Persepsi dan Salah Persepsi | |
|
Dugaan Ketidakmurnian Dalam Kitab Suci [1]Salah satu prestasi paling penting para ulama Islam masa awal adalah pengembangan ajaran pada titik pandang yang luas, dalam mana masa lampau Yahudi dan Kristen telah mengkorupsi atau mengubah kitab suci mereka. Pengubahan ini dilakukan tidak lama setelah kitab Taurat dan Injil yang sebenamya asli diterima oleh Nabi Musa dan Isa secara berturut-turut. Hal ini memudahkan bagi umat Islam untuk menepis berbagai argumen dari umat Kristen yang didasarkan atas kitab Bibel. Klaim bahwa ajaran Kristen ini telah dikorupsi atau "berubah" --tahrif-- diketemukan di dalam Al-Qur'an. Ada empat ayat Al-Qur'an yang memakai kata yuharrifuna yang merupakan bentuk kata kerja dari kata tahrif sebagai masdarnya. Pengujian keempat ayat ini menunjukkan bahwa keempat ayat itu tidak mengandung pengertian sebagai perubahan ajaran yang universal. Dalam terjemahan "mengubah" atau "mengganti" digunakan untuk mengalih bahasakan kata yuharrifuna itu.
Frase yang samar-samar "mengubah kata-kata dari tempat-tempatnya" dengan sengaja digunakan, sebab kata Arab mawadhi dapat berarti "tempat" atau "tujuan." Akhir dari ayat-ayat di atas kemungkinan memberi preferensi yang agaknya menganggap rendah "tempat-tempat" sebagai suatu perubahan, karena secara literer "mengubah kata-kata dari tempat-tempatnya", dan ini dapat berarti "ke tempat-tempatnya (tujuan-tujuannya) pada keadaan-keadaannya." Akhir dari ayat-ayat di atas juga nyaris bermakna misterius dan tidak meyakini ketentuan "kesimpulan-kesimpulannya" yang diberikan pada komentar-komentar tersebut [2], namun arti ini tidak relevan digunakan di sini. Penting untuk dicatat bahwa perubahan ini adalah hal yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi Madinah yang sezaman dengan Nabi Muhammad dan kesan ini diberikan hingga apa yang mereka rubah itu hanyalah ayat-ayat (surat-surat) tertentu dan bukan Taurat yang sesungguhnya. Manuskrip-manuskrip Bibel masih tetap ada sebelum Muhammad, namun secara absolut tidak dikatakan di dalam Al-Qur'an hingga di satu waktu seluruh kitab Bibel itu telah dirubah di masa lampau sebelumnya. Maka tidak ada kolusi yang dilakukan antara orang-orang Kristen dan orang-orang Yahudi yang terpenting dalam rangka mengubah kitab Perjanjian Lama. Perlu juga dicatat bahwa contoh-contoh yang diberikan pada Al-Qur'an 4: 46, bukan kutipan dari Bibel melainkan trik-trik verbal yang dimainkan oleh orang-orang Yahudi Madinah atas kaum muslimin. Contoh pertama di atas itu adalah memperbaiki umat Islam dengan mempergunakan kesamaan pendengaran antara orang Yahudi "kami mendengar dan menuruti" (sami'u wa 'ashinu) dan bahasa Arab menyebutkan sami'na wa ashayna. Contoh kedua adalah tidak jelas dan cenderung menyimpang. Contoh ketiga, Al-Qur'an rupanya hendak menyetop orang-orang Yahudi yang mengatakan: "perhatikanlah kami" (ra'ina), sebab menyerupai perjalanan orang Yahudi kepada "kejahatan" (ra'). Maka di sini jelas tidak ada yang menjelaskan perubahan terhadap kitab suci atau ajaran kitab suci. Tuduhan lain dilakukan Al-Qur'an untuk menyerang orang-orang Yahudi Madinah karena mereka ini telah merubah teks Taurat pada saat mereka menceritakan ayat-ayat tersebut kepada umat Islam dengan "memutar-mutar lidah mereka."
Mereka berkata telah menyalin ayat itu secara benar ketika menyebutkan salinan-salinan itu ternyata untuk menyalahkan:
Kemungkinan perubahan-perubahan itu dilakukan dalam penuturan dan salinan yang ditunjukkan pada saat Al-Qur'an menyatakan "membuat kesalahan terhadap Tuhan" pada sejumlah ayat-ayat. Hal ini menjadi jumlah total materi Al-Qur'an yang relevan dengan persoalan pemalsuan kitab agama Yahudi dan kitab agama Kristen. Ini juga berarti tidak mendukung pandangan mereka yang secara ekstensif telah dirubah di masa lampau sebelum masa manuskrip-manuskrip kita. Bahkan ini hanya menjadi bentuk pandangan yang dapat dipercaya dalam cahaya evidensi manuskrip. Sejauh tidak ada studi terinci dimana ajaran kitab suci yang diubah ini dielaborasi, maka segeralah sang komentator, Mujahid (meninggal tahun 721 Masehi), sebagaimana yang dikisahkan oleh Thabari, rupanya telah mengambil pandangan bahwa ayat-ayat yang menggunakan kata yusharifuna di atas secara implisit menyatakan perubahan umum terhadap kitab suci taurat. [4] Petunjuk awal lain yang dilaporkan oleh Catholicos Timothy dalam diskusi-diskusinya tentang Khalifah al Mahdi kira-kira tahun 781 Masehi. [5] Khalifah al Mahdi mengatakan adanya perubahan umum terhadap kitab suci dan khususnya menjelaskan penghilangan ayat-ayat yang meramalkan akan datangnya Muhammad sebagai Nabi. Pernyataan ini secara implisit menjelaskan terjadinya perubahan teks kitab suci secara aktual. Akhimya ada dua bentuk ajaran pokok dalam perubahan ini. Banyak ilmuwan mempertahankkan pendapat bahwa telah terjadi perubahan besar-besaran atas teks kitab suci. Suatu pandangan yang telah lama dijelaskan secara terinci dan dibela oleh Ibn Hazm (meninggal tahun 1064 Masehi). [6] Kendatipun demikian, ilmuwan-ilmuwan lain mengambil pandangan yang lebih ringan dan berpegang dengan pendirian bahwa bukannya teks melainkan hanya penafsirannya yang telah diubah. Rupanya pandangan terakhir ini adalah pandangan yang diadopsi oleh al-Qasim Ibn Ibrahim (meninggal tahun 860 Masehi) dalam "Sanggahan Umat Kristen." Ada pula pandangan-pandangan yang bersifat tengah-tengah. Tidak adanya persetujuan terhadap apa yang tepat, dimaksudkan bukan oleh materi perubahan yang dilakukan. Agaknya cukup untuk mengatakan kepada seorang Kristen "kitab suci anda telah berubah dari aslinya atau palsu" dan itulah argumen yang disangkal. |
|
|
|
| Indeks Antar Agama | Indeks Artikel | Tentang Pengarang | | ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota | |