Koneksi Bin Laden
Imtiaz
Alam
Pada 12 Oktober 1999, administrasi Jenderal Musharraf
mendapat peringatan pertama ketika enam roket ditembakkan
dengan sasaran kantor-kantor PBB dan AS di Islamabad. Jadwal
penembakan roket tersebut mengandung intrik karena hal itu
terjadi hanya dua hari sebelum diberlakukannya sanksi DK-PBB
kepada Taliban untuk memaksa mereka menyerahkan Osama bin
Laden.
Siapa pun yang bertanggung jawab atas tindakan nekat ini
--kalau memang bukan dilakukan oleh orang yang pro-Taliban
atau pro-Bin Laden-- peledakan itu telah memberi implikasi
yang besar kepada Islamabad untuk merevisi sikapnya. Karena
ledakan im dapat membuat koneksi dan mengnbah hubungan
internasional Islamabad terpuruk dalam bahaya jika terus
mempertahankan kapasitasnya dan tetap mendukung Taliban yang
akan mengancam eksistensi, koneksi dan reputasinya,
administrasi militer yang masih berjuang agar dapat diakui
secara internasional ini tidak punya pilihan lain kecuali
mengikuti konsensus internasional melawan rezim ekstremis
Kabul atau terpuruk dan hancur bersama Taliban.
Sanksi ekonomi DK-PBB, disahkan berdasarkan Bab 7 PBB
terhadap Taliban atas penolakan mereka untuk mendeportasi
Osama bin Laden, merupakan awal dan sederetan upaya
penghukuman dan koalisi internasional dalam penanggulangan
ancaman terorisme internasional. Rusia, negara-negara Asia
Selatan, Cina, Masyarakat Eropa, India, Iran, dan juga
beberapa negara Muslim di Timur Tengah yang merupakan
wilayah yang langsung terancam serangan terorisme ini,
telah sepakat untuk bekerja sama memerangi hal yang mereka
identifikasi sebagai ancaman yang paling berbahaya pada
periode pasca Perang Dingin
Secara kolektif mereka memandang Taliban dan tamu
kontroversial mereka, Osama bin Laden, secara langsung atau
tidak langsung merupakan pelaku utama yang terlibat di dalam
"terorisme Islam" di kawasan ini dan dunia pada umumnya.
Terutama AS yang berobsesi mati-matian untuk membawa salah
satu dan "sepuluh teroris yang paling dunginkan", Bin Laden.
Karena ini, AS tidak segan-segan menghujani persembunyiannya
di Khost, Afghanistan, dengan rudal Tomahawk tempat berbagai
kelompok ekstrem yang bergabung dengan Bin Laden berlatih.
Selain Khost, Khartoum di Sudan juga mendapat "jatah" dan
AS. Pabrik yang diduga menjadi tempat produksi bahan
pembuatan senjata kimia dituding memiliki hubungan dengan
kelompok militan Islam. AS tanpa meminta mandat dan PBB,
langsung melancarkan serangan-serangan membunuh, hanya dua
minggu setelah pembumihangusan dua kedutaan AS di Kenya dan
Tanzania.
Walaupun ternyata serangan rudal-rudal tersebut gagal
mengenai sasaran, tindakan ini merefleksikan solusi adidaya
satu-satunya untuk tidak membiarkan pembunuh warga negaranya
bebas hidup lepas dan kekuatan keadilan imperial. Di samping
serangan ini telah memalukan arsitek paradigma strategis
Pakistan, pemboman di Khost telah mengekspos relasi antar
berbagai kelompok militan Wahabi dan Bin Laden, termasuk
Sipha-i Sahaba (kelompok ekstremis di Pakistan) dan salah
satu kelompok besar yang menggalakkan jihad di Kashmir.
