Persepsi dan Salah Persepsi | |
|
Persepsi YahudiKarena ini adalah konsepsi kenabian dan sejarah nabi-nabi yang dipegangi oleh kaum muslimin awal, maka bagi mereka tidak mungkin mempunyai ide yang cukup tentang Yahudi dan Nasrani (Kristen). Penting pula dikatakan berapa banyak yang tidak disebutkan di dalam Al-Qur'an, karena itu penulis modern barat dengan pengetahuan agama-agama tersebut yang mempunyai kerangka pikir dengan rincian-rincian pas yang diberikan, tentu saja berbeda dengan yang dijelaskan di dalam Al- Qur'an. Didalamnya ada kisah-kisah tentang Nabi Nuh, Ibrahim dan Musa (yang semuanya dianggap sebagai nabi) dan karakter-karakter lain di dalam Perjanjian Lama. Sebaliknya sama sekali tidak memuat indikasi yang diberikan tentang bagaimana nabi-nabi itu saling berkaitan satu sama lain dalam zaman. Demikian pula ada berbagai kisah tentang nabi Musa yang terinci semenjak masa infasinya, dan seterusnya, akan tetapi tentang kisah-kisah kejadian ini disuguhkan secara terpisah-pisah dan tidak disuguhkan secara kronologis dalam satu sajian yang berurutan. Ada ide yang terdapat pada serentetan nabi-nabi pada bangsa Israel. Bangsa ini disebut sebagai Banu Israel (anak-anak keturunan Israel) di banyak cara yang sama sebagai suku-suku Arab yang acapkali dipanggil sebagai Banu N (anak- anak keturunan N). Namun hal itu asal-usulnya diduga didasarkan pada kitab suci yang diberikan kepada Musa, kepada Nabi. Ayat Al-Qur'an berikut ini mengatakan: [3]
Kontinuitas Bani Israel sebagai sebuah suku bangsa boleh jadi ditandai oleh pernyataan di bawah ini: [4]
Di pihak lain, ketika Muhammad SAW sendiri menghadapi penolakan dan penentangan oleh orang-orang Yahudi Madinah sebagai nabi, Al-Qur'an mengatakan (2: 130) bahwa setelah Ibrahim dipilih putra-putranya dan Ya'kub untuk tunduk menyerah (sebagai muslim) kepada Tuhan semesta alam, dan Ya'kub demikian pula Allah telah memilih anak-anaknya dan mereka telah memilih agama (Islam) ini, yaitu suatu komunitas yang telah lalu. Lebih jauh perlu dicatat bahwa di dalam Al-Qur'an, tidak ada kisah tentang Joshua dan perkampungan Bani Israel di Negeri Yang Dijanjikan. Tidak ada informasi tentang bangunan kerajaan yang dipimpin oleh nabi Dawud, tidak ada informasi tentang pengusiran dan kembali dari pengasingan bangsa Israel. Ada ayat Al-Qur'an (17: 4-7) yang mengisahkan tentang peringatan yang diberikan kepada Bani Israel dengan dua hukuman, dan satu hukuman menjadi pengusiran, namun pengusiran ini tidak diinformasikan secara eksplisit. Di dalam Al- Qur'an, Dawud menyebut dirinya sebagai nabi yang menerima kitab suci yang disebut dengan nama Zabur yang diambil menjadi kitab Mazmur (Amsal Sulaiman) (4: 163; 17: 55). Gunung-gunung dan burung-burung dikatakan telah bersama-sama dengan Dawud dalam memuji Allah. Ini dapat menjadi petunjuk ke ayat-ayat (surat-surat) dalam kitab Mazmur yang mengatakan tentang makhluk-makhluk untuk memuji Tuhan. [5] Baik Nabi Dawud maupun Nabi Sulaiman, keduanya telah diberikan (batas) kekuasaan (21: 78-80) yang menyebutkan bahwa raja Dawud adalah raja yang kuat (38: 20) . Demikian juga dikatakan bagaimana Nabi Dawud membuat baju besi (34: 10 dan seterusnya; 38: 17-20). Walaupun demikian, semuanya ini gagal membuat ide tentang signifikansi Dawud di dalam sejarah bangsa Israel. Musa dikatakan sebagai nabi atau rasul yang menerima sebuah kitab suci yang diturunkan oleh Allah yang diberi nama kitab Taurat (6: 154; bandingkan dengan 5: 44). Sementara kata Taurat ini dapat diidentikkan dengan nama Torah, yang di dalam Al-Qur'an dinyatakan bahwa umat Islam tidak boleh memberi ide tentang karakter Pentateuch, kitab Perjanjian Lama masih tetap kurang sebagai suatu keseluruhan, karena kitab Taurat ini secara luas berisikan tentang undang-undang hukum. Dimanapun juga tidak dikatakan bahwa materi historis tentang Nabi Nuh, kepala keluarga, awal kehidupan Nabi Musa dan Exodus yang berasal dari Taurat. Memang benar, di dalam Al-Qur'an ada materi historis tentang berbagai peristiwa yang terjadi pada sejarah terdahulu, namun, lebih dari memberi informasi segar tentang hal-hal yang gaib. Hal ini rupanya malah menggambarkan pelajaran dari peristiwa-peristiwa yang terjadi yang segera akan mereka ketahui. Berdasarkan tujuan ini, penjelasan ringkas atau petunjuk yang cukup, seperti yang dapat dilihat oleh pembandingan ayat tentang Nabi Nuh yang telah dikutip di dalam pernyataan Biblikal. Keterangan di atas tidak menjelaskan mengapa perlu adanya nabi-nabi. Barangkali karena bangsa Israel jatuh lagi ke dalam kekufuran yang hampir menuju paganisme (menyembah berhala):
Pernyataan yang lebih positif adalah ayat di bawah ini:
Juga ada petunjuk-petunjuk yang kurang jelas tentang pelanggaran-pelanggaran bangsa Yahudi di dalam 7: 167-169. Setelah hadir di Madinah, Nabi Muhamad SAW segera mengadakan kontak dengan kelompok-kelompok masyarakat Yahudi yang ada di sana, dan Al-Qur'an tidak memberikan argumen-argumen yang mengejutkan yang dapat digunakan untuk menyerang mereka, terutama menyerang pernyataan mereka yang tentu dengan sendirinya mereka telah mempunyai pengetahuan yang benar tentang Allah. Argumen apologetik utama yang dihadirkan bahwa Al-Qur'an mendatangkan agama Ibrahim yang benar, yang menjadi orang hanif atau orang muslim (dalam artian yang umum), dan bukan menjadi orang Yahudi atau orang Nasrani. [6] Pernyataan terakhir ini dengan tegas-tegas menyatakan kebenaran, walaupun fakta menunjukkan bahwa umat Yahudi dan umat Nasrani merujuk Ibrahim sebagai asal-usul (bapak) agama mereka, dan ini membuktikan bahwa ada pengetahuan tentang Allah yang benar yang berasal dari agama Yahudi atau agama Nasrani. Walaupun demikian, semua argumen ini tidak membantu umat Islam untuk membentuk ide yang jelas tentang Judaisme atau agama Yahudi. |
|
|
|
| Indeks Antar Agama | Indeks Artikel | Tentang Pengarang | | ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota | |