mereka itu disebutkan di dalam Al-Qur'an tanpa kecuali, selain Jonah. Maka sekarang diyakini oleh para ilmuwan Kristen bahwa kitab dengan nama tersebut, selain profunditas spirittualnya, tidak ditulis oleh pribadi aktual yang disebut Jonah itu secara langsung. Al-Qur'an secara implisit menyatakan bahwa pada hakekatnya semua nabi/rasul itu mengajarkan pesan risalah yang secara esensial adalah sama, utamanya percaya bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan bahwa nanti di hari kiamat tiap-tiap manusia akan dihadapkan kepada Allah secara langsung untuk menerima pembalasan (diadili) atas perbuatan-perbuatan yang dilakukannya di muka bumi ketika masih hidup. Ayat berikut ini (3: 81, 85) menjelaskan perjanjian yang kemungkinan dapat diduga telah terjadi sebelum masa penciptaan:
Di akhir ayat di atas ada kata Islam yang muncul dengan pengertiannya yang umum -- "tunduk patuh" (kepada Allah) dan lalu menjadi satu kata yang menjelaskan deskripsi agama yang diproklamirkan oleh semua nabi (rasul), bukan hanya diproklamirkan oleh nabi Muhammad SAW semata-mata. Dengan cara yang sama, kata muslim atau "orang yang tunduk menyerah" terkadang dipakai untuk penganut agama yang umum ini. Kata Rasul ketika dipakai untuk arti teknis benar-benar mempunyai arti yang persis sama dengan kata Nabi, yakni orang yang menyampaikan suatu pesan (risalah) dari Tuhan kepada umatnya. Sebutan paling umum bagi Muhammad dalam bahasa Arab adalah Rasul Allah, dan oleh karena kata ini cenderung mengandung arti pengembangan konsepsi kenabian atau risalah, seperti yang terjadi di tahun-tahun terakhir Muhammad ketika beliau sudah menjadi seorang pemimpin dan pimpinan komunitas masyarakat atau bangsa. Akan tetapi konotasi ini tidak akan diperoleh pada bacaan dalam pemakaian kata-kata Al-Qur'an yang turun sebelumnya. Perjanjian nabi-nabi (rasul-rasul) ini rupanya terus berlangsung semenjak masa perjanjian primordial antara Allah dan bangsa manusia sebagai suatu keseluruhan (7: 172-173):
Barangkali terlalu jauh untuk bersikukuh dengan pendapat bahwa ayat di atas secara implisit menyatakan bahwa semua manusia anak Adam itu mempunyai pengetahuan bawaan semenjak lahir tentang Tuhan. Namun hal ini juga sekaligus mengatakan bahwa semua manusia anak Adam itu mempunyai kapasitas untuk menanggapi atau memberi jawaban kepada seorang nabi atau rasul. Pernyataan ini dijelaskan karena perjanjian dan kesaksian di sini merupakan bagian dari latar belakang sejarah keagamaan bangsa manusia sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur'an. |
|
|
|
| Indeks Antar Agama | Indeks Artikel | Tentang Pengarang | | ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota | |