Osama bin Laden
Melawan Amerika

Editor: Ahmad Dhumyathi Bashori, M.A.


Berburu Osama bin Laden lagi

Samiullah Koreshi

Mengungkapkan pendapat mayoritas yang bisu akan sangat bermanfaat kendati tidak terlalu berkesan. Mungkin hanya elemen massa yang berpikiran religius saja yang akan mengagitasi persoalan ini lebih jauh. Para intelektual beranggapan bahwa peragaan otot negara adidaya tidak lebih dari upaya mempertontonkan ketidak adilan sebuah kekuasaan secara vulgar dengan pelanggaran norma-norma perundangan internasional.

Rumor mengatakan bahwa sekarang ini agen-agen AS berkeliaran bebas di Pakistan dan Afghanistan guna menangkap dan menjerat Osama bin Laden. Setahun yang lalu, rudal-rudal AS telah menghujani Khost dan menghancurkan tiga markas yang dituduh sebagai tempat persembunyian Osama. Dia dituduh menjadi otak peledakan bom di dua kedutaan AS di Kenya dan Nairobi. AS juga telah menghancurkan pabrik di Sudan dengan dasar "informasi" bahwa di sana diproduksi senjata-senjata kimia. AS dengan bulat mengatakan bahwa Osama terlibat di dalam peristiwa-peristiwa kriminal brutal itu.

Namun, dalam proses penghujanan Afghanistan dengan rudal-rudal, AS juga melanggar wilayah udara Pakistan. Beberapa dan rudal yang ditembakkan jatuh di wilayah Baluchistan. Diyakini bahwa AS bermaksud menghantam fasilitas uji coba nuklir Pakistan di Pegunungan Chaghi, namun meleset.

Amerika terlalu berlebihan mempertontonkan aktivitasnya karena mereka yakin bahwa mereka tak terjamah hukum, yakni hukum internasional. Mereka dapat melanggar wilayah udara negara Pakistan dan Afghanistan yang berdaulat, dan mereka dapat menghakimi siapa yang teroris dan apa itu terorisme serta berhak menangkap siapa saja yang dianggap dan dan negara mana pun mereka. Mereka satu-satunya pemilik keputusan dan fakta. Kelihatannya AS mengaku kebal dan kesalahan. Mereka menganggap bahwa ada kebenaran tertinggi untuk membuat pernyataan dogmatik. Semua keistimewaan ini mereka rasakan karena mereka satu-satunya adidaya dunia.

Pada 1988, wilayah udara Pakistan dilanggar tanpa diketahui Pakistan. Sementara itu, Badan Sentral Komando Amerika sedang berada di Rawalpindi (dekat Islamabad) dan tetap di sana hingga operasi penghujanan Khost selesai.

Pada tahun itu pula, tuduhan Amerika atas Sudan ternyata keliru. Sudan yang malang berteriak bahwa tidak ada pabrik kimia di sana. Setelah itu, terbukti bahwa tempat yang dihujani bom memang tidak menyimpan atau memproduksi kimia, dan Amerika ternyata secara brutal melakukan kesalahan fatal. Namun, tidak ada satu pihak pun, baik dan organisasi negara-negara Islam maupun PBB yang menuntut AS untuk minta maaf atau memberikan kompensasi. Kesalahan ini dibungkus sedemikian rupa untuk menyelamatkan reputasi polisi dunia karena bagi mereka meminta maaf kepada Sudan adalah hal yang memalukan.

Sekarang surat kabar Washington Post mengangkat tuduhan kepada Osama yang terlibat di dalam peledakan kedutaan dan mengatakan bahwa tuduhan itu semata hanya berdasarkan bukti tidak langsung atau gosip. Sebagaimana diketahui oleh insan hukum bahwa bukti tidak langsung tidak dapat diterima di hadapan semua peradilan hukum. Itu hanya desas-desus alias rumor bahkan lebih kecil daripada gosip skandal first ladies dan first gentlemen di dunia Barat.

Saya heran kalau ada manusia normal dapat menerima tuduhan AS bahwa Osama terlibat di dalam hampir semua tindakan kriminal, dari Chechnya, Sudan, Kenya, Yaman, Saudi, sampai Filipina, dan hanya Allah yang tahu di mana lagi AS mencap Bin Laden hampir di mana-mana dengan kekayaan yang dia miliki, serta mendanai semua aktivitas di mana pun adanya. Bukankah tuduhan ini terlalu kasar untuk ditelan secara mentah-mentah. Seseorang akan tergoda untuk melontarkan idiom Amerika "Go and tell it to the marines." Itu omong kosong.

Bin Laden merupakan nama yang terpandang dengan proyek-proyek miliaran dolar untuk perluasan dan keindahan Al-Haramain Al-Syarifain. Sebagaimana dia juga adalah seorang filantropis kenamaan.

Menjadi seorang Muslim yang sejati bukanlah tindakan kriminal dan berupaya mensejajarkan Islam dengan terorisme bukan saja tidak fair; melainkan benar-benar prasangka. Orang yang memiliki pemahaman seperti itu tidak akan dapat mengerti arus dan gelombang kebangkitan Islam dewasa ini. Pendekatan seperti itu harus dihindari. Afghanistan adalah negara Islam yang mengikuti tipe sistem yang mengaplikasi ajaran Islam dan Bin Laden merasa lebih nyaman untuk tinggal di sana.

Istilah baru Amerika "pluralisme" --yang ingin memberikan lahan bagi semua ajaran-- hanya diterapkan untuk kepentingan mereka dan mereka mengadopsi metode yang ambivalen saat berhubungan dengan Islam, khususnya Taliban. Mereka boleh bebas mengkritik, menyanggah, ataupun mengecam Taliban dan corak keislamannya, tetapi mereka juga harus belajar toleransi kepada orang, kultur, dan sistem yang lain. Mereka tidak berhak memaksakan sesuatu kepada orang lain. ini merupakan sikap yang dapat memukul keyakinan agama Evangelisme walaupun itu dikemas serapi mungkin, namun tetap salah kaprah dan salah alamat di dalam meletakkan terminologi. Beberapa waktu yang lalu, harian Daily (Karachi) yang bertendensi Barat, menerbitkan sebuah surat Syaikh Omar yang disusupkan dari penjara dan menceritakan perlakuan tidak senonoh yang diterimanya selama ini . Perlakuan para penjaga penjara ini sangat menghina kehormatannya dengan menggeledah sekujur tubuh Syaikh Omar setiap kali selesai dikunjungi seseorang, bahkan bagian tubuhnya yang sangat pribadi pun tidak luput dari sentuhan dengan dalih penggeledahan barang-barang berbahaya. Lebih dari itu, syaikh yang harus mematuhi hukum, pemerintah pun harus demikian. Dan, berstatus adidaya tidak berarti bisa bebas dan semua peraturan.

Paling tidak, AS harus lebih toleran kepada Osama bin Laden yang keislamannya masih di dalam lingkaran aktivitas normal yang punya legitimasi. Apalagi AS belum dapat mengemukakan bukti-bukti keterlibatan Osama sebagai teroris atau sebagai otak aktivitas terorisme. Perlu dipertegas bahwa AS tidak di atas hukum internasional. Siapa saja yang diburu oleh suatu negara, persoalannya masih tetap kontroversial. Seseorang harus membuat daftar orang-orang yang diburu untuk diserahkan, seperti Salman Rushdie atau Komando Perang Teluk yang telah memorak porandakan rumah sakit dan fasilitas sipil lainnya yang jelas melanggar Konvensi Jenewa. Lebih jauh lagi, arogansi kekuasaan AS pada masa sekarang ini telah menciptakan kesan di negara-negara kecil bahwa Barat telah memprovokasi sebuah perang peradaban.

Kalau AS tidak mengindahkan hal ini, bisa jadi AS akan menuai permusuhan dan pemburuan orang-orang Islam. AS harus menjaga citranya di Dunia Islam yang lebih bersifat mencela dan dia harus berpikir memperbaiki citranya.

Bagaimanapun, Pakistan tidak mesti bekerja sama dengan AS dalam upaya penangkapan atau penculikan Osama, atau mengizinkan fasilitas agen AS untuk beroperasi di tanah Pakistan dalam penjeratan Osama, sebagaimana dalam kasus Ramzi Yousef dan Aimal Kanzi yang mendapat pengadilan tidak fair di negara benteng kebebasan terbesar itu.

 

OSAMA BIN LADEN MELAWAN AMERIKA
Editor: Ahmad Dhumyathi Bashori MA.
Penerbit: Penerbit Mizan, Jln. Yodkali No. 16, Bandung 40124
Cetakan 1, Rajab 1421 /Oktober 2000
Telp.(022) 700931 Fax.(022) 707038
Indeks artikel kelompok ini | Disclaimer
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Dirancang oleh MEDIA, 1997-2001.
Hak cipta © dicadangkan.