Taliban Izinkan Osama
Bicara
Rahimullah
Yusufzai
Osama bin Laden kembali bicara dan tidak ada perubahan
sedikit pun dalam pandangannya tentang AS dan Israel.
Nadanya masih terasa keras dan dia menginginkan seluruh
Muslim di dunia untuk bersama-sama menghadapi AS yang
menjadi musuh utama Islam. Seseorang tidak dapat
mengharapkan reaksi lembut dari seorang yang sudah
dinobatkan sebagai "Musuh Publik Nomor Wahid" oleh Amerika
dan diburu dengan berbagai cara oleh "polisi dunia" dewasa
ini.
Ini merupakan kesempatan pertama dia berbicara di depan
publik sejak 26 Mei 1998, ketika bertemu dengan 14 jurnalis
Pakistan di markas Khost, yang semula dipandu oleh kelompok
militan Islam Harkat-ul-Ansar yang bermarkas di Pakistan.
Dalam jumpa pers kali ini, Osama --ditemani oleh tangan
kanannya Syaikh Taseer Abdullah dan Dr. Ayman Al-Zawahiri,
pimpinan Al-Jihad Al-Islami Mesir-- mengumumkan fatwa yang
dirumuskan olehnya dan beberapa ulama untuk berjihad melawan
AS dan Israel.
Konferensi pers dan ancaman-ancaman Bin Laden kepada
aliansi Salibis-Zionis, istilah yang kerap digunakannya
untuk AS, Israel, dan Barat, cukup mengagetkan Taliban.
Pimpinan tertinggi Taliban, Mulla Muhammad Omar, agak
tersinggung dan berupaya mengambil langkah untuk mencegah
Bin Laden agar tidak terlalu sering melancarkan serangan
verbal kepada AS. Kelihatannya Bin Laden menerima permintaan
pelindungnya dan berdiam untuk sementara. Tetapi serangan
rudal di provinsi Khost pada 20 Agustus 1998 telah mengubah
situasi dan Bin Laden serta letnan-letnan Arab lainnya
merasa bahwa mereka harus bereaksi. Kalau tidak dengan
serangan yang sama, paling tidak secara verbal.
Pada 21 Agustus, melalui Dr. Al-Zawahiri yang lancar
berbahasa Inggris, Bin Laden menyampaikan pesan kepada
penulis bahwa dia dan koleganya selamat dari serangan yang
mematikan itu serta menegaskan bahwa serangan tersebut tidak
dapat membungkam dan menghalangi kebulatan tekad mereka
untuk terus melancarkan jihad melawan AS dan Israel.
"Sampaikan kepada mereka bahwa perang baru saja dimulai. AS
harus menunggu jawaban," ucap Zawahiri menggertak.
Satu hari sebelum peristiwa pemboman di Khost, ada
gelagat bahwa serangan pembalasan AS sudah dekat. Pemerintah
AS memutuskan untuk menarik diplomat mereka dari Pakistan,
dari komunitas Barat, baik yang bekerja di badan-badan PBB
ataupun LSM juga mulai meninggalkan Afghanistan. Saat itu,
Bin Laden sempat menyampaikan pesan kepada penulis tentang
kemungkinan serangan. Secara insidental, pesan itu datang
hanya berselang setengah jam sebelum penghujanan rudal-rudal
di markas Bin Laden dan dia mengingkari keterlibatannya di
dalam kasus pemboman di Kenya dan Tanzania. Permusuhannya
kepada AS tidak sedikit pun berubah, bahkan dia terus
menyeru kepada seluruh Muslim untuk melawan setiap kekuatan
yang memusuhi mereka.
Ketika ancaman-ancaman Bin Laden kembali menghiasi
berbagai media dunia, Taliban menganggap Osama sudah
mengingkari janji untuk tidak mengeluarkan fatwa kepada
publik atau mempergunakan wilayah Afghanistan demi
kepentingan politis. Mulla Omar cukup berang dan pada
akhirnya harus membuat pernyataan bahwa tidak mungkin ada
dua kekuasaan yang bisa hidup bersama di Afghanistan, yaitu
Taliban dan Bin Laden. Ekspresi geram Mulla Omar memang
efektif untuk kembali membungkam Osama sehingga tidak ada
yang dapat didengar dari dia kecuali seminggu sebelumnya
ketika Taliban memutuskan untuk membiarkan Bin Laden kembali
muncul.
Bin Laden pada dasarnya enggan menerima perintah Taliban
untuk diam, tetapi karena secara faktual Osama tidak punya
pilihan tempat berlindung di negara lain, dia terpaksa
mentaatinya. Walaupun demikian, dia tetap meminta kepada
Taliban untuk mengizinkannya berbicara karena kebungkaman
dapat berdampak negatif terhadap reputasi dan karismanya.
Permintaan ini secara khusus ditujukan kepada pemimpin
senior Taliban dan wakil Menlu, Mulla Abdul Jalil, orang
yang memang ditugasi untuk berunding dengan Bin Laden dan
simpatisannya, agar dia diizinkan berbicara kepada insan
pers internasional.
Menurut Bin Laden, pemimpin Taliban tiga kali mengizinkan
dia untuk dapat diwawancarai penulis setelah terjadi
serangan dahsyat ke markasnya di Khost. Akan tetapi, setiap
kali ada kesempatan, digagalkan karena dikhawatirkan akan
semakin memperburuk relasi Taliban dengan AS, Saudi, dan
negara-negara lainnya. Menurut pembantu dekat Bin Laden,
sangat berisiko berat untuk menghubungi para jurnalis dengan
saluran satelit karena dapat dilacak oleh AS. Karena itu,
kelihatannya perangkat ini sudah tidak dipergunakan
lagi.
Kegigihan Osama ternyata ada hasilnya. Perkembangan
tertentu membuat Taliban mengubah sikapnya dan membolehkan
Osama untuk kembali berinteraksi dengan insan pers. Satu di
antara perkembangan itu, yaitu spekulasi di berbagai media
bahwa Osama sakit karena serangan penyakit kanker dan hampir
mati. Taliban akhirnya mengharuskan Osama untuk tampil
kembali di depan para reporter dan disorot televisi untuk
membantah semua spekulasi. Tampaknya, para puritan Taliban,
yang alergi dengan televisi dan gambar hidup, dapat
berkompromi dengan peraturan kalau memang itu untuk
kepentingan yang bermanfaat.
Bin Laden tidak menyia-nyiakan kesempatan kali ini dan
dengan susah payah menerangkan bahwa dirinya tidak sakit dan
setiap hari masih aktif menunggang kuda di gurun pasir
Afghanistan. Dr. Al-Zawahiri mengatakan bahwa Osama yang
berumur 43 tahun ini memang terserang sakit tenggorokan dan
itu sebabnya dia harus banyak minum air saat wawancara. Dia
juga menambahkan bahwa saat bulan Ramadhan, Osama tidak
dapat diwawancarai pada siang hari dan tidak dapat berbicara
banyak karena penyakit ini. Mereka mungkin benar, tetapi
seseorang mesti punya pertimbangan lain yang menyangkut
masalah keamanannya. Ini yang mengharuskan dia untuk
diwawancara saat malam hari di tenda yang ditancapkan di
tengah buasnya alam Afghanistan.
Kehatian-hatian mereka terlihat dari yang dilakukan oleh
para pembantunya yang menghapus sorotan video yang penulis
ambil saat dia berjalan dengan bantuan tongkat, serta
sorotan yang terarah kepada anggota pengawal yang bersenjata
lengkap saat duduk berkerumun di tenda. Sebagaimana mereka
ungkapkan bahwa mereka tidak mengenal kompromi dalam hal
keamanan. Menurut mereka, Osama menggunakan tongkat karena
sekarang Osama sedang sakit pinggang. Tujuh bulan yang lalu,
saat memberikan konferensi pers di Khost, dia juga menderita
penyakit yang sama.
Kolega Bin Laden dan pimpinan Taliban mengatakan bahwa
keputusan untuk membolehkan Bin Laden berbicara karena
pertimbangan bahwa cara ini dapat mengklarifikasi bahwa
dirinya dan organisasinya, Al-Qaeda, tidak terlibat dalam
pemboman di Kenya dan Tanzania atau dalam berbagai aksi
terorisme lainnya. "Apa pun dan segala sesuatu yang terjadi
di dunia sekarang ini dituduhkan kepada Osama. Mungkin Osama
dan koleganya akan tetap dianggap bersalah kalau hanya
tinggal diam menghadapi semua tuduhan tersebut," ucap Dr.
Al-Zawahiri. Petinggi Taliban lainnya, Mulla Jalil, mengakui
dan mengatakan, bagaimana mungkin seorang yang sudah
meninggalkan tempat kediamannya dan rela untuk tinggal di
pegunungan dan gurun pasir yang tandus, dapat menjadi
ancaman bagi AS dan mensponsori pemboman di negeri yang jauh
di sana.
Penyerangan yang dilancarkan oleh AS-Inggris atas Irak
juga mempengaruhi Taliban untuk segera mengubah sikapnya dan
mengizinkan Bin Laden berbicara, dengan tetap mengulangi
teori bahwa Amerika, Inggris, dan Israel tidak pernah akan
dapat dijadikan sahabat oleh seorang Muslim. Taliban, dengan
harapan tipis yang masih tersisa untuk memperbaiki
hubungannya dengan AS dan Arab Saudi, meyakini bahwa
pemerintahan mereka kelihatannya tidak mungkin mendapatkan
pengakuan dunia internasional. Sekarang sudah saatnya untuk
berhenti menenteramkan tukang fitnah mereka dan sebaliknya
memanfaatkan kartu Bin Laden yang mungkin dapat membawa
keberuntungan.
Setelah satu setengah jam perjalanan dan Kandahar di atas
jalan, yang menurut orang sisi kanan dan kirinya dipenuhi
dengan ranjau sejak pendudukan Soviet, seseorang datang
bertatap muka dengan orang yang sekarang menjelma menjadi
sosok yang menakutkan dunia. Bin Laden yang tampak pemalu
dan sederhana tidak memperlihatkan sama sekali sosok yang
dapat mensponsori peledakan bom yang membunuh sasaran dan
orang yang tidak berdosa. Hangat dan bertutur lembut,
bilioner Saudi jangkung ini telah memilih hidup yang penuh
kesengsaraan, terjun ambil bagian dalam jihad Afghanistan
pada tahun 1980-an. Dan, sekarang menantang keperkasaan AS
dan Arab Saudi dengan melancarkan serangan-serangan dari
keterasingan di bawah kontrol pelindung yang tidak dapat
diterka apakah tetap konsisten melindungi atau malah
sebaliknya.
Dengan pakaian shalwar-kameez (pakaian tradisional
Pakistan) serta jaket perang yang dibungkus dengan chaddar
dan wol untuk melindungi sengatan udara dingin gurun,
suaranya agak meninggi dan bahasa Arabnya semakin fasih saat
masuk ke dalam subjek favoritnya: bunuh Amerika. Serban
putihnya berkilau saat diterpa cahaya lampu yang memancar
kuat dan mesin generator besar di dalam tenda saat dia
mengalunkan firman-firman Allah Swt., bagai seorang
intelektual dan alim ulama yang ingin membuktikan pijakan
dasar sikapnya selama ini. Ungkapan syukur dan puji kepada
Allah Swt. selalu mengawali setiap kali jawaban. Dan, suara
serta sikap tegar Bin Laden memecah kesunyian malam di
tengah gurun pasir yang buas saat menyatakan, "Kalau
menganjurkan jihad melawan Yahudi dan Amerika demi
membebaskan Masjid Al-Aqsa dan Masjid Al-Haram dianggap
sebuah tindakan kriminal, biarkan sejarah menjadi saksi
bahwa saya seorang kriminal."
|