Pada sisi lain, serangan membabi buta AS ini ternyata
telah menguntungkan Osama dan aliansinya secara politis
karena serangan itu telah memicu amarah Muslim di berbagai
belahan dunia untuk menentang kesewenangan "imperialisme
AS". "Petualangan" Bin Laden, yang pernah menjadi sekutu AS
saat berkecamuk perang melawan tentara Merah dan bahkan yang
menurut Kolonel Al-Qadzafi sebagai agen CIA, secara ironis,
hanya dalam satu malam, telah menjadi simbol resistensi
Muslim sedunia. Ironi ini terletak pada kemungkinan
semarakuya resistensi Muslim untuk mengikuti jejak yang
sudah diprakarsai Osama. Dan bisa jadi ini akan membuat
Muslim menjadi nekat untuk melakukan penghancuran-diri
secara massal yang dibelokkan para ekatremis ke jalan yang
salah
Serangan ini juga memperagakan perkembangan persenjataan
AS yang punya sasaran hebat, khususnya kekuatan udara dan
pengintaian dari luar angkasa sehingga dapat membidik dan
mengeliminasi siapa saja tanpa harus mendaratkan pasukan.
Dan ini juga yang dibuktikan AS atas Yugoslavia saat krisis
Kosovo berkecamuk. Dalam hal sanksi kepada Taliban, DK-PBB
memperlihatkan kekompakan yang mencengangkan dan tidak
tejadi seperti saat NATO berinisiatif untuk intervensi di
Kosovo.
Di bawah pergerakan para pelajar Wahabi yang didukung
oleh Islamabad sebagai perluasan diri yang disebut dengan
"kedalam strategis", Afghanistan menjadi sarang pergerakan
ekstremisme agama internasional yang mentargetkan semua
orang kafir tanpa memandang implikasi geostrategis. Moskow
telah menuduh Pakistan dan Taliban melatih pemberontak
Chechnya dan begitu juga dengan mereka yang meramaikan
peperangan Wahabi di Dagestan.
Di dalam peperangan melawan pemerintahan Karimov di
Uzbekistan, ratusan pasukan gerilya masuk ke Kyrgystan dan
Afghanistan, menundukkan beberapa kantong pertahanan dan
menyandera 4 warga Jepang. Cina yang benar-benar terganggu
dengan infiltrasi militan di wilayah Xinjiang, bergabung
dalam koalisi Federasi Negara-Negara Merdeka yang terancam
ekstremisme Islam yang punya relasi dengan Afghanistan.
Konferensi Bishkek telah menyediakan sebuah platform
internasional terhadap terorisme.
Kegagalan delegasi khusus Sekjen PBB untuk meredakan
perselisihan di Afghanistan dengan tawaran pemerintahan
multietnis dan meyakinkan Taliban untuk menyerahkan Osama,
telah membuat komunitas internasional frustrasi. Dengan
sikap yang pertengahan dan barbarik, Taliban berhasil
menciptakan opini publik internasional yang bertentangan
secara diametral dan pendekatan yang ekslusif telah
mengucilkan semua kekuatan yang bercita-cita membangun
Afghanistan ini .
Malah sebaliknya, mereka memprovokasi semua negara
tetangga untuk bergandeng tangan membentuk kekuatan untuk
mendukung resistensi Aliansi Utara pimpinan Ahmad Shah
Masood. Aliansi total Islamabad kepada Taliban, telah
mengisolasi Pakistan dan sekutu-sekutu dekat Pakistan,
seperti Iran dan Cina, dan memaksa negara-negara Asia
Selatan dan Iran untuk berpaling kepada India, di samping
terus mendukung oposisi Taliban.
Pada saat yang sama, saat episode krisis Kargil, India
mendapat kesempatan emas untuk membangun neksus antar
kelompok jihad yang bertempur di Kashmir dan terorisme
internasional yang beraliansi dengan Taliban dan Laden.
Kenyataannya adalah Pakistan harus membayar mahal
pertualangannya yang keliru di Afghanistan dan telah
mendorong India untuk menarik simpati sekutu-sekutu
tradisional Pakistan. Islamabad sendiri harus
terisolasi.
India telah berhasil menghubungkan jihad Kashmir dengan
terorisme Islam yang terbukti mematikan dukungan komunitas
internasional untuk posisi Pakistan. Namun, Islamabad
kelihatannya terus mempertahankan kebijakan Afghanistan dan
Taliban tanpa memedulikan risiko berat yang harus diderita,
baik secara domestik ataupun internasional. Pernyataan juru
bicara Kementerian Luar Negeri Pakistan mengindikasi hal
itu.
Selain persoalan terorisme, Afghanistan dikenal sebagai
penghasil opium terbesar di dunia dan diperkirakan akan
semakin meningkatkan produksinya setelah sanksi
diberlakukan. Perhatian Barat terhadap penyebaran narkotika
sudah diketahui umum. Ini, ditambah dengan permusuhan mereka
kepada Taliban, akan menyebabkan kebijakan Islamabad
menghadapi pertemuan-pertemuan yang memalukan di forum-forum
dunia. Sebagaimana yang terjadi karena dunia terus
memperluas ruang lingkup sanksi-sanksinya kepada Taliban,
Pakistan akan menanggung berbagai risiko, jika ia terus
konsisten menyuplai berbagai kebutuhan kepada Taliban.
Perdagangan transit Afghanistan harus dikaji ulang dan
perundangan anti-narkotika harus di-upgrade melalui Durand
Line. Karena hampir semua lini pengisolasian Taliban
diperketat, Pakistan sekali lagi akan dibanjiri pengungsi
Afghanistan dan ini akan terus memperparah erosi
keseimbangan demografik, tidak saja terjadi di wilayah
perbatasan dan Baluchistan (keduanya merupakan provinsi
Pakistan), tetapi juga di pusat-pusat kota Karachi dan
Rawalpindi.
Afghanistan di bawah kekuasaan Taliban tidak saja menjadi
tempat penyemaian ekatremisme dan berbagai kelompok jihad,
tetapi juga menempatkan Pakistan di bawah tekanan yang
keras. Dengan kondisi ekonomi yang labil, masyarakat madani
yang termarginalkan dan relasi etno-sektarian membuat
Pakistan menjadi lebih rentan di bawah beban Talibanisasi
kedua negara.
Apakah itu ancaman terorisme, ekstremisme sektarian,
budaya Kalashnikov, obat bius, atau ketegangan
etno-sektarian, tengah menyelimuti segenap kawasan Pakistan.
Taliban sebenarnya telah menjebol keseimbangan demografis
masyarakat Pakistan yang multi-etnis, multisekte dan
multipolar. Milisi-milisi Islam dan partai-partai Wahabi
arus-utama punya hubungan yang kuat dengan Taliban dan Bin
Laden, dan dapat berbuat apa saja kalau AS melancarkan
serangan-serangan lain.
Barangkali mengingat pertimbangan ini semua, Jenderal
Musharraf telah menyampaikan keinginan pemerintahnya untuk
berperan sebagai mediator antara AS dan Taliban --kesempatan
yang mungkin sudah tidak tepat lagi. Dia juga memperlihatkan
kecenderungan dan keinginan yang tegang, dalam suatu
wawancara dengan CNN, untuk menemukan solusi mengenai isu
Bin Laden. Pakistan dapatkan harus dengan minatnya sendiri
membujuk Taliban untuk dapat keluar dan aliansi buta dengan
Bin Laden dan mengekstradisinya ke negara ketiga.
Kendati demikian, para arsitek kebijakan Pakistan dengan
Afghanistan akan tetap dalam keadaan dilematis: menjaga
reputasi Pakistan di depan mata Taliban dan simpatisan Osama
dan saat yang sama tidak melukai perasaan dunia
internasional. Dilema akan menjadi lebih sulit, apalagi di
masa yang akan datang, kalau seandainya Islamabad tidak
merombak secara drastis kebijakan atas Afghanistan dan
menekan terus Taliban untuk tunduk kepada konsensus
dunia.
